*Oleh : Abdullah Matin As-Syatiri*
Nafashadhramaut.id | Alhamdulillah, beberapa waktu silam bersama kita telah
melewati momen-momen istimewa dalam kalender Islam, seperti Muharram, Rabi'ul
Awwal, Rabi'ul Akhir, dan bulan lainnya.
Pada saat ini, dengan izin Allah Swt kita telah memasuki
bulan yang agung, bulan yang didalamnya menyimpan peristiwa yang luar biasa,
yang mana peristiwa tersebut merupakan kemuliaan bagi Nabi kita Muhammad saw,
yaitu peristiwa Isra' Mi'raj yang bertepatan pada tanggal 27 Rajab.
Tentunya di balik peristiwa Isra' Mi'raj, terdapat banyak
sejarah, hikmah, dan lainnya, mulai dari perjalanan Nabi saw ketika Isra'
menuju Masjid Al-Aqsa Palestina, maupun Mi'raj menuju Sidratul Muntaha dan
berjumpa dengan Allah Swt, lalu bagaimana kisah dan sejarah peristiwa Isra
Mi'raj? adalah sebagai berikut :
A. Riwayat Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw :
Ketahuilah, bahwa tiada perbedaan pendapat antar para
ulama dalam peristiwa Isra yang dialami Nabi saw, karena hal itu sesuai dengan
ayat Al-Qur'an secara keseluruhan, adapun secara detail / terperinci bersumber
dari hadist-hadist dan penjelasannya yang diriwayatkan oleh para sahabat baik
dari kalangan lelaki maupun perempuan.
Al-Imam Al-Hatimi As-Sufiy mengatakan bahwa peristiwa
Isra terjadi sebanyak 30x, dengan menjadikan segala kejadian yang dialami adalah
Isra. Para ulama sepakat bahwa Isra terjadi setelah Nabi saw diutus menjadi
Rasul, dan Isra yang di maksud adalah Isra dengan jasad dan dalam keadaan
sadar.
Hal ini tentunya tidak kontradiksi / bertentangan dengan
hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dari sahabat Anas bin Malik bahwa,
"Isra terjadi sebelum diturunkannya wahyu" karena Isra pada saat itu
dalam keadaan tak sadar (dengan ruh) dan Isra ini sebagai pengantar dan
kemudahan baginya, sebagaimana permulaan kenabian dengan penglihatan yang benar.
As-Syekh Abdul Wahab As-Sya'raniy mengatakan bahwa Isra
yang dialami oleh Nabi saw sebanyak 34x, satu kali dengan jasad dan selebihnya
dengan ruh, dan Isra yang dialami dengan jasad terjadi pada malam 17, ada yang
mengatakan malam 27 selain bulan Rabi'ul Awwal, ada juga pendapat lain pada
malam 29 selain bulan Ramadhan, ada juga pada malam 27 selain bulan Rabi'ul
Akhir, ada yang mengatakan Rajab dan pendapat ini dipilih oleh Al-Hafidz Abdul
Ghani Al-Maqdisiy dan diamalkan oleh masyarakat secara umum, ada juga yang
mengatakan pada bulan Syawwal, juga bulan Dzulhijjah.
Dari sekian banyak Isra yang terjadi perkataaan Syekh
Abdul Wahab tidak bisa ditetapkan bahwa semua Isra terjadi pada malam yang
terdapat khilaf (perbedaan pendapat), telitilah. Hal itu terjadi setahun
sebelum Nabi saw, pendapat ini yang diyakini Ibn Hazm, ada yang mengatakan 2
tahun sebelum hijrah, ada juga 3 tahun. Intinya Isra Mi'raj terjadi setelah
keluarnya Nabi saw menuju Thaif, Ibn Ishaq mengatakan Isra Mi'raj terjadi
sebelum keluarnya Nabi saw menuju Thaif.
Para ulama juga berbeda pendapat terkait hari keluarnya
Rasulullah saw untuk Isra, ada yang mengatakan hari Jum'at, ada juga hari
Sabtu, Ibn Dihyah berkata, "Insya Allah Isra terjadi pada hari Senin, agar
sesuai dengan hari ketika Nabi saw lahir, diutus menjadi Rasul, hijrah ke
Madinah, dan wafatnya. Karena Nabi Muhammad saw dilahirkan pada hari Senin,
diutus menjadi Rasul pada hari Senin, wafat pada hari Senin, hijrah dari Mekkah
menuju Madinah hari Senin, sampai di Madinah hari Senin, dan wafatnya pun pada
hari Senin.
Lalu, apa hikmah dibalik peristiwa Isra' menuju Baitul
Maqdis kemudian sampai ke langit ke 7? apakah Rasul saw melakukan Isra' dari
Masjidil Haram lalu sampai ke langit ke 7? Pertama, "Nabi saw pada malam
itu mengumpulkan pandangan yang dilihat antara 2 kiblat (Masjidil Haram dan
Masjidil Aqsa) kedua, "Karena Baitul Maqdis tempat singgah para Nabi
sebelum Rasul saw, akhirnya Rasul saw bersinggah di sana untuk mengumpulkan
berbagai keutamaan, ketiga, "Menjadi tempat berkumpulnya umat manusia, dan
mayoritas pendapat yang sepakat bahwa malam tersebut menyerupai keadaan alam
akhirat, dan peristiwa Isra termasuk ke dalam keadaan tersebut.
Kemudian, apakah malam Isra adalah malam Mi'raj juga,
atau keduanya berbeda? Ibn Dihyah berkata, "Al-Imam Bukhari lebih
cenderung bahwa keduanya berbeda, karena beliau mengkhusukan pembahasan terkait
keduanya, perkataan ini dikembalikan oleh Ibn Dihyah bahwa dari sebab tersebut
tiada dalil yang menunjukan bahwa keduanya berbeda, di permulaan bab shalat
nampak jelas akan persamaannya, karena beliau menulis, "Bab bagaimana
kewajiban melaksanakan shalat pada malam Isra, sedangkan shalat diwajibkan pada
malam Mi'raj, dari hal ini nampak akan persamaanya menurut Ibn Dihyah, dan di
masalah perlu sedikit teliti.
Dalam masalah ini, para ulama terdahulu berbeda pendapat,
di antara mereka ada yang mengatakan, "Bahwa Isra dan Mi'raj terjadi pada
satu malam dalam keadaan sadar dengan jasad dan ruh dan setelah diutus menjadi
Rasul, dan pendapat ini yang diambil oleh mayoritas dari ulama hadist, fiqih,
dan aqidah.
Kedua, ada juga yang berpendapat bahwa Isra terjadi pada
satu malam, dan Mi'raj di malam yang lainnya.
Ketiga, bahwa Isra' dan Mi'raj terjadi 2x, pertama dalam
keadaan mimpi sebagai pembuka untuk Isra berikutnya, dan yang kedua dalam
keadaan sadar, pendapat lain mengatakan bahwa Isra dalam keadaan sadar,
sedangkan Mi'raj dalam mimpi / tak sadar, pendapat yang mengatakan bahwa Isra
pada satu malam, Mi'raj di malam lainnya dan keduannya terjadi dalam keadaan
sadar, mereka katakan, "Isra yang pertama kembali dari Baitul Maqdis, pada
pagi harinya Nabi saw memberi kabar kepada kaum Quraisy dari kejadian yang telah
terjadi.
Keempat, mengatakan bahwa Mi'raj terjadi berkali-kali, di
antara mereka adalah Al-Imam Abu Syamah dan yang lainnya mengikuti pendapat
beliau dengan menjadikan Hadist yang dikeluarkan Al-Bazzar dan Said Al-Mansur
melewati perantara Abi Imran Al-Juwainiy dari Sahabat Anas radiyAllahu 'anhu
bahwa Nabi saw bersabda, "Ketika aku sedang duduk, Malaikat Jibril a.s
datang kepadaku dan menohok di antara dua pundakku, kami pun berdiri menuju
batu seperti sarang / tempat burung, aku pun duduk di antara keduanya, dan
Malaikat Jibril a.s pun duduk di tempat yang lain, Nabi pun naik sampai ke
tempat yang tinggi sampai menutupi timur dan barat, aku dibukakan pintu dari
pintu-pintu langit, dan aku melihat cahaya yang luar biasa, ada pendapat, :
"Nampaknya kejadian ini terjadi di Madinah".
B. Kisah / Peristiwa Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi
Muhammad saw :
Hudbah bin Khalid telah meriwayatkan kepada kami begitu
juga dengan Hummam bin Yahya dan Qatadah dari Sayyidina Anas bin Malik dari
Malik bin Sa'sa'ah r.a. Ia memberi kabar bahwa Nabi saw menceritakan kepada
mereka kejadian Isra yang beliau alami ketika beliau berada di kota Hatim atau
kota Hijr (Dua kota di Madinah) dalam keadaan berbaring, datanglah kepadanya
seseorang dan membelah dada Nabi saw, Nabi pun berkata kepada Jarud yang saat
itu berada di sampingnya, Jarud berkata terbelahnya dada Nabi saw di bagian
dada sampai di bawah leher, dan ada juga yang mengatakan hingga bagian rambut
beliau.
Setelah itu hati Nabi saw dikeluarkan lalu dimasukkan ke
dalam suatu wadah yang terbuat dari emas dan dipenuhi dengan suatu rohani yaitu
iman, di dalam wadah itu hati beliau disucikan, pada saat kejadian tersebut
beliau dalam keadaan tak sadar setelah kejadian itu selesai beliau kembali
dalam keadaan sadar.
Lalu aku didatangi suatu kendaraan yang ukurannya tidak
lebih besar dari seekor keledai juga tidak lebih kecil dari seekor kuda dan
berwarna putih, Jarud pun berkata kepada Nabi saw, "Itu adalah Buraq wahai
aba Hamzah" Sayyidina Anas berkata, "Ya, itulah buraq yang kecepatannya
secepat kedipan mata".
Nabi saw pun akhirnya mengendarai buraq tersebut dan
pergi bersama dengan Malaikat jibril a.s. menuju pintu langit pertama, Malaikat
jibril pun mengetuk pintu, lalu ditanya, "Siapa ini"? beliau
menjawab, "Jibril", ditanya kedua kalinya,"Siapa yang
bersamamu"? ia berkata, "Nabi Muhammad", apakah ia telah diutus
menjadi Rasul? beliau berkata,"Ya, ia telah diutus menjadi seorang Rasul,
lalu terdengar suara, "Selamat datang untuknya (Untuk Nabi saw) dengan
penuh kegembiraan. Ketika pintu tersebut dibuka untukku berjumpalah diriku
dengan Sayyidina Adam a.s. dan Malaikat Jibril berkata, "Ini ayahmu Adam,
berikan salam kepadanya". Aku pun memberi salam dan beliau kembali
menjawab salamku dan berkata, "Selamat datang wahai anak dan Nabi yang
shaleh".
Setelah kejadian tersebut selesai beliau dengan Malaikat
Jibril a.s kembali naik dan sampai pada pintu langit kedua lalu mengetuk pintu
dan ditanya, "Siapa ini"? beliau menjawab, "Ini Jibril" dan
siapa yang sedang bersamamu? beliau menjawab, "Nabi Muhammad", apakah
ia telah diutus menjadi seorang Rasul? beliau menjawab, "Ya, ia telah
diutus". Setelah itu Terdengar panggilan, "Selamat datang
untuknya" (Dengan penuh kegembiraan). Ketika pintu dibuka untukku lalu aku
memasukinya berjumpalah diriku dengan kedua Nabi dan Rasul yaitu Isa dan Yahya.
Aku pun mengucapkan salam atas keduanya dan keduanya pun menjawab salamku dan
berkata, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".
Kemudian aku pun kembali meneruskan perjalanan menuju
langit ketiga bersama Malaikat Jibril a.s. dan mengetuk pintu, lalu ditanya
dengan pertanyaan yang sama,"Siapa ini"? beliau menjawab
"Jibril" ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu"? bersamaku
"Nabi Muhammad saw", apakah ia telah diutus menjadi Rasul? Ya, ia
telah diutus menjadi Rasul. Terdengar suara seraya memanggil, "Selamat
datang dengan penuh kegembiraan", dan ketika aku memasukinya bertemulah
diriku dengan Nabi Yusuf a.s. aku pun mengucapkan salam kepadanya dan ia
menjawab seraya berkata, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang
shaleh".
Perjalanan dari langit ke tiga pun telah selesai, beliau
kembali meneruskan perjalanannya menuju langit keempat, ketika sampainya di
langit tersebut dan mengetuk pintu beliau pun kembali ditanya, "Siapa
ini"? Jibril, "bersama siapa engkau datang"? Nabi Muhamamad saw,
apakah ia telah diutus menjadi Rasul? Ya, ia telah diutus menjadi Rasul, pintu
pun dibuka dan ketika aku memasukinya bertemulah dengan Nabi Idris a.s. Aku
ucapkan salam kepadanya dan ia pun menjawab, "Selamat datang wahai saudara
dan Nabi yang shaleh".
Keduanya kembali meneruskan perjalanan dan sampailah pada
langit kelima lalu mengetuk pintu dan kembali ditanya, "Siapa ini"
Jibril. "Bersama siapa engkau datang"? Bersamaku Nabi Muhammad saw,
"Apakah wahyu telah diturunkan baginya"? Ya, dan terdengar suara,
"Selamat datang dengan penuh kegembiraan. Ketika aku memasukinya
bertemulah diriku dengan Nabi Harun a.s. Malaikat Jibril berkata, "Ini
adalah Harun ucapkan salam kepadanya", aku pun memberi salam kepadanya dan
ia pun menjawab salamku seraya berkata, "Selamat datang wahai saudara dan
Nabi yang shaleh".
Perjalanan pun kembali diteruskan dan sampailah di langit
keenam, Malaikat Jibril mengetuk pintu dan kembali ditanya, "Siapa
ini"? Jibril, "bersama siapa engkau datang"? Bersamaku Nabi
Muhammad saw, "Apakah ia telah diutus"? Ya, ia telah diutus,
terdengar suara "Selamat datang dengan penuh kebahagiaan", ketika aku
memasukinya aku pun bertemu dengan Nabi Musa a.s. Malaikat jibril memerintahkannya
untuk mengucap salam, beliau pun mengucapkan salam dan Nabi menjawabnya seraya
berkata, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".
Pada saat Rasul saw melewati langit keenam, Nabi musa
a.s. pun tersedih dan ditanya, "Apa yang membuat engkau sedih wahai NabiyAllah"?
beliau menjawab, "Aku bersedih karena ada seseorang yang diutus setelahku
dan umatnya lebih banyak memasuki surga dibandingkan dengan umatku.
Pada akhirnya perjalanan pun mulai menuju puncaknya,
Malaikat Jibril a.s. dan Nabi Muhammad saw naik sampai langit ketujuh, ketika
sampai kembali ditanya dengan pertanyaan di langit-langit sebelumnya, beliau
pun masuk dan bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s. Malaikat Jibril berkata,
"Ini ayahmu Ibrahim a.s. ucapkan salam kepadanya", Rasul pun
mengucapkan salam dan Nabi Ibrahim a.s. menjawab salamnya seraya berkata,
"Selamat datang wahai anak dan Nabi yang shaleh".
Akhirnya Rasul saw. naik menuju Sidratul Muntaha,
tumbuhan dan pepohonan di dalamnya begitu besar dan luas, dan besar daun-daunya
seperti telinga gajah, Malaikat Jibril pun berkata, "Inilah Sidratul
Muntaha, yang di dalamnya terdapat 4 sungai, 2 sungai terlihat nampak (Di
dunia) dan 2 lainnya tak terlihat (Berada di Surga), Rasul pun bertanya kepada
Malaikat Jibril, "Sungai apa ini wahai Jibril"? Malaikat Jibril
menjawab, "Adapun sungai yang nampak adalah Nil dan Eufrat, dan 2 lainnya
berada di Surga".
Setelah kejadian tersebut Rasul saw pun diangkat menuju
Baitul Ma'mur dan diberikan suatu wadah yang berisi anggur susu dan madu, Rasul
saw mengambil wadah yang berisi susu dan Malaikat Jibril berkata, "Inilah
Fitrah (Kesuciaan) atas engkau dan juga umatmu.
Kemudian diwajibkanlah bagi Rasul saw sholat selama 50
waktu dalam sehari semalam, akhirnya Rasul saw pun kembali dan ketika dalam
perjalannya beliau melewati Nabi Musa a.s. dan bertanya kepada Rasul, "Apa
telah yang telah diwajibkan bagimu"? Rasul menjawab, "Aku diwajibkan
sholat 50 waktu dalam sehari semalam".
Nabi Musa a.s. berkata, "Sungguh umatmu tak akan
mampu sholat 50 waktu dalam sehari semalam, Demi Allah aku telah mencoba hal
tersebut terdahap umat sebelum engkau dan aku telah memperbaiki Bani Israil
dengan sebenar-benar mungkin, kembalilah dan meminta keringanan untuk umatmu.
Dengan perintah Nabi Musa a.s. Rasul saw akhirnya kembali
kepada Allah Swt dan meminta keringanan, dan diberikan keringanan dengan 40
rakaat lalu kembali dan Nabi Musa a.s. berkata, "Umatmu masih belum
mampu". Beliau pun kembali meminta keringanan dan diberikan dengan jumlah
30 rakaat ketika kembali kepada Sayyidina Musa a.s. beliau berkata dengan
perkataan yang sama. Rasul pun kembali meminta keringanan untuk umatnya dan
diberikan 20 rakaat, ketika kembali Nabi Musa a.s. berkata, "Umatmu belum
sanggup". Rasul kembali meminta keringanan untuk umatnya dan diberikan 10
rakaat, Nabi Musa a.s. masih mengatakan hal yang sama. Rasul kembali yang
kesekian kalinya dan diberikan keringanan dengan 5 waktu sholat dalam sehari
semalam dan Nabi Musa a.s. masih mengucapkan kalimat yang sama, "Umatmu
belum sanggup untuk hal tersebut". Aku telah mencoba hal ini terhadap Bani
Israil dan memperbaiki mereka dengan sebaik-baik mungkin, mintalah keringanan
kepada Allah Swt untuk umatmu.
Nabi saw berkata kepada Sayyidina Musa a.s., "Aku
telah meminta banyak keringanan dengan Tuhanku wahai NabiyAllah sampai aku
malu, akan tetapi aku rela dan menerimanya. Ketika Rasul saw telah melewati
Nabi musa a.s. terdengar suara panggilan, "Aku telah diberikan kemudahan
dalam kewajiban yang telah Ku-berikan dan juga keringanan terhadap
hamba-hamba-Ku.
Allahu Ta'ala A'lam Bissowab.
Semoga bermanfaat untuk semua.
Referensi :
-'Umdatul Qaariy Syarh Shahih Al-Bukhari, Juz : 17, Hal :
25-29, Cet : Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, Karya : Al-Alamah Badruddin Mahmud bin
Ahmad Al-'Ainiy.
-As-Sirah Al-Halabiyah, Juz : 1, Hal : 514-515, Cet : Dar
Al-Kutub Al-Ilmiah, Karya : Abi Farj Al-Alamah Ali bin Ibrahim Al-Halabiy
As-Syafi'i.
Jum'at, 24 Rajab 1443 H / 25 Februari 2022 M, Mukalla,
Hadramaut, Yaman.
Posting Komentar