Nafashadhramaut.id | memasuki pembahasan mengenai sepenggal kisah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw
dan tentang awal mula terlahirnya julukan As-Shiddiq, perlu kita ketahui bahwa
peristiwa isra' dan mi'raj memiliki banyak hikmah di dalamnya.
Secara
ringkas, peristiwa tersebut adalah mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw, beliau
melakukannya dengan jasad-Nya yang mulia dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis,
dengan Buraq, ditemani oleh malaikat Jibril, lantas singgah di sana. Hingga
beliau menjadi imam shalat para Nabiyullah di Baitul Maqdis.
Berkenaan
sebab Sayyidina Abu Bakar mendapat julukan As-Shiddiq, bermula dari kisah
peristiwa isra' dan mi'raj yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Tak disangka,
salah satu hikmah yang lahir dari peristiwa tersebut ialah membuktikan betapa
kuatnya keimananan sosok dari Abu Bakar as.
Selepas
berlangsungnya kejadian isra' dan mi'raj, keesokan paginya Rasulullah Saw
menceritakan kepada orang sekitarnya apa yang beliau alami. Sontak kaum musyrik
Makkah mengingkari-Nya, menganggap bahwa Muhammad telah mengada-ngada dan tak
waras, bahkan di antara mereka ada pula yang mengolok-ngolok sambil menentang
pernyataan Rasulullah Saw.
Berita
ini tersiar ke berbagai pelosok bangsa Arab, dan hanya segelintir orang saja
yang meyakini bahwa Nabi telah melakukan perjalan isra' dan mi'raj. Tak heran,
apabila peristiwa ini membuat mereka yang baru memeluk Islam kembali murtad
karena keimanannya yang lemah.
Sebagian
dari mereka berkata, "Demi Allah, ini adalah sesuatu yang sangat ganjal. Kenapa
tidak?! Rombongan musafir saja memerlukan jarak tempuh selama sebulan untuk pergi
dari Makkah ke Syam, bagaimana mungkin Muhammad pergi ke sana lalu pulang ke
Makkah hanya dalam waktu semalam?"
Lalu
mereka mendatangi Abu Bakar, seraya berkata, "Coba toleh sahabatmu, wahai
Abu Bakar? Ia mengklaim dirinya pergi ke Baitul Maqdis dan shalat di sana pada
malam ini, kemudian pulang ke Makkah sebelum fajar terbit!"
Abu
Bakar berkata kepada mereka: "Apakah kalian menngingkari apa yang Ia katakan?"
Mereka
menjawab: "Ya, benar! Kami tak percaya sedikitpun."
Abu
Bakar berkata: "Demi Allah, jika itu yang ia ucapkan, pasti Ia berkata
benar. Apa ada yang janggal bagi kalian? Demi Allah, sesungguhnya Ia berkata
kepadaku bahwa ia berpindah dari langit ke bumi hanya dalam waktu sesaat pada
waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku mempercayainya. Jadi inilah
puncak keheranan kalian?"
Setelah
itu, Abu Bakar pergi menemui Rasulullah Saw dan bertanya langsung kepada-Nya, "Wahai
Nabi Allah, benarkah engkau telah bercerita kepada manusia, bahwa pada malam
ini engkau pergi ke Baitul Maqdis?"
Rasulullah
Saw menjawab: "Ya, benar." Seketika Abu Bakar pun membenarkan apa
yang diucapkan oleh Rasulullah Saw tanpa keraguan.
Di
antara mereka yang mendsutakan mukjizat Nabi ialah Abu Lahab, Muth'im bin Adiy
dll. Bahkan, ingkar dengan apa yang Nabi ucapkan, Muth'im bin Adiy berkata,
"Saya
meyakini bahwa apa yang kamu beritakan ini adalah dusta, kami sering melakukan
perjalanan ke Baitul Maqdis, bila pernyataan-Mu itu benar, beritahulah
ciri-ciri Baitul Maqdis kepada kami! Demi Latta dan Uzza, kami
tak mempercayaimu."
Lantas
Abu Bakar menjawab, "Wahai Muth'im, celakalah dirimu atas apa yang kau
ucapkan, kamu telah mendustakan apa yang Ia katakan. Sungguh, aku amat yakin
bahwa dia adalah orang yang jujur."
Hiruk
piruk pertikaian bangsa Arab semakin menjadi-jadi, mereka meminta Nabi untuk
membuktikan kebenaran ucapan-Nya dengan menanyai ciri-ciri Baitul Maqdis. Tanpa
diduga, Nabi menerangkan secara detail mengenai itu, tanpa kekeliruan
sedikitpun. Padahal, sesampainya beliau di sana, tak terpikir sedikit pun untuk
memperhatikan setiap sudutnya, menghafal bentuknya, apalagi menghitung
pilar-pilarnya.
Dalam
kitab Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw pernah bersabda,
"Saat
kaum Quraisy tidak memercayaiku, ketika aku berdiri di Hijir Ismail, Allah
memperlihatkan Baitul Maqdis kepadaku sehingga aku bisa menceritakan kepada
mereka tentang pilar-pilarnya dengan gambaran yang jelas."
Dalam riwayat lain, kaum musyrik pernah
bertanya kepada Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, Apakah kamu membenarkan bila
Muhammad pergi satu malam ke Baitul Maqdis dan kembali tepat sebelum
fajar?"
Abu
Bakar menjawab, “Jika memang beliau mengatakan itu maka beliau berkata benar.
Dan, aku sungguh percaya jika beliau menceritakan sesuatu yang lebih heboh
daripada itu.”
Sayyid
Muhammad bin Alawi Al-Maliki menukil riwayat dari Sirah Ibnu Hisyam, tuturnya,
asal usul bermulanya Abu Bakar mendapat gelar As-Shiddiq berasal dari peristiwa
isra dan mi'raj, karena ia langsung membenarkan kejadian ini, selagi semua
orang mendustakannya.
Hikmah
yang dapat diambil dari kisah ini, menggambarkan keberanian dan keimanan sosok
sahabat kepada Nabi, di saat semua orang malah mengingkarinya. Sudah sepatutnya
bagi seorang muslim untuk berpegang teguh kepada keyakinannya, beriktikad
kepada semua yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Wallahu A'lam bis Showab.
. .
Referensi:
·
Al-Anwar
Al-Bahiyyah min Isra' wa Mi'raj Khairul Bariyyah, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.
·
Ar-Rahiq
Al-Makhtoum, karya Syaikh
Shayyifurrahman Al-Mubarakfuri.
·
Fiqh Sirah, karya Syaikh Dr. Said Ramadhan Bouhti.
·
Sirah
Nabawiyyah, karya Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Bashri.
·
Sirah Nabi
Muhammad Saw, karya Syaikh
Ismail bin Umar bin Katsir.
Posting Komentar