Sabtu, 21 November 2020

Maulid dan Kota Ahwar; Catatan Kisah Penduduk Yaman

Oleh : Arsyad Arifi(*)


Nafashadhramaut.id Membaca sirah nabawiyah atau yang sering disebut "Maulid" adalah suatu cara untuk berutopia merefleksikan diri hadir dalam diorama hidup sang Baginda Nabi Muhammad saw. Berbagai kreasi dicetuskan demi menggapai titik khidmat dalam diorama tersebut. Pembacaan Maulid yang telah mendunia mengalami dinamika yang sangat ekspressif di berbagai belahan bumi, dan salah satunya adalah di Kota Ahwar, Yaman.

 

Ahwar merupakan suatu kota kecil yang menyimpan banyak kisah. Mulai dari ulamanya yang sangat masyhur, Ahlu Bait, hingga proxy war yang seolah menjadi sarapan sehari-hari para penduduknya. Akan tetapi di balik semua itu, ada kisah menarik tentang Maulid dan implikasinya di kota ini. Penulis telah mengadakan wawancara dengan Muhammad bin Mahdi Bal'eed, salah satu rekan kampus yang menjadi saksi hidup dinamika Maulid dan kotanya. Adapun poin pentingnya sebagai berikut:

 

A. Apakah ada perayaan Maulid secara khusus di Kota Ahwar?

 

Perayaan Maulid di Kota Ahwar bukanlah menjadi perayaan biasa. Akan tetapi, Maulid adalah suatu hal yang membudaya pada warga Kota Ahwar. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwasanya setiap bulan Rabi'ul Awal para Qurra' atau pembaca Maulid bersama para warga mengadakan ziarah besar-besaran ke berbagai ulama dan auliya di Kota Ahwar. Bahkan, Maulid juga diadakan di bawah kubah-kubah makam auliya.

 

Selain pembacaan Maulid, para warga bersuka cita larut dalam kehangatan kekeluargaan yang diiringi dengan hidangan barakah dan santapan bersama. Acara berlangsung dari awal bulan hingga akhir bulan dan intensitasnya tergantung para qurra'. "Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang sangat dinanti-nantikan para penduduk Ahwar." tegas Mahdi.

 

B. Adakah kitab Maulid karangan ulama Ahwar? Apa yang menjadi pembeda dengan kitab Maulid yang lain?

 

Ahwar merupakan kota segudang Ulama dan Qura'. Maka dari itu, jelas saya bilang, ada!

 

Kitab tersebut adalah "Syadzarat Al-Mubarakah", karya Habib Ali Al-Masyhur dan "Al-Hadiqah An-Nadhirah fi Nadhmi As-Sirah An-Nabawiyah", karya Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur yang terkenal sebagai mufakkir, Pemikir Islam yang sangat menitik beratkan pada "Fiqih Tahawwulat" atau fikih akhir zaman yang diajarkan di Universitas Wasathiyah yang didirikannya.

 

Beliau adalah putra dari Habib Ali Al-Masyhur sendiri. Kitab Maulid karya Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur telah disyarahi oleh Sayyidi Syekh Muhammad bin Ali Ba'athiyah dengan judul "Ghaits Sahabah Al-Muthirah fi Syarh Al-Hadiqah An-Nadhirah fi Nadhmi As-Sirah An-Nabawiyah". Kitab tersebut menjadi buku pedoman sirah nabawiyah.

 

Pembacaan Maulid ini secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Mahdi mengisahkan bahwa pembacaan Maulid ini dilakukan secara pelan dan ringan, sehingga semua hadirin bisa mengikuti bacaan para qurra. Lahjah, metode pembacaan yang dipakai adalah lahjah Hudaidah, sebuah kota tua di Yaman kampung halaman sahabat Abu Musa Al-Asy'ari r.a. Inilah yang menjadi ciri khas Maulid di Ahwar.

 

C. Apa implikasi religio-sosial perayaan Maulid pada warga Ahwar?

 

Maulid adalah pemersatu hati. Perang atau yang lebih spesifiknya proxy war berkepanjangan antar warga menjadi momok bagi penduduk lokal. Uniknya majelis maulid ini mampu menggerakkan orang-orang untuk menuju masjid untuk mendengarkan seksama dan menjadi candu dalam mahabbah kepada Rasulullah saw. entah siapa pun orangnya hingga yang berkonflik sekalipun. Majelis Maulid ini memiliki andil dalam mengikat dan mempersatukan hati para warga. Hal ini menjadi trend positif untuk setidaknya meringankan beban perang.

 

D. Apa yang Anda rasakan ketika menghadiri majelis Maulid di Ahwar?

 

"Pada detik-detik itu, saya merasakan ada ketenangan yang masuk kepada diri saya. Membuat hidup merasa lebih cerah dan bercahaya. Ketika saya tidak menghadirinya sekali saja, ada titik di hati yang terasa belum lengkap. Maulid adalah sarana untuk mendamaikan jiwa dengan bermahabbah kepada Baginda Rasulullah saw. dan saya sangat menyukainya." pungkas Mahdi.


Ditulis di Mukalla – Yaman, Agustus 2020.

(*) Penulis adalah alumni Univ. Imam Syafi'i, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Hadhramaut University.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search