Selasa, 28 September 2021

Hidayah dan Abu Lahab

Hidayah dan Abu Lahab

 
Oleh : Rafsan Muammar(*)

             Nafashadhramaut.id | Mengapa Rasulullah Tidak Mampu Memberi Hidayah kepada Paman dan Bibinya?


            Sebagian orang mungkin bertanya, mengapa Rasulullah saw. beserta kemuliaan dan kedudukan beliau di sisi Allah Swt. tidak mampu untuk memberikan hidayah kepada Paman dan Bibi beliau sendiri, yaitu Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil?


            Jawabannya mudah saja. Alasan mengapa Rasulullah saw. tidak mampu memberikan hidayah sekalipun kepada orang yang beliau cinta, menandakan bahwa Allahlah yang memiliki kuasa penuh akan hal tersebut. Hal itu juga berarti bahwa Allah Swt. telah menetapkan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memberikan hidayah kecuali atas izin Allah dan ketetapan-Nya.


Allah berfirman :


(مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا)


"Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka ia mendapatkannya dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka ia tidak akan menjumpai seorang yang memberikan petunjuk (selain Allah) untuknya."(QS. Al-Kahfi : 17)


(إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ)


"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu memberikan petunjuk (hidayah) kepada orang yang engkau cintai, tetapi sesungguhnya Allah memberi petunjuk hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Dia lebih tahu terhadap orang-orang yang diberi petunjuk."(Q.S. Al-Qashash : 56)


            Hal ini sama sekali tidak mengurangi kedudukan Rasulullah saw. sebagai ciptaan Allah Swt. yang terbaik dan termulia. Cukuplah nama beliau saw. selalu disebutkan setiap kali nama-Nya disebut, menjadi saksi atas kemuliaan beliau saw. Di dalam hadits Qudsi Allah berfirman, "Jikalau nama-Ku disebut, pastilah namamu disebut bersamaan dengan nama-Ku." (HR. Imam Al-Baghowi).


            Jika sebagian orang bertanya lagi, bukankah Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad saw. dalam firman-Nya bahwa  beliau mampu memberikan hidayah?


Hal yang dikatakan itu benar sekali, karena Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat asy-Syura: 52,


“Dan Sesungguhnya engkau (Muhammad) dapat memberi petunjuk hidayah kepada jalan yang benar.”


Dilihat secara tekstual, ayat ini berseberangan dengan ayat yang telah disebutkan yang menetapkan bahwa tidak ada yang dapat memberi hidayah kecuali Allah Swt. Padahal tidak sama sekali.


Para ulama mengatakan bahwa hidayah ada dua jenis:

1.      Hidayah umum yang bersifat ajakan dakwah dan petunjuk ke arah kebenaran (Hidayatu Dakwah wal Irsyad).

2.      Hidayah khusus yang berarti menciptakan keimanan dan penerangan jiwa.


Hidayah yang kedua, merupakan jenis hidayah yang bahkan Nabi Muhammad saw. sekalipun tidak mampu memberikannya kepada setiap insan kecuali atas izin Allah dan sesuai ketetapan-Nya. Bukankah Allah Swt memiliki kuasa mutlak untuk memberi dan tidak memberi?


Adapun hidayah yang dimaksud dalam Surat As-Syura ayat 52, adalah hidayah pertama yang bersifat ajakan dakwah dan petunjuk kearah kebenaran. Hidayah inilah yang Allah berikan kepada Rasulullah saw.


Imam Ibnu ‘Asyur berkata mengenai tafsir ayat ini, “Hidayah yang dimaksud dalam ayat, ‘Dan Sesungguhnya Engkau (Muhammad) dapat memberi petunjuk hidayah’ adalah hidayah umum yaitu, mengajak manusia ke jalan yang benar.”


Pada akhirnya kita semua tahu, bahwa Allah swt. berkuasa atas segala sesuatu, memberikan hidayah kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki dan menahannya kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki pula.


Sekarang kita tahu alasan mengapa Rasulullah saw. tidak mampu memberikan hidayah kepada Abu Lahab dan Ummu jamil sebagai Paman dan Bibi beliau, lantas mereka mati dalam keadaan kafir. Begitu pula Nabi Luth a.s. yang tidak mampu memberi hidayah kepada anak dan istrinya yang justru mati tertimpa adzab bersama kaumnya. Karena hal itu semua merupakan bukti kekuasaan Allah Swt. sebagai Rabb semesta alam.


            Mahasuci Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Abu Lahab dan Ummu jamil yang memiliki kerabat dengan Rasulullah tidak menjadikannya beriman kepada Allah begitu saja, bahkan Istri dan Anak Nabi Luth dan Nabi Nuh yang hidup serumah pun tidak menjadikan mereka beriman kepada Allah. Beda lagi jika dibandingkan dengan Sayyidah Asiyah, istri Raja Fir’aun yang bahkan mengaku dirinya sebagai Tuhan mampu bersujud, menyembah Allah di istana suaminya. Masya Allah. Tidakkah kita berpikir bagaimana kekuasaan Allah?


Referensi:

Kitab Ma’alimu Tanzil karya Imam Al-Baghowi

Kitab At-Tahrir wa At-Tanwir karya Imam Ibnu ‘Asyur


(*) Penulis adalah mahasiswa tingkat 3 Fak. Syariah – Universitas Imam Syafi’i, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search