Selasa, 14 September 2021

RENUNGAN ( Agungnya Kasih Sayang Allah subhanahu wa ta’ala)


Oleh | Subhan Fauzi

Mahasiswa tingkat 2 Fak. Syariah – Universitas Imam Syafi’i, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.

 


Nafashadhramaut.id | Cahaya sudah tidak terlihat kembali saat ini. Ketika kita melihat kehidupan dengan teropong atau dengan alat pembesar, kita akan melihat kehidupan manusia yang begitu rumit. Karena terlalu rumitnya sampai-sampai kehidupan itu keluar dari porosnya.

 

Sudah tidak bisa dimengerti memang kehidupan ini. Dahulu ketika kita masih kecil, dan sering berbuat kesalahan terhadap orang tua, bahkan terjadi seperti sebuah drama ketika kita membuat mereka marah atau jengkel terhadap kita. Memang, dulu ketika berbuat nakal terhadap ibu hingga membuatnya marah besar terhadap kita, kita merasa ibu tidak lagi sayang kepada kita. Lalu kita pergi keluar rumah dengan linangan air mata.

 

Sebenarnya, ketika seorang ibu sedang marah, ia hanya membiarkan kita pergi dan menutup pintu rapat-rapat. Tinggallah kita berada di luar rumah. Kehujanan dan tidak tahu mau ke mana untuk berteduh. Lalu kita kembali mendekati rumah dan duduk di depan pintu sambil merenungi apa yang terjadi.

 

Di sana, kita mengingat kembali bagaimana kasih sayang ibu terhadap kita. Betapa perhatiannya ia terhadap makanan kita. Betapa cemasnya ia ketika kita sakit. Betapa hangat pelukannya saat kita ketakutan.

 

Kemudian kita mulai memanggil-manggil nama ibu yang diiringi dengan tangisan yang lirih, penuh penyesalan yang perih.

 

Mendengar rintihan itu, ibu pun membuka pintu. Tiba-tiba saja amarahnya berubah menjadi rasa kasihan dengan kondisi kita yang kehujanan. Ia segera memeluk dan membawa kita ke dalam rumah. Lalu memandikan kita, menggantikan pakaian, dan menyelimuti kita dengan kehangatan.

 

Sambil menangis ibu berkata, "Anakku, ke mana kamu akan pergi meninggalkanku? Selain aku, siapa yang akan menampungmu? Bukankah sudah kukatakan kepadamu, jangan melanggar perkataanku, dan jangan memaksaku untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kasih sayang yang kumiliki serta keinginanku untuk memberi yang terbaik kepadamu karena pendurhakaanmu kepadaku."

 

Dari kisah seorang ibu dan anak kecil tadi, kita bisa memperhatikan dari kata sang ibu: "Jangan memaksaku  untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sifat kasih sayang yang aku miliki karena pendurhakaanmu."

 

Kita dapat menyimpulkan, jika seorang hamba membuat Allah Swt. murka dengan melakukan maksiat, berarti pelanggaran itulah yang mendorong Allah untuk tidak memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya terhadap seorang hamba yang bermaksiat. Jika dia bertobat kepada-Nya, Itu pertanda bahwa dia telah melakukan sesuatu yang membuat Tuhan akan berbuat baik terhadapnya. Memang itulah hakikat sifat dari Allah Swt.

 

Kutipan kisah tersebut menandakan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Akan tetapi, kasih sayang Allah kepada kita melebihi kasih sayang ibu kepada kita. Coba simak sabda Rasulullah saw.:

"Kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya lebih besar daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Bayangkan saja, semua yang ada di dalam tubuh kita itu ciptaan Allah. Semua harta yang kita sayangi adalah milik-Nya. Semua orang yang kita sayangi adalah hamba-Nya. Bahkan langit dan bumi yang mana tempat kita hidup itu merupakan kekuasaan-Nya.

 

Anehnya, banyak manusia yang sudah diberi kenikmatan oleh Allah justru berbuat dosa di hadapan-Nya. Bermaksiat di depan mata-Nya. Berbuat zalim di dalam dunia-Nya. Sebenarnya, hamba yang bagaimana kita ini, jika kita yang sangat lemah ini telah berbuat lancang terhadap-Nya.

 

Hanya saja Tuhan Yang Maha Penyayang senantiasa memberikan kita kesempatan untuk meminta maaf (bertobat) dan berbuat baik. Sebanyak apa pun dosa kita, tapi rahmat Allah lebih besar daripada itu. Dengan syarat kita segera bertobat dan menyesali apa yang sudah kita lakukan.

 

Hal ini senada dengan firman Allah Swt.:

 

( ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابُوا مِن بَعْدِ ذَٰلِكَ وَأَصْلَحُوا إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ )

 

"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS. An-Nahl: 119.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search