Oleh
: M Basuni Baihaqi
Mahasiswa
tingkat 3 Fak. Ushuluddin – Universitas Imam Syafi’i, Mukalla, Hadhramaut,
Yaman.
Nafashadhramaut.id | Islam
tak akan mundur, luntur dan hancur disebabkan oleh musuh-musuhnya. Islam hanya
mengalami kekalahan disebabkan oleh orang Islam sendiri. Saat perang Uhud, di mana
sebagian pemanah tidak menuruti perintah Nabi ﷺ membuat Islam terpukul mundur.
Begitu pula saat perang Hunain, banyaknya pasukan muslimin yang merasa yakin
akan kemenangan. Mereka lupa bahwa yang memberi kemenangan adalah Allah, bukan
banyaknya pasukan. Hingga musuh dapat memporak-porandakan muslimin. Namun
keteguhan Rasulullah ﷺ saat itu, keadaan dapat dikembalikan dan muslimin pulang
membawa kemenangan.
Saat
ini musuh-musuh Islam tidak lagi mengangkat senjata ataupun menyusun tentara
untuk menghancurkan Islam. Mereka menganggap bahwa perang fisik adalah cara
lama yang sia-sia dan menghabiskan banyak dana, waktu, serta tenaga.
Kemenangan-kemenangan Islam dalam perang fisik, baik dari masa sahabat,
tabi'in, maupun setelahnya, membuat mereka memutar otak untuk mencari langkah
lain yang lebih efisien. Hingga akhirnya mereka menggunakan "Perang
Pemikiran" atau ghozwu fikry untuk melunturkan Islam dan muslimin.
Ghozwu
fikry (perang pemikiran -arab-) yaitu
serangan terhadap umat menggunakan beberapa metode dan sarana dengan tujuan merubah
pemikiran, akhlak, dan budaya. Sasaran mereka dalam perang ini adalah para
pemuda Islam dan generasi muslimin. Sebab mereka memahami, bahwa para
generasilah yang menentukan Islam mendatang. Sebenarnya ghozwu fikry
telah lama diaplikasikan oleh musuh-musuh muslimin, hanya saja akhir-akhir ini
lebih digencarkan dan ditekankan setelah melihat keberhasilan yang mereka
capai.
Musuh-musuh
Islam baik para misionaris maupun cendekiawan menciptakan akses yang dapat
merusak akhlak dan budaya muslim. Seperti menyebarkan budaya Eropa yang tak
sesuai dengan syari'at Islam. Baik dalam hal fashion, tingkah laku
maupun budaya. Khususnya para wanita muslimah. Aurat yang sedikit demi sedikit
terbuka, rasa malu sedikit demi sedikit terkikis, hingga akhlak yang sedikit
demi sedikit meluntur.
Mereka
juga mencoba agar muslimin ragu akan al-Qur'an dan hadis serta hukum-hukum Islam.
Beberapa pertanyaan-pertanyaan seperti, mengapa Islam menyuruhmu sholat?
Mengapa puasa hanya di bulan Ramadhan? mereka lontarkan kepada orang-arang
awam. Bahasa arab fusha (yang fasih) pun mulai dilupakan dan beralih
menggunakan bahasa yang mereka anggap lebih keren, modern, dan mendunia.
Tak
cukup di situ, mereka juga mengadu domba sesama muslim. Menyusup salah satu
kelompok muslim untuk menghujat, mencela, bahkan membantu menjatuhkan muslim
yang lain. Sehingga muslimin lupa akan hadis Nabi ﷺ
المسلم أخ المسلم
"Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya." HR Bukhari
المؤمن للمؤنين كالبنيان يشد بعضه بعضا ثم شبك بين أصابعه
"Seorang
mukmin bagaikan bangunan yang menguatkan satu sama yang lain. Kemudian Rasulullah
ﷺ menyatukan jari-jari beliau." HR Bukhari.
Elektronik
yang telah dirancang juga menarik para pemuda untuk berselancar di dalamnya.
Sholat, membaca al-Qur'an, dan ibadah lainnya yang hanya membutuhkan beberapa
menit sengaja ditinggalkan demi berjam-jam menghadap berbagai sosial media,
internet, dan televisi yang terkadang tidak memberinya manfaat sama sekali, bahkan
menjerumuskannya.
Di
sisi lain, mereka juga pandai menutupi niatnya dan berdalih bahwa apa yang
dilakukan sesuai dengan keadaan sekarang, dan era modern akan tetap berkembang sehingga
siapa pun yang tidak mengikuti perkembangan zaman akan tertinggal dan
dikucilkan. Bahkan semua rotasi dan peredaran zaman, baik bidang pengetahuan,
teknologi, dan perkembangan zaman untuk saat ini dikuasai mayoritas non muslim.
Menghadapi
peperangan ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan generasi muslimin:
-
Mengenal dan mengenalkan akan bahayanya ghozwu fikry yang digencarkan
musuh-musuh Islam.
-
Mengaji dan mengajari agama Islam serta batasan-batasan di dalamnya, baik dalam
syari'at, akidah, maupun akhlak dan budaya.
-
Tetap memanfaatkan sarana yang ada guna mendapatkan informasi atau menyebarkan pengetahuan,
baik melalui internet, sosial media, dan sebagainya dengan syarat sesuai dengan
batasan-batasan syari'at.
-
Tetap mengikuti perkembangan zaman untuk mencetak kader-kader yang mampu
menguasai IPTEK yang berpondasikan Islam yang kuat.
-
Menghindari sesuatu yang meragukan, khususnya yang berhubungan dengan agama.
Wallahu
a'lam
Posting Komentar