Hari Kelahiran Nabi Muhammad saw. dan Fadilah Bershalawat |
*Oleh | Muhammad Ali Fikri*
Mahasiswa tingkat 4 Fak. Ushuluddin – Universitas Imam Syafi’i, Mukalla,
Hadhramaut, Yaman.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Nafashadhramaut.id | Tepat seribu empat ratus sembilan puluh enam tahun yang lalu, Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan dari seorang perempuan yang salihah dan
tak pernah ternodai keburukan masa Jahiliah. Perempuan itu bernama Aminah,
putri Wahab, seorang pemimpin kabilah Bani Zuhroh yang baik akhlak dan
kedudukannya. Dia adalah istri Abdullah, putra Abdul Muthalib yang paling
tampan dan disayang oleh ayahnya. Keduanya adalah insan yang nasabnya
terpandang di kalangan kaum Quraisy dan memiliki kedudukan yang mulia.
Ketika Ibunda Aminah mengandung Nabi Muhammad saw. beliau tidak merasakan
keberatan sedikit pun, seakan-akan ia tak mengandung apa pun. Disebutkan dalam
riwayat, bahwa Ayahanda Nabi, Abdullah, ketika masih bujang, terlihat cahaya
yang terpancar dari wajahnya. Namun ketika telah menikahi Ibunda Aminah, tak
tampak lagi cahaya itu. Seakan-akan cahaya itu telah pindah ke dalam rahim
Aminah.
Di antara kebiasaan buruk yang dilakukan pada masa Jahiliah adalah apabila
lahir seorang anak, dan anak tersebut adalah perempuan, maka anak itu akan
dikubur hidup-hidup nantinya. Berbeda jika yang lahir laki-laki, maka mereka
membangga-banggakannya. Nah, pada tahun kelahiran Nabi Muhammad saw. tidaklah
lahir seorang anak kecuali yang lahir adalah anak laki-laki saja. Sehingga pada
tahun kelahirannya, tidak ada anak perempuan yang dikubur hidup-hidup. Demi
memuliakan tahun kelahiran Nabi Muhammad saw.
Di hari kelahiran Nabi Muhammad saw. saja, banyak terjadi hal-hal yang luar
biasa, seperti: padamnya api yang disembah oleh bangsa Persia, sedangkan api
tersebut tak pernah padam sejak seribu tahun, berjatuhannya berhala-berhala,
terpancarnya cahaya dari tempat kelahiran Nabi Muhammad hingga ke Bushro yang
berada di Syam, dll.
Kelahiran dan datangnya Nabi Muhammad saw. telah disebutkan di dalam
kitab-kitab terdahulu, seperti: Injil dan Taurat. Hanya saja kebanyakan dari
mereka, kaum Yahudi dan Nasrani, tidak
mau mengakui hakikat yang disebutkan dalam kitab mereka, sehingga mereka
mengingkari dan memusuhi Nabi Muhammad saw. Dalam Qur’an sendiri Allah
Subhanahu wata’ala berfirman,
(وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ
اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا
بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ)
“Dan ketika Isa ibnu Maryam bersabda, “Wahai
Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan
apa yang ada di hadapanku dari Taurat serta memberikan kabar gembira dengan seorang
rasul yang datang setelahku, dia bernama Ahmad.”
QS. as-Shaff: 6.
Nabi Muhammad saw. pun lahir dalam
keadaan telah terkhitan, bersujud dan menengadah wajahnya ke langit seraya
memberikan isyarat dengan jari telunjuknya layak seseorang yang sedang tasyahud.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Sa’ad
dengan sanad yang baik, dari Abi Umamah radhiyallahu ‘anhu,
aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apa
awal mula keberadaanmu (kelahiranmu)?” Beliau
menjawab, “Doa Nabi Ibrahim, kabar gembira
Nabi Isa Ibnu Maryam, dan Ibuku melihat cahaya yang terpancar dari dalam
dirinya (ketika melahirkan Nabi) yang menyinari istana-istana Syam.”
Hal-hal yang luar biasa tadi,
membuat seorang muslim bertambah yakin bahwa Nabi Muhammad saw. merupakan makhluk
yang paling sempurna, kekasih Allah, dan menambah kecintaan kita kepadanya.
Bahkan sejak sebelum beliau belum lahir di dunia ini, namanya telah dikenal
oleh penduduk langit. Nama Nabi Muhammad saw. termaktub di pilar-pilar Surga
dengan nama Allah Swt. Derajat Nabi Muhammad melebihi semua makhluk. Julukan ‘Habibullah’ (Kekasih
Allah) melebihi ‘Khalilullah’ yang merupakan julukan Nabi Ibrahim.
Sekelumit dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi ketika hari kelahiran Nabi Muhammad saw. ini merupakan pembuka
agar kita lebih rajin lagi menelaah sirah Nabi, semakin semangat tuk membaca
Maulid Nabi, dan lebih memperbanyak lagi shalawat kepadanya. Karena semua itu
merupakan bukti akan rasa cinta dan syukur kita kepada Rasulullah saw.
Berkatnya, umat ini menjadi umat yang paling mulia. Meskipun umur mereka
pendek-pendek ketimbang umat-umat terdahulu, namun pahala umat Nabi Muhammad
saw. dapat menandingi pahala umat terdahulu. Semuanya berkat Nabi Muhammad saw.
Seorang penyair yang lahir tahun 608 H, pengarang qasidah Burdah yang terkenal itu, Imam
al-Bushiri, dalam bait-bait Burdahnya berkata,
بُشْرَى
لَنَا مَعْشَرَ الإِسْلامِ إِنَّ لَنَا
* مِنَ العِنَايَةِ رُكْناً
غَيْرَ مُنْهَدِمِ
لَمَّا
دَعَى اللهُ دَاعِينَا لِطَاعَتِه * بِأَكْرَمِ الرُّسْلِ كُنَّا أَكْرَمَ
الأُمَمِ
“Kabar gembira bagi kita umat Islam, bahwa kita memiliki pilar yang
takkan roboh berkat pertolongan Allah”
“Ketika Allah mengajak kita untuk menaatinya, berkat Rasul yang
paling mulia, kita menjadi umat yang paling mulia”
KH. Nur Hasanuddin pernah dawuh, “Cinta Buta kepada Nabi Muhammad saw. tak masalah. Namun
cinta ‘melek’
(tak buta) saja kepada seorang perempuan tanpa ada ikatan
syariat itu bermasalah.” Juga orang yang bershalawat tak pernah rugi.
Bagaimanapun keadaannya, bagaimanapun niatnya, shalawatnya pasti diterima. Tak
heran bila mana salah satu ulama’ pernah
berkata, “Satu-satunya ibadah yang tak
membutuhkan keseriusan atau kekhusyukan adalah bershalawat. Karena meskipun dia
bershalawat dengan tak ikhlas, dia tetap diberi pahala.”
Namun, tetap saja, apakah pantas kita bershalawat dengan niat yang tak
benar, dengan riya’ atau tak ikhlas?
Oleh karena itu, disebutkan dalam
syair,
أَدِمِ
الصَّلَاةَ على الحَبِيْبِ مُحَمَّدِ
* فَقَبُوْلُهَا حَتْماً بِغَيْرِ
تَرَدُّدِ
أَعْمَالُنَا
بَيْنَ القَبُوْلِ وَرَدِّهَا * إِلَّا الصَّلاَةَ عَلى النَبِي مُحَمَّدِ
“Terus-meneruslah bershalawat pada Sang Kekasih, Muhammad, pasti
shalawat itu diterima tanpa ragu”
“Amal perbuatan kita yang lain masih di ambang terima atau ditolak,
kecuali bershalawat kepada Nabi Muhammad shallalhu ‘alaihi
wasallam”
Orang yang bershalawat satu kali,
Allah membalasnya dengan berkali lipat. Dalam hadis, Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ
صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ بِهَا عَلَيْهِ عَشْرًا. رواه البيهقي.
“Barang siapa yang bershalawat kepadaku, maka Allah bershalawat
kepadanya sepuluh kali.” HR.
Baihaqi. Makna shalawat Allah adalah Allah merahmatinya.
Disebutkan dalam hadis yang lain,
عَنْ
أَبِي طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: أَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا طَيِّبَ النَّفْسِ يُرَى فِي وَجْهِهِ الْبِشْرُ،
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصْبَحْتَ الْيَوْمَ طَيِّبَ النَّفْسِ يُرَى فِي
وَجْهِكَ الْبِشْرُ قَالَ: أَجَلْ أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ
مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ صَلَاةً كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عَشْرَ
حَسَنَاتٍ وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ
وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَهَا. رواه أحمد.
Dari Sahabat Abu Thalhah al-Anshori,
dia berkata, “Suatu hari Rasulullah
saw. terlihat baik keadaannya, wajahnya tampak berseri. Para sahabat pun
bertanya, “Wahai Rasulullah, pagi ini engkau
terlihat baik keadaannya, wajah engkau tampak berseri.”
Beliau menjawab, “Benar.
Seorang utusan Allah datang kepadaku lantas ia berkata, “Siapa
saja yang bershalawat dengan satu shalawat kepadamu dari umatmu, maka Allah
akan membalasnya dengan sepuluh kebaikan, dihapus sepuluh kesalahan, dan
diangkat sepuluh derajat serta Allah membalasnya sama seperti shalawatnya.” HR. Ahmad.
Bahkan, siapa saja yang mengucapkan
salam kepada Nabi Muhammad, maka beliau sendiri yang akan menjawab salam
tersebut. Rasulullah saw. bersabda,
مَا
مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى
أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ. رواه أبو داود.
“Tidaklah seorang pun mengucapkan salam kepadaku, kecuali Allah
mengembalikan ruhku agar aku menjawab salamnya.”
HR. Abu Dawud. Sedangkan lafadz salam itu maknanya adalah doa agar
diberikan keselamatan. Maka secara tidak langsung Rasulullah saw. mendoakan
keselamatan bagi siapa saja yang mengucapkan salam kepadanya. Bukankah doanya
Nabi itu mustajab?
Al-Hasil, memang benar hukum
shalawat itu tidak wajib kecuali dalam shalat saja, akan tetapi hukumnya sunah
yang sangat dianjurkan, mengingat berapa besarnya karunia Allah yang dicurahkan
bagi siapa yang mau bershalawat kepada Nabi-Nya. Pun juga karena di sini, umat
Nabi Muhammad saw. sangat membutuhkan shalawat ini, bukan Nabi yang membutuhkan
shalawat kita. Karena seberapa banyak seseorang bershalawat kepadanya, sedekat
itulah dia dengan Nabi Muhammad saw. nanti di Akhirat. Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban, Rasulullah saw. bersabda,
أَوْلَى
النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً.
“Orang yang paling dekat denganku di hari Kiamat adalah orang yang
paling banyak bershalawat kepadaku.”
Maka bulan maulid, bulan Rabiul Awal
merupakan momen yang pas untuk lebih banyak bershalawat dan mengucapkan salam
kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw. serta melaksanakan sunah-sunahnya sebagai
bukti akan rasa cinta dan syukur kita akan lahir dan diutusnya Nabi Muhammad
saw. di muka bumi. Dan peringatan maulid, perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad
saw. seperti ini bukan hanya dilakukan pada bulan Rabiul Awal saja. Karena
bershalawat, membaca sirah, pujian-pujian untuk Nabi Muhammad saw. yang ada
dalam perayaan maulid ini juga dilakukan di selain bulan Rabiul Awal, hanya
saja pada bulan Rabiul Awal lebih ditingkatkan lagi.
Semoga Allah Swt. memberikan kita
taufik dan inayah-Nya agar dapat istiqamah bershalawat dan mengucapkan salam
kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw. serta melaksanakan sunah-sunahnya. Rezeki
kita dilancarkan sehingga dapat merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw.
meskipun hanya dengan kesederhanaan. Dan pada akhirnya, kelak kita bersama
keluarga dan guru-guru kita, serta orang-orang yang kita cintai dapat
dikumpulkan dengan Nabi Muhammad saw. Aamiin.
اللهم
صل على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم
Mukalla, 12
Rabiul Awal 1443 H / 18 Oktober 2021
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Silakan dishare, semoga
bermanfaat.
Rasulullah saw. bersabda:
((من دل على خير فله مثل
أجر فاعله)) رواه مسلم.
"Barang siapa menunjukkan
kebaikan, maka ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang
melakukannya." HR. Muslim.
((بلغوا عني ولو آية))
رواه البخاري.
"Sampaikanlah dariku walaupun
hanya satu ayat." HR. Bukhari.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Posting Komentar