Jumat, 22 Oktober 2021

INTERAKSI NABI DENGAN ANAK KECIL


*Oleh: Imam Abdullah El-Rashied*

FB | IG | TG | WP | YT @elrashied_imam

elrashied.wordpress.com

 

Nafashadhramaut.id | Nabi Muhammad saw adalah teladan terbaik dalam berinteraksi dan menghadapi tingkah laku serta keusilan anak kecil yang terkadang suka bikin jengkel orang dewasa. Ada setidaknya 6 poin penting yang bisa kita ambil pelajaran dan teladani dari cara interaksi Nabi saw dengan anak kecil, yaitu sebagai berikut ini :

1)      Kesabaran Nabi atas perilaku anak kecil

Ummu Kholid Binti Kholid Bin Saíd r.a. berkata:

أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - مَعَ أَبِي وَعَلَيَّ قَمِيصٌ أَصْفَرُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - :«سَنَهْ سَنَهْ» - وَهِيَ بِالْحَبَشِيَّةِ حَسَنَةٌ - قَالَتْ: فَذَهَبْتُ أَلْعَبُ بِخَاتَمِ النُّبُوَّةِ، فَزَبَرَنِي أَبِي، قالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - :«دَعْهَا». ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - :«أَبْلِي وَأَخْلِقِي، ثُمَّ أَبْلِي وَأَخْلِقِي، ثُمَّ أَبْلِي وَأَخْلِقِي».

“Aku mendatangi Rasulullah saw bersama Ayahku (ketika Aku masih kecil), sedangkan Aku mengenakan pakaian kuning. Rasulullah saw bersabda: “Sanah, sanah,” dalam Bahasa Habasyah (yang artinya adalah) Hasanah (bagus).” Ummu Kholid berkata: “Kemudian Aku memainkan Tanda Kenabian, lantas Ayah melarangku. Rasulullah saw bersabda: “Biarkan dia.” Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Lanjutkna, lanjutkan!” HR. Bukhari (no. 2842), Sang Perowi menyebutkan bahwasannya anak kecil itu terus memainkan Tanda Kenabian yang ada di pundak Nabi saw dalam waktu yang cukup lama.

Begitulah Akhlak Rasulullah saw kepada anak kecil, beliau tidak ingin melukai perasaannya dan tidak ingin membuat anak kecil merasa bersalah atas apa yang dia lakukan.

Catatan : Tanda Kenabian atau Stempel/Cincin Kenabian adalah sebuah tanda yang ada di punggung Rasulullah saw yang besarnya seukuran telur merpati.

 

2)   Kelembutan Nabi kepada anak kecil

Ketika menyibukkan diri dengan beribadah dan menghadap Sang Pencipta, hal ini tidak mencegah Nabi Muhammad saw untuk tetap bersikap lembut kepada anak kecil, sebagaimana diriwayatkan oleh Syaddad Bin Al-Had r.a., beliau berkata:

خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فِي إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعِشَاءِ وَهُوَ حَامِلٌ حَسَنًا أَوْ حُسَيْنًا، فَتَقَدَّمَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَوَضَعَهُ ثُمَّ كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ فَصَلَّى، فَسَجَدَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِهِ سَجْدَةً أَطَالَهَا، فَرَفَعْتُ رَأْسِي وَإِذَا الصَّبِيُّ عَلَى ظَهْرِ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ سَاجِدٌ، فَرَجَعْتُ إِلَى سُجُودِي، فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - الصَّلَاةَ قَالَ النَّاسُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ سَجَدْتَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِكَ سَجْدَةً أَطَلْتَهَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ؟ قَالَ :«كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ، وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي فَكَرِهْتُ أَنْ أُعْجِلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ»

“(Suatu ketika) Rasulullah saw keluar menemui Kami di salah satu 2 Shalat Isya’ sedangkan beliau menggendong Hasan atau Husein. Kemudian Rasulullah saw maju dan meletakkannya, lantas bertakbir untuk Shalat. Setelah itu Rasulullah saw sujud sangat lama sekali. Kuangkat kepalaku, ternyata ada anak kecildi atas punggung Rasulullah saw yang sedang sujud, kemudian Aku kembali ke sujudku. Setelah Rasulullah saw selesai dari Shalatnya, orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, Engkau sujud dalam Shalatmu sangat lama sekali, hingga Kami mengira telah terjadi sesuatu atau telah turun wahyu?”Beliau bersabda: “Semua itu  tidak terjadi. Akan tetapi anakku sedang menunggangiku hingga Aku enggan untuk terburu-buru agar dia selesai dengan hajatnya.” HR. Ahmad (No. 26363)

 

Di sini bisa Kita saksikan bagaimana Rasulullah saw enggan untuk mengangkat kepalanya dari sujud karena memenuhi hajat cucunya dalam bermain. Pun Hasan atau Husein tidak mungkin seberani itu melakukannya kecuali karena sudah terbiasa dengan perlakuan Nabi kepada mereka. Dan, sebenarnya Nabi sendiri bisa saja menurunkannya secara perlahan ketika beliau sujud, akan tetapi beliau tidak ingin melukai perasaan cucunya dan membiarkannya bermain sesuka hati di atas punggungnya dalam keadaan sujud sekalipun.

 

Ada Hadits lain yang senada dengan kisah di atas yang diriwayatkan oleh Abu Qotadah Al-Anshari r.a., beliau berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - يَؤُمُّ النَّاسَ، وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِي الْعَاصِ -وَهِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - - عَلَى عَاتِقِهِ، فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا، وَإِذَا رَفَعَ مِنْ السُّجُودِ أَعَادَهَا.

“Aku melihat Nabi saw sedang mengimami orang-orang, sedangkan Umamah Binti Abul Ásh (yang juga) -merupakan putri Zainab Binti Nabi saw- berada di atas bahunya. Ketika beliau ruku’, beliau meletakkannya. Dan ketika berdiri dari sujud beliau mengembalikannya (lagi ke bahunya).” HR. Bukhari (no. 5537) & Muslim (no. 543)

 

Bayangkan bagaimana mulia perlakuan Nabi saw kepada anak kecil ketika beliau Shalat, sedangkan beliau berada pada keadaan yang sangat membutuhkan konsentrasi besar untuk kekhusyu’annya yang tak lain merupakan waktu yang meneduhkan hatinya, sebagaimana beliau bersabda:

«جُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»

“Telah dijadikan kesejukan mataku di dalam Shalat.” HR. Ahmad (no. 11845)

Dalam Hadits lain beliau bersabda:

« يَا بِلَالُ، أَقِمْ الصَّلَاةَ، أَرِحْنَا بِهَا»

“Wahai Bilal! Dirikanlah Shalat dan tenangkanlah Aku dengannya.” HR. Abu Daud (no. 4333)

 

Abdullah Bin Buraidah r.a. meriwayatkan dari Ayahnya, beliau berkata:

خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَقْبَلَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَلَيْهِمَا قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ يَعْثُرَانِ وَيَقُومَانِ فَنَزَلَ فَأَخَذَهُمَا فَصَعِدَ بِهِمَا الْمِنْبَرَ ثُمَّ قَالَ صَدَقَ اللَّهُ {إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ} رَأَيْتُ هَذَيْنِ فَلَمْ أَصْبِرْ ثُمَّ أَخَذَ فِي الْخُطْبَةِ.

“Rasulullah saw berkhutbah kepada Kami, kemudian datanglah Hasan dan Husein r.a. yang mengenakan baju merah dan tersandung lantas berdiri. Kemudian Rasulullah saw turun untuk mengambil keduanya dan naik ke mimbar lagi dan bersabda: “Sungguh benar firman Allah (Sesungguhnya harta dan anak kalian adalah ujian) [QS. Al-Anfal : 28], Aku melihat dua (anak) ini dan tidak sabar hingga Aku membawanya ke (tengah-tengah) Khutbah.” HR. Abu Daud (no. 935)

 

3)   Kasih sayang Nabi kepada anak kecil

Tak ada seorang pun di dunia yang lebih penyayang kepada anak kecil melebihi Nabi Muhammad saw. Diriwayatkan dari Anas Bin Malik r.a. sesungguhnya Nabi saw bersabda:

«إِنِّي لَأَدْخُل فِي الصَّلَاة أُرِيد إِطَالَتهَا ، فَأَسْمَع بُكَاء الصَّبِيّ ، فَأُخَفِّف مِنْ شِدَّة وَجْد أُمّه بِهِ»

“Sesungguhnya Aku sedang Shalat dan ingin memperpanjangnya, akan tetapi Aku mendengar tangisan anak kecil, lantas Aku mempersingkat (Shalatku) karena kekhawatiran Sang Ibu kepadanya.” HR. Bukhari (no. 668) & Muslim (no. 470)

 

Nabi pun menjelaskan tentang kasih sayang kepada anak kecil sebagaimana di dalam Haditsnya:

«لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا»

“Bukanlah bagian dari Kami yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati yang besar.”  HR. Tirmidzi (no. 1842)

 

Kasih sayang kepada anak kecil sudah mendarah–daging pada diri Rasulullah saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Anas  r.a. :

أنه ولد له صلى الله عليه وآله وسلم- غلام قال: (فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ ) ثم أدركته الوفاة وهو صغير، قَالَ أَنَسٌ : لَقَدْ رَأَيْتُهُ وَهُوَ يَكِيدُ بِنَفْسِهِ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - ، فَدَمَعَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - ، فَقَالَ :«تَدْمَعُ الْعَيْنُ ، وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ، وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا ، وَاللَّهِ يَا إِبْرَاهِيمُ إِنَّا بِكَ لَمَحْزُونُونَ».

“Suatu ketika telah lahir anak lelaki Rasulullah saw, kemudian beliau bersabda: “Aku memberinya nama Kakekku, Ibrahim.” Kemudian anak itu meninggal masih kecil.” Anas berkata: “Sungguh Aku telah melihat anak itu sekarat di tangan Rasulullah saw. Lantas meneteslah air mata Rasulullah saw seraya bersabda: “Mata menangis, hati pun bersedih. Sedangkan Kami tidak berkata kecuali apa yang diridhoi oleh Tuhan Kami. Demi Allah, wahai Ibrahim sungguh Kami sangat bersedih sebab (kepergian)mu.” HR. Bukhari (no. 1220) & Muslim (no. 2315)

 

Begitulah bentuk kasih sayang Rasulullah saw kepada anak kecil, terlebih anaknya sendiri.

 

4)   Canda Nabi saw dengan anak kecil

Anas Bin Malik r.a. meriwayatkan :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا، وَكَانَ لِي أَخٌ يُقَالُ لَهُ أَبُو عُمَيْرٍ، فَكَانَ إِذَا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَرَآهُ قَالَ :«أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ»؟

“Rasulullah saw adalah manusia yang paling bagus akhlaknya. Aku mempunyai saudara yang dipanggil Abu Umair. Setiap kali Rasulullah saw datang dan melihatnya, beliau bersabda: “Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan Nughair?” HR. Bukhari (no. 5664) & Muslim (no. 2150)

 

Nughair adalah sejenis burung yang mirip dengan pipit. Jika dilihat dari perkataan Anas “Setiap kali datang” hal ini menunjukkan bahwa candaan yang dilakukan oleh Rasulullah saw ini berulang. Dan hal ini menunjukkan bahwa sikap yang beliau miliki ini sudah mendarah-daging bukan hal yang dibuat-buat apa lagi dipaksakan. Sebab orang yang berpura-pura dalam melakukan suatu hal, itu tak kan bertahan lama dan akan kembali kepada sikap dan tabiat aslinya.

 

5)   Salam Nabi saw kepada anak kecil

Anas Bin Malik r.a. meriwayatkan:

أَنَّهُ كَانَ يَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - ، فَمَرَّ بِصِبْيَانٍ ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ "

“Sesungguhnya ia (Anas) berjalan bersama Rasulullah saw, kemudian melewati (gerombolan) anak-anak, lantas Rasulullah saw mengucapkan salam kepada mereka.” HR. Muslim (no. 2168)

Jika Kita menilai diri Kita sendiri pada zaman sekarang. Adakah di antara Kita yang begitu Tawadhu’nya hingga menyapa dan mengucapkan salam kepada setiap anak kecil yang dia temui? Sungguh alangkah Tawadhu’dan mulianya Akhlak Rasulullah saw, dan betapa beliau memberikan penghargaan kepada anak kecil dengan menganggapnya manusia yang perlu dihormati dan diangggap keberadaannya.

 

6)   Kecintaan Nabi  saw kepada anak kecil

Telah diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah r.a., beliau berkata:

قَدِمَ نَاسٌ مِنْ الْأَعْرَابِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ- صلى الله عليه وسلم - فَقَالُوا : أَتُقَبِّلُونَ صِبْيَانَكُمْ ؟ فَقَالُوا : نَعَمْ . فَقَالُوا : لَكِنَّا وَاللَّهِ مَا نُقَبِّلُ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -:« وَأَمْلِكُ إِنْ كَانَ اللَّهُ نَزَعَ مِنْكُمْ الرَّحْمَةَ» ؟!

“Telah datang orang-orang Badui kepada Rasulullah saw. Mereka bertanya: “Apakah kalian mencium anak kecil?”Beliau menjawab: “Ia.” Kemudian mereka berkata: “Akan tetapi Kami tidak mencium (anak kecil).” Lantas Rasulullah saw bersabda: “Apa kuasaku jika Allah telah mencabut kasih sayang dari kalian?” HR. Bukhari (no. 5539) & Muslim (no. 2317)

 

Ya’la Bin Murrah r.a. meriwayatkan:

أَنَّهُمْ خَرَجُوا مَعَ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - إِلَى طَعَامٍ دُعُوا لَهُ، فَإِذَا حُسَيْنٌ يَلْعَبُ فِي السِّكَّةِ، فَتَقَدَّمَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - أَمَامَ الْقَوْمِ وَبَسَطَ يَدَيْهِ، فَجَعَلَ الْغُلَامُ يَفِرُّ هَا هُنَا وَهَا هُنَا وَيُضَاحِكُهُ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - حَتَّى أَخَذَهُ، فَجَعَلَ إِحْدَى يَدَيْهِ تَحْتَ ذَقْنِهِ وَالْأُخْرَى فِي فَأْسِ رَأْسِهِ فَقَبَّلَهُ وَقَالَ:«حُسَيْنٌ مِنِّي وَأَنَا مِنْ حُسَيْنٍ، أَحَبَّ اللَّهُ مَنْ أَحَبَّ حُسَيْنًا، حُسَيْنٌ سِبْطٌ مِنْ الْأَسْبَاطِ»

“Suatu ketika mereka keluar bersama Nabi saw dalam acara undangan makan. Ternyata Husein sedang bermain di lorong. Kemudian Nabi saw maju ke depan orang-orang dan merentangkang kedua tangannya, sedangkan anak kecil itu (Husein) lari kesana dan kemari sedangkan Rasulullah saw mencandainya hingga bisa mengambilnya. Kemudian Rasulullah saw meletakkan salah satu tangannya di bawah dagu Husein dan tangan yang satunya di bagian belakang kepalanya lantas menciumnya, kemudian beliau bersabda: “Husein dariku danAku dari Husein, semoga Allah mencintai orang yang mencintainya. Husein adalah cucu dari sekian cucu-cucu(ku).” HR. Ahmad (no.16903 ), Tirmidzi (no. 3708), & Ibnu Majah (no. 141)

 

Lihatlah bagaimana beliau bercanda dengan cucunya, bagaimana kejar-kejaran dan lantas menciumnya. Begitu mesra hubungan kakek dan cucu. Dan begitu indah bentuk kasih sayang yang beliau berikan kepada anak kecil, terkhusus anak dan cucunya sendiri. Bagaimana beliau tidak memiliki kasih sayang yang begitu besar sedangkan Allah mengutusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada semesta alam sebagaimana dalam firman-Nya:

(وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ)

“Tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat (kasih sayang) bagi semesta alam.” [QS. Al-Anbiya’: 107]

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search