*Oleh: Imam Abdullah El-Rashied*
FB | IG | TG | WP | YT @elrashied_imam
elrashied.wordpress.com
Nafashadhramaut.id | Nabi Muhammad saw adalah teladan terbaik
dalam berinteraksi dan menghadapi tingkah laku serta keusilan anak kecil yang
terkadang suka bikin jengkel orang dewasa. Ada setidaknya 6 poin penting yang
bisa kita ambil pelajaran dan teladani dari cara interaksi Nabi saw dengan anak
kecil, yaitu sebagai berikut ini :
1) Kesabaran
Nabi atas perilaku anak kecil
Ummu Kholid Binti Kholid Bin Saíd r.a.
berkata:
أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - مَعَ أَبِي
وَعَلَيَّ قَمِيصٌ أَصْفَرُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -
:«سَنَهْ سَنَهْ» - وَهِيَ بِالْحَبَشِيَّةِ حَسَنَةٌ - قَالَتْ: فَذَهَبْتُ
أَلْعَبُ بِخَاتَمِ النُّبُوَّةِ، فَزَبَرَنِي أَبِي، قالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - :«دَعْهَا». ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -
:«أَبْلِي وَأَخْلِقِي، ثُمَّ أَبْلِي وَأَخْلِقِي، ثُمَّ أَبْلِي وَأَخْلِقِي».
“Aku mendatangi Rasulullah saw bersama
Ayahku (ketika Aku masih kecil), sedangkan Aku mengenakan pakaian kuning.
Rasulullah saw bersabda: “Sanah, sanah,” dalam Bahasa Habasyah (yang artinya
adalah) Hasanah (bagus).” Ummu Kholid berkata: “Kemudian Aku memainkan Tanda
Kenabian, lantas Ayah melarangku. Rasulullah saw bersabda: “Biarkan dia.”
Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Lanjutkna, lanjutkan!” HR.
Bukhari (no. 2842), Sang Perowi menyebutkan bahwasannya anak kecil itu
terus memainkan Tanda Kenabian yang ada di pundak Nabi saw dalam waktu yang
cukup lama.
Begitulah Akhlak Rasulullah saw kepada
anak kecil, beliau tidak ingin melukai perasaannya dan tidak ingin membuat anak
kecil merasa bersalah atas apa yang dia lakukan.
Catatan : Tanda Kenabian atau
Stempel/Cincin Kenabian adalah sebuah tanda yang ada di punggung Rasulullah saw
yang besarnya seukuran telur merpati.
2) Kelembutan Nabi kepada anak kecil
Ketika menyibukkan diri dengan beribadah
dan menghadap Sang Pencipta, hal ini tidak mencegah Nabi Muhammad saw untuk
tetap bersikap lembut kepada anak kecil, sebagaimana diriwayatkan oleh Syaddad
Bin Al-Had r.a., beliau berkata:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فِي
إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعِشَاءِ وَهُوَ حَامِلٌ حَسَنًا أَوْ حُسَيْنًا، فَتَقَدَّمَ
رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَوَضَعَهُ ثُمَّ كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ
فَصَلَّى، فَسَجَدَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِهِ سَجْدَةً أَطَالَهَا، فَرَفَعْتُ
رَأْسِي وَإِذَا الصَّبِيُّ عَلَى ظَهْرِ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -
وَهُوَ سَاجِدٌ، فَرَجَعْتُ إِلَى سُجُودِي، فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - الصَّلَاةَ قَالَ النَّاسُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ سَجَدْتَ
بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِكَ سَجْدَةً أَطَلْتَهَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ
حَدَثَ أَمْرٌ أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ؟ قَالَ :«كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ،
وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي فَكَرِهْتُ أَنْ أُعْجِلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ
حَاجَتَهُ»
“(Suatu ketika) Rasulullah saw keluar
menemui Kami di salah satu 2 Shalat Isya’ sedangkan beliau menggendong Hasan
atau Husein. Kemudian Rasulullah saw maju dan meletakkannya, lantas bertakbir
untuk Shalat. Setelah itu Rasulullah saw sujud sangat lama sekali. Kuangkat
kepalaku, ternyata ada anak kecildi atas punggung Rasulullah saw yang sedang
sujud, kemudian Aku kembali ke sujudku. Setelah Rasulullah saw selesai dari
Shalatnya, orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, Engkau sujud dalam Shalatmu
sangat lama sekali, hingga Kami mengira telah terjadi sesuatu atau telah turun
wahyu?”Beliau bersabda: “Semua itu tidak
terjadi. Akan tetapi anakku sedang menunggangiku hingga Aku enggan untuk
terburu-buru agar dia selesai dengan hajatnya.” HR.
Ahmad (No. 26363)
Di sini bisa Kita saksikan bagaimana
Rasulullah saw enggan untuk mengangkat kepalanya dari sujud karena memenuhi
hajat cucunya dalam bermain. Pun Hasan atau Husein tidak mungkin seberani itu
melakukannya kecuali karena sudah terbiasa dengan perlakuan Nabi kepada mereka.
Dan, sebenarnya Nabi sendiri bisa saja menurunkannya secara perlahan ketika
beliau sujud, akan tetapi beliau tidak ingin melukai perasaan cucunya dan
membiarkannya bermain sesuka hati di atas punggungnya dalam keadaan sujud
sekalipun.
Ada Hadits lain yang senada dengan kisah
di atas yang diriwayatkan oleh Abu Qotadah Al-Anshari r.a., beliau berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - يَؤُمُّ النَّاسَ،
وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِي الْعَاصِ -وَهِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيِّ -
صلى الله عليه وسلم - - عَلَى عَاتِقِهِ، فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا، وَإِذَا
رَفَعَ مِنْ السُّجُودِ أَعَادَهَا.
“Aku melihat Nabi saw sedang mengimami
orang-orang, sedangkan Umamah Binti Abul Ásh (yang juga) -merupakan putri
Zainab Binti Nabi saw- berada di atas bahunya. Ketika beliau ruku’, beliau
meletakkannya. Dan ketika berdiri dari sujud beliau mengembalikannya (lagi ke
bahunya).” HR. Bukhari (no. 5537) & Muslim (no. 543)
Bayangkan bagaimana mulia perlakuan Nabi
saw kepada anak kecil ketika beliau Shalat, sedangkan beliau berada pada
keadaan yang sangat membutuhkan konsentrasi besar untuk kekhusyu’annya yang tak
lain merupakan waktu yang meneduhkan hatinya, sebagaimana beliau bersabda:
«جُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي
فِي الصَّلَاةِ»
“Telah dijadikan kesejukan mataku di
dalam Shalat.” HR. Ahmad (no. 11845)
Dalam Hadits lain beliau bersabda:
« يَا بِلَالُ، أَقِمْ الصَّلَاةَ، أَرِحْنَا بِهَا»
“Wahai Bilal! Dirikanlah Shalat dan
tenangkanlah Aku dengannya.” HR. Abu Daud (no. 4333)
Abdullah Bin Buraidah r.a. meriwayatkan
dari Ayahnya, beliau berkata:
خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَأَقْبَلَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَلَيْهِمَا
قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ يَعْثُرَانِ وَيَقُومَانِ فَنَزَلَ فَأَخَذَهُمَا فَصَعِدَ
بِهِمَا الْمِنْبَرَ ثُمَّ قَالَ صَدَقَ اللَّهُ
{إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ
فِتْنَةٌ} رَأَيْتُ هَذَيْنِ فَلَمْ أَصْبِرْ
ثُمَّ أَخَذَ فِي الْخُطْبَةِ.
“Rasulullah saw berkhutbah kepada Kami,
kemudian datanglah Hasan dan Husein r.a. yang mengenakan baju merah dan
tersandung lantas berdiri. Kemudian Rasulullah saw turun untuk mengambil
keduanya dan naik ke mimbar lagi dan bersabda: “Sungguh benar firman Allah
(Sesungguhnya harta dan anak kalian adalah ujian) [QS. Al-Anfal : 28], Aku
melihat dua (anak) ini dan tidak sabar hingga Aku membawanya ke (tengah-tengah)
Khutbah.” HR. Abu Daud (no. 935)
3) Kasih sayang Nabi kepada anak kecil
Tak ada seorang pun di dunia yang lebih
penyayang kepada anak kecil melebihi Nabi Muhammad saw. Diriwayatkan dari Anas
Bin Malik r.a. sesungguhnya Nabi saw bersabda:
«إِنِّي لَأَدْخُل فِي الصَّلَاة أُرِيد
إِطَالَتهَا ، فَأَسْمَع بُكَاء الصَّبِيّ ، فَأُخَفِّف مِنْ شِدَّة وَجْد أُمّه
بِهِ»
“Sesungguhnya Aku sedang Shalat dan
ingin memperpanjangnya, akan tetapi Aku mendengar tangisan anak kecil, lantas
Aku mempersingkat (Shalatku) karena kekhawatiran Sang Ibu kepadanya.” HR.
Bukhari (no. 668) & Muslim (no. 470)
Nabi pun menjelaskan tentang kasih
sayang kepada anak kecil sebagaimana di dalam Haditsnya:
«لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ
كَبِيرَنَا»
“Bukanlah bagian dari Kami yang tidak
menyayangi anak kecil dan tidak menghormati yang besar.” HR. Tirmidzi (no. 1842)
Kasih sayang kepada anak kecil sudah
mendarah–daging pada diri Rasulullah saw, sebagaimana diriwayatkan oleh
Anas r.a. :
أنه ولد له –صلى الله عليه وآله وسلم- غلام قال: (فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي
إِبْرَاهِيمَ ) ثم أدركته الوفاة وهو صغير، قَالَ أَنَسٌ : لَقَدْ رَأَيْتُهُ
وَهُوَ يَكِيدُ بِنَفْسِهِ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -
، فَدَمَعَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - ، فَقَالَ
:«تَدْمَعُ الْعَيْنُ ، وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ، وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى
رَبُّنَا ، وَاللَّهِ يَا إِبْرَاهِيمُ إِنَّا بِكَ لَمَحْزُونُونَ».
“Suatu ketika telah lahir anak lelaki
Rasulullah saw, kemudian beliau bersabda: “Aku memberinya nama Kakekku,
Ibrahim.” Kemudian anak itu meninggal masih kecil.”
Anas berkata: “Sungguh Aku telah melihat anak itu sekarat di tangan
Rasulullah saw. Lantas meneteslah air mata Rasulullah saw seraya bersabda:
“Mata menangis, hati pun bersedih. Sedangkan Kami tidak berkata kecuali apa
yang diridhoi oleh Tuhan Kami. Demi Allah, wahai Ibrahim sungguh Kami sangat
bersedih sebab (kepergian)mu.” HR. Bukhari (no. 1220) & Muslim (no.
2315)
Begitulah bentuk kasih sayang Rasulullah
saw kepada anak kecil, terlebih anaknya sendiri.
4) Canda Nabi saw dengan anak kecil
Anas Bin Malik r.a. meriwayatkan :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَحْسَنَ النَّاسِ
خُلُقًا، وَكَانَ لِي أَخٌ يُقَالُ لَهُ أَبُو عُمَيْرٍ، فَكَانَ إِذَا جَاءَ
رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَرَآهُ قَالَ :«أَبَا عُمَيْرٍ مَا
فَعَلَ النُّغَيْرُ»؟
“Rasulullah saw adalah manusia yang
paling bagus akhlaknya. Aku mempunyai saudara yang dipanggil Abu Umair. Setiap
kali Rasulullah saw datang dan melihatnya, beliau bersabda: “Wahai Abu Umair,
apa yang dilakukan Nughair?” HR. Bukhari (no. 5664) &
Muslim (no. 2150)
Nughair adalah sejenis burung yang mirip
dengan pipit. Jika dilihat dari perkataan Anas “Setiap kali datang” hal
ini menunjukkan bahwa candaan yang dilakukan oleh Rasulullah saw ini berulang.
Dan hal ini menunjukkan bahwa sikap yang beliau miliki ini sudah
mendarah-daging bukan hal yang dibuat-buat apa lagi dipaksakan. Sebab orang
yang berpura-pura dalam melakukan suatu hal, itu tak kan bertahan lama dan akan
kembali kepada sikap dan tabiat aslinya.
5) Salam Nabi saw kepada anak kecil
Anas Bin Malik r.a. meriwayatkan:
أَنَّهُ كَانَ يَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -
، فَمَرَّ بِصِبْيَانٍ ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ "
“Sesungguhnya ia (Anas) berjalan bersama
Rasulullah saw, kemudian melewati (gerombolan) anak-anak, lantas Rasulullah saw
mengucapkan salam kepada mereka.” HR. Muslim (no. 2168)
Jika Kita menilai diri Kita sendiri pada
zaman sekarang. Adakah di antara Kita yang begitu Tawadhu’nya hingga menyapa
dan mengucapkan salam kepada setiap anak kecil yang dia temui? Sungguh alangkah
Tawadhu’dan mulianya Akhlak Rasulullah saw, dan betapa beliau memberikan
penghargaan kepada anak kecil dengan menganggapnya manusia yang perlu dihormati
dan diangggap keberadaannya.
6) Kecintaan Nabi saw kepada anak kecil
Telah diriwayatkan dari Ummul Mukminin
Aisyah r.a., beliau berkata:
قَدِمَ نَاسٌ مِنْ الْأَعْرَابِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ- صلى الله
عليه وسلم - فَقَالُوا : أَتُقَبِّلُونَ صِبْيَانَكُمْ ؟ فَقَالُوا : نَعَمْ .
فَقَالُوا : لَكِنَّا وَاللَّهِ مَا نُقَبِّلُ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم -:« وَأَمْلِكُ إِنْ كَانَ اللَّهُ نَزَعَ مِنْكُمْ الرَّحْمَةَ»
؟!
“Telah datang orang-orang Badui kepada
Rasulullah saw. Mereka bertanya: “Apakah kalian mencium anak kecil?”Beliau
menjawab: “Ia.” Kemudian mereka berkata: “Akan tetapi Kami tidak mencium (anak
kecil).” Lantas Rasulullah saw bersabda: “Apa kuasaku jika Allah telah mencabut
kasih sayang dari kalian?” HR. Bukhari (no. 5539) &
Muslim (no. 2317)
Ya’la Bin Murrah r.a. meriwayatkan:
أَنَّهُمْ خَرَجُوا مَعَ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - إِلَى
طَعَامٍ دُعُوا لَهُ، فَإِذَا حُسَيْنٌ يَلْعَبُ فِي السِّكَّةِ، فَتَقَدَّمَ
النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - أَمَامَ الْقَوْمِ وَبَسَطَ يَدَيْهِ، فَجَعَلَ
الْغُلَامُ يَفِرُّ هَا هُنَا وَهَا هُنَا وَيُضَاحِكُهُ النَّبِيُّ - صلى الله
عليه وسلم - حَتَّى أَخَذَهُ، فَجَعَلَ إِحْدَى يَدَيْهِ تَحْتَ ذَقْنِهِ
وَالْأُخْرَى فِي فَأْسِ رَأْسِهِ فَقَبَّلَهُ وَقَالَ:«حُسَيْنٌ مِنِّي وَأَنَا
مِنْ حُسَيْنٍ، أَحَبَّ اللَّهُ مَنْ أَحَبَّ حُسَيْنًا، حُسَيْنٌ سِبْطٌ مِنْ
الْأَسْبَاطِ»
“Suatu ketika mereka keluar bersama Nabi
saw dalam acara undangan makan. Ternyata Husein sedang bermain di lorong.
Kemudian Nabi saw maju ke depan orang-orang dan merentangkang kedua tangannya,
sedangkan anak kecil itu (Husein) lari kesana dan kemari sedangkan Rasulullah
saw mencandainya hingga bisa mengambilnya. Kemudian Rasulullah saw meletakkan
salah satu tangannya di bawah dagu Husein dan tangan yang satunya di bagian
belakang kepalanya lantas menciumnya, kemudian beliau bersabda: “Husein dariku
danAku dari Husein, semoga Allah mencintai orang yang mencintainya. Husein
adalah cucu dari sekian cucu-cucu(ku).” HR. Ahmad (no.16903 ),
Tirmidzi (no. 3708), & Ibnu Majah (no. 141)
Lihatlah bagaimana beliau bercanda
dengan cucunya, bagaimana kejar-kejaran dan lantas menciumnya. Begitu mesra
hubungan kakek dan cucu. Dan begitu indah bentuk kasih sayang yang beliau
berikan kepada anak kecil, terkhusus anak dan cucunya sendiri. Bagaimana beliau
tidak memiliki kasih sayang yang begitu besar sedangkan Allah mengutusnya
sebagai bentuk kasih sayang kepada semesta alam sebagaimana dalam firman-Nya:
(وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ)
“Tidaklah Kami mengutusmu melainkan
sebagai rahmat (kasih sayang) bagi semesta alam.”
[QS. Al-Anbiya’: 107]
Posting Komentar