Senin, 18 Oktober 2021

Merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam

*Oleh | Muhammad Ali Fikri*

Mahasiswa tingkat 4 Fak. Ushuluddin – Universitas Imam Syafi’i, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.

 

Nafashadhramaut.id | Merayakan hari ulang tahun merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang. Anak, ayah, ibu, saudara, teman, dan yang lainnya turut memeriahkan perayaan yang dibilang hampir seluruh masyarakat di dunia mengadakannya. Orang tua merayakan hari ulang tahun anak-anaknya. Teman, sahabat karib, pun juga turut merayakan acara tersebut. Dan pastinya Anda pernah merayakan hari ulang tahun Anda sendiri atau orang lain meskipun sekali?

 

Tak heran bila setiap orang yang merayakan hari ulang tahunnya dengan mengadakan sebuah acara yang terkadang membutuhkan persiapan dan biaya yang banyak. Menyiapkan kue, makanan, minuman, hiasan, tamu undangan dan lain sebagainya. Semua orang ingin mengadakan acara ulang tahunnya semeriah dan seindah mungkin. Minimal hanya dengan menyiapkan kue tar bila ingin mengadakan hari ulang tahun.

 

Nah, bicara hari ulang tahun atau hari kelahiran, kini kita sedang berada di bulan Rabiul Awal. Bulan Rabiul Awal adalah bulan kelahiran Insan yang paling mulia sejagat raya dari seluruh makhluk. Dialah pemimpin para nabi dan rasul sekaligus penutupnya. Dialah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

 

Bulan Rabiul Awal bertepatan hari Senin tanggal dua belas merupakan hari kelahirannya. Seorang Nabi yang lahir dalam keadaan yatim hingga ditinggal ibu dan kakeknya yang mengasuhnya semasa kecil, akan tetapi kedudukannya sangat tinggi dan mulia di sisi tuhannya.

 

Maka apabila anak seorang muslim dirayakan hari ulang tahunnya, seorang saudara, sahabat atau teman juga dirayakan, maka Nabi orang muslim ini lebih pantas dan dianjurkan untuk merayakan hari ulang tahunnya. Dialah manusia yang lebih berhak dirayakan ‘hari ulang tahunnya’. Bagaimana tidak, umat muslim sedunia sangat berhutang budi kepadanya. Nikmat iman dan Islam yang mereka rasakan adalah berkat Nabi Muhammad saw.

 

Kemudian, apakah ada masalah apabila aku merayakan hari ulang tahun Nabiku? Dengan berdalih bahwa perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad tidak pernah ada pada zamannya hingga zaman Tabi’in. Lantas mereka meneriakiku bahwa apa yang aku perbuat merupakan perbuatan yang bid’ah, tak pernah dilakukan Nabi atau ada di zamannya dan setelahnya.

 

Ya, perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. atau biasa disebut maulid seperti yang sering dilakukan di kebanyakan negara seperti Indonesia dan Yaman yang berisi pembacaan sirah Nabi, sifat-sifatnya, dan pembacaan syair-syair islami pujian kepada Nabi dan nasihat-nasihat memang tidak pernah dilakukan di zaman Nabi. Akan tetapi segala sesuatu yang tidak ada di zaman Nabi tidak berhak dikatakan bid’ah atau perbuatan yang tidak baik begitu saja. Bukankah isi acara tersebut merupakan hal-hal yang baik dan tak melanggar syariat?

 

Namun dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa Rasulullah saw. merayakan hari kelahirannya dengan berpuasa.

 

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ . رواه مسلم.

 

“Dan beliau (Rasulullah) ditanyai alasan puasa hari Senin, maka beliau menjawab, “Hari itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diangkat menjadi nabi.” HR. Muslim.

 

Adapun perayaan maulid seperti membaca sirah Nabi, pujian-pujian untuknya dsb. pertama kali dilakukan oleh seorang khalifah muslimin yang bernama Raja Al-Mudzoffar. Seorang raja yang hidup pada dinasti Fatimiyah di Mesir. Acara maulid yang ia adakan dihadiri oleh banyak ulama’ dan ahli Tasawuf.

 

Imam Suyuthi pernah suatu kali ditanya akan hukum perayaan hari kelahiran Nabi, maka beliau menjawab, “Sesungguhnya asal perayaan hari kelahiran Nabi yang merupakan berkumpulnya orang-orang, membaca ayat suci al-Qur’an, hadis-hadis serta riwayat yang menjelaskan awal kelahiran Nabi Muhammad saw. dan keajaiban-kejaiban yang terjadi pada hari kelahirannya, kemudian diakhiri dengan suguhan hidangan hingga selesai tanpa ada tambahan atas itu semua (dari hal-hal yang dilarang) adalah termasuk dari bid’ah hasanah (bid’ah yang terpuji) yang mana orang yang mengadakan diberikan pahala oleh Allah , karena di dalamnya ada memuliakan Nabi Muhammad saw. dan menampakkan rasa bahagia dengan kelahiran beliau.”

 

Pengungkapan rasa syukur seperti ini memang dibolehkan. Bahkan dulu saja, pada zaman Nabi, ketika beliau mendapati kaum Yahudi berpuasa Asyura untuk bersyukur kepada Allah karena telah menyelamatkan Nabi Musa a.s. dan umatnya dari kejaran Fir’aun, Nabi Muhammad bersabda, “Kami lebih berhak daripada kalian.” Lantas beliau menyuruh para sahabatnya untuk berpuasa Asyura.

 

Al-Hasil, apa yang dilakukan kebanyakan umat Islam ini dengan mengadakan maulid Nabi Muhammad saw. demi rasa syukur mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas karunia-Nya dengan lahir dan diutusnya Nabi yang mulia ini. Maka ‘kami lebih berhak’ merayakan hari ulang tahunnya daripada mereka yang merayakan hari ulang tahun anak, saudara atau temannya.

 

Sayyidi Syekh Dr. Muhammad bin Ali Ba’athiyah, Rektor Universitas Imam Syafi’i, pernah berkata, “Termasuk keringnya hati adalah ketika seseorang memasuki bulan Rabiul Awal, akan tetapi tidak merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. sedangkan ia merayakan kelahirannya sendiri atau anaknya.”

 

Maka bulan maulid, bulan Rabiul Awal adalah momen yang pas bagi setiap individu untuk berlomba-lomba dalam merayakan dan bersyukur atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Bahkan, di beberapa tempat, mereka mengadakan ‘safari maulid’ setiap malamnya dan setiap harinya guna mengekspresikan rasa cinta dan syukur mereka kepada Allah atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Juga tak jarang dalam sehari diadakan acara maulid di tempat yang berbeda.

 

Dengan ini, semoga kita senantiasa diberikan taufik dan hidayah Allah Swt. untuk melakukan amal kebaikan. Dan disanggupkan untuk merayakan hari ulang tahun Nabi Muhammad saw. meskipun hanya bersama dengan keluarga kecil kita. Juga diberikan istiqamah dalam takwa dan beribadah serta bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Karena kita sangat membutuhkan pahala shalawat itu untuk bekal dan tolok ukur akan kedekatan kita dengan Nabi Muhammad saw. kelak di hari kiamat.

 

اللهم صل على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم

 

Jumat, 8 Rabiul Awal 1443 / 15 Oktober 2021

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search