*Oleh: Imam Abdullah El-Rashied*
FB | IG | TG | WP | YT @elrashied_imam
elrashied.wordpress.com
Wah, bagaimana bisa beliau meluangkan waktunya untuk bisa
melantunkan kalimat dzikir sebanyak itu? Aku pun penasaran dengan memoar
darinya, agar setidaknya bisa menggugah semangatku lagi dalam beribadah dan
mengamalkan ilmu.
As-Sayyid Abdullah bin Husein bin Thahir terlahir di kota
sejuta wali Tarim, wilayah Hadramaut. Keutamaan dan keunggulan yang signifikan
dalam segi keilmuan dan budi pekerti sudah mulai terlihat dari usianya yang
dikatakan masih belia.
Dikisahkan bahwasanya ketika beliau bermain dengan
adiknya; As-Sayyid Thahir bin Husein -ia selalu mengalah kepada saudaranya,
demi menjaga etika dan adab dengannya. Hingga adab dan etika ini terus melekat
erat dalam diri As-Sayyid Abdullah di setiap korelasi dan interaksi dengan
saudaranya.
As-Sayyid A'lwi bin Hasan al-Haddad salah seorang
muridnya, serta saksi mata atas kemuliaan etika dan keluhuran akhlak dari
al-Sayyid Abdullah -menyatakan,
"Adapun guruku selalu menghindari untuk duduk atau
berdiri di tempat yang lebih tinggi dari saudaranya (as-Sayyid Thahir bin
Husein), demi menjaga etika dan adab dengannya."
Selain bersifat tawadhu dan rendah hati, beliau juga
dikenal sebagai sosok yang wira'i, zuhud, dan masih banyak sifat-sifat kemulian
lainnya.
ولما سأله أهل المدينة عنه؟ قال لهم: خالي عبد الله بن حسين
تخلى عن المهلكات، وتحلى بالمنجيات، ووصفه الإحياء وزيادة
Salah seorang penduduk kota bertanya perihal sifat
dari al-Habib Abdullah kepada keponakan dari al-Habib Abdullah, maka ia pun
menjawab,
"Pamanku ialah sosok yang terhindari dari
sifat-sifat yang menjerumuskan , serta berhias dengan sifat-sifat penyelamat.
Seluruh sifat-sifat mulia dalam kitab Ihya merupakan analogi dari sifatnya,
bahkan lebih dari itu."
Beliau merupakan sosok yang ahli ibadah, serta termasuk
orang yang Allah swt. sematkan keberkahan dalam waktunya.
Diriwayatkan bahwasanya 10 juz al-Quran beliau habiskan dalam setiap munajat
akhir malamnya, serta 8 juz al-Quran di sholat Dhuha. Mulutnya selalu basah
dengan kalimat dzikir, dan sholawat hingga dihitung bahwa setiap harinya ia tak
kurang dari 25.000 kali dari bacaan dzikir, tahlil, dan sholawat.
Hingga murid kesayangannya al-Habib Ali bin Muhammad
Al-Habsyi (Penggubah kitab maulid Simtud ad-Durror), ketika disuruh menyebutkan
amalan dari gurunya -ia hanya mampu mengatakan,
لو جاء كاتب بايكتب أعمال ولد حسين ما بايقدر يكتبها أو
يحصيها لكثرتها
"Andaikan seorang penulis datang tuk menulis
seluruh amalan dari anak Husein (bermaksud gurunya), sungguh ia tak akan mampu
menulis atau menghimpunnya, sebab banyaknya amalan tersebut."
Selain dikenal sebagai sosok yang ahli ibadah, ia pula
dikenal sebagai seorang yang alim dalam berbagai bidang ilmu, semisal; Fiqh,
hadits, tafsir, nahwu, dan lain sebagainya.
Cukuplah karangannya dalam ilmu Fiqh; 'Sullam
at-Taufiq', kitab 'Miftah al-I'rab dalam
bidang gramatika bahasa, serta kitab 'Tadzkirah an-Nafs wa al-Ikhwan' dalam
bidang tafsir -menjadi bukti akan kedalaman ilmu yang berhias dengan sifat
takwa.
Beliau pernah mengungkapkan hakikat serta tujuan utama
dari sebuah ilmu, dalam petikan syairnya,
العلم خشية كله # يعرف بذاك أهله
"Karekteristik ilmu yang sebenarnya adalah sifat
takwa. Sebuah sifat yang menjadi identitas dari ahli ilmu."
Suatu ketika al-Habib A'idrus bin Umar al-Habsyi
datang mengunjungi al-Habib Abdullah, guna mengajukan beberapa pertanyaan
terkait dengan ilmu Hadits dan Tafsir. Kemudian ia menyatakan,
"Sungguh cukup dengan melihat lekuk wajah dari
habib Abdullah sudah mampu menghilangkan permasalahanku, sebab pantulan ilham
darinya. Terkadang beliau menjawab persoalanku sebelum aku menyebutnya
(kasyaf)."
Beliau wafat pada malam Kamis, 17 Rabiul As-Tsani, tahun 1272 H. Dan dimakamkan di daerah bernama 'Masileh' (Daerah
yang terletak di sebelah timur kota Tarim), bersanding dengan makam saudaranya;
as-Sayyid Thahir yang telah mendahuluinya.
100 tahun lebih beliau telah meninggalkan alam dunia
ini, namun karangan, memori, biografi, dan syairnya masih lekang di ingatan
kita. Sosoknya masih sering terbayang di benak kita. Majelis-majelis pun masih
bersahutan menyenandungkan qasidah gubahannya.
Yah, qosidah 'Ya arhamarrahimin' yang mungkin banyak
dari kita menghafalnya, namun tak kenal siapa penggubahnya. Ia adalah:
'As-Sayyid Abdullah bin Husein bin Thahir; 'Alim Penghimpun Ilmu Syari'at dan
Hakikat.'
Wallahu A'lam bis Showab
Referensi:
1. Majmu' al-Kalam al-Habib Abdullah bin Husein.
2. al-Fawaid al-Mukhtarah, karya; al-Habib A'li bin
Husein Baharun
3. Manaqib al-Habib Ali al-Habsyi.
Posting Komentar