Jumat, 17 Februari 2023

"Isra’ Mi'raj; Peristiwa dan Perbedaan Riwayat Antar Ulama" Oleh: Abdullah Matin As-Syatiri (Mahasiswa Tingkat Tiga, Fakultas Syari’ah, Universitas Imam Syafi’i)

 


 

Alhamdulillah, beberapa waktu silam bersama kita telah melewati momen-momen istimewa dalam kalender Islam, seperti Muharram, Rabi'ul Awwal, Rabi'ul Akhir, dan bulan lainnya.

 

Pada saat ini, dengan izin Allah Swt kita telah memasuki bulan yang agung, bulan yang didalamnya menyimpan peristiwa yang luar biasa, yang mana peristiwa tersebut merupakan kemuliaan bagi Nabi kita Muhammad saw, yaitu peristiwa Isra' Mi'raj yang bertepatan pada tanggal 27 Rajab.

 

Tentunya di balik peristiwa Isra' Mi'raj, terdapat banyak sejarah, hikmah, dan lainnya, mulai dari perjalanan Nabi saw ketika Isra' menuju Masjid Al-Aqsa Palestina, maupun Mi'raj menuju Sidratul Muntaha dan berjumpa dengan Allah Swt, lalu bagaimana kisah dan sejarah peristiwa Isra Mi'raj? adalah sebagai berikut:

 

A. Riwayat Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw.:

 

Ketahuilah, bahwa tiada perbedaan pendapat antar para ulama dalam peristiwa Isra yang dialami Nabi saw, karena hal itu sesuai dengan ayat Al-Qur'an secara keseluruhan, adapun secara detail / terperinci bersumber dari hadist-hadist dan penjelasannya yang diriwayatkan oleh para sahabat baik dari kalangan lelaki maupun perempuan.

 

Al-Imam Al-Hatimi As-Sufiy mengatakan bahwa peristiwa Isra terjadi sebanyak 30x, dengan menjadikan segala kejadian yang dialami adalah Isra. Para ulama sepakat bahwa Isra terjadi setelah Nabi saw diutus menjadi Rasul, dan Isra yang di maksud adalah Isra dengan jasad dan dalam keadaan sadar.

 

Hal ini tentunya tidak kontradiksi / bertentangan dengan hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dari sahabat Anas bin Malik bahwa, "Isra terjadi sebelum diturunkannya wahyu" karena Isra pada saat itu dalam keadaan tak sadar (dengan ruh) dan Isra ini sebagai pengantar dan kemudahan baginya, sebagaimana permulaan kenabian dengan penglihatan yang benar.

 

As-Syekh Abdul Wahab As-Sya'raniy mengatakan bahwa Isra yang dialami oleh Nabi saw sebanyak 34x, satu kali dengan jasad dan selebihnya dengan ruh, dan Isra yang dialami dengan jasad terjadi pada malam 17, ada yang mengatakan malam 27 selain bulan Rabi'ul Awwal, ada juga pendapat lain pada malam 29 selain bulan Ramadhan, ada juga pada malam 27 selain bulan Rabi'ul Akhir, ada yang mengatakan Rajab dan pendapat ini dipilih oleh Al-Hafidz Abdul Ghani Al-Maqdisiy dan diamalkan oleh masyarakat secara umum, ada juga yang mengatakan pada bulan Syawwal, juga bulan Dzulhijjah.

 

Dari sekian banyak Isra yang terjadi perkataaan Syekh Abdul Wahab tidak bisa ditetapkan bahwa semua Isra terjadi pada malam yang terdapat khilaf (perbedaan pendapat), telitilah. Hal itu terjadi setahun sebelum Nabi saw, pendapat ini yang diyakini Ibn Hazm, ada yang mengatakan 2 tahun sebelum hijrah, ada juga 3 tahun. Intinya Isra Mi'raj terjadi setelah keluarnya Nabi saw menuju Thaif, Ibn Ishaq mengatakan Isra Mi'raj terjadi sebelum keluarnya Nabi saw menuju Thaif.

 

Para ulama juga berbeda pendapat terkait hari keluarnya Rasulullah saw untuk Isra, ada yang mengatakan hari Jum'at, ada juga hari Sabtu, Ibn Dihyah berkata, "Insya Allah Isra terjadi pada hari Senin, agar sesuai dengan hari ketika Nabi saw lahir, diutus menjadi Rasul, hijrah ke Madinah, dan wafatnya. Karena Nabi Muhammad saw dilahirkan pada hari Senin, diutus menjadi Rasul pada hari Senin, wafat pada hari Senin, hijrah dari Mekkah menuju Madinah hari Senin, sampai di Madinah hari Senin, dan wafatnya pun pada hari Senin.

 

Lalu, apa hikmah dibalik peristiwa Isra' menuju Baitul Maqdis kemudian sampai ke langit ke 7? apakah Rasul saw melakukan Isra' dari Masjidil Haram lalu sampai ke langit ke 7? Pertama, "Nabi saw pada malam itu mengumpulkan pandangan yang dilihat antara 2 kiblat (Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa) kedua, "Karena Baitul Maqdis tempat singgah para Nabi sebelum Rasul saw, akhirnya Rasul saw bersinggah di sana untuk mengumpulkan berbagai keutamaan, ketiga, "Menjadi tempat berkumpulnya umat manusia, dan mayoritas pendapat yang sepakat bahwa malam tersebut menyerupai keadaan alam akhirat, dan peristiwa Isra termasuk ke dalam keadaan tersebut.

 

Kemudian, apakah malam Isra adalah malam Mi'raj juga, atau keduanya berbeda? Ibn Dihyah berkata, "Al-Imam Bukhari lebih cenderung bahwa keduanya berbeda, karena beliau mengkhusukan pembahasan terkait keduanya, perkataan ini dikembalikan oleh Ibn Dihyah bahwa dari sebab tersebut tiada dalil yang menunjukan bahwa keduanya berbeda, di permulaan bab shalat nampak jelas akan persamaannya, karena beliau menulis, "Bab bagaimana kewajiban melaksanakan shalat pada malam Isra, sedangkan shalat diwajibkan pada malam Mi'raj, dari hal ini nampak akan persamaanya menurut Ibn Dihyah, dan di masalah perlu sedikit teliti.

 

Dalam masalah ini, para ulama terdahulu berbeda pendapat, di antara mereka ada yang mengatakan, "Bahwa Isra dan Mi'raj terjadi pada satu malam dalam keadaan sadar dengan jasad dan ruh dan setelah diutus menjadi Rasul, dan pendapat ini yang diambil oleh mayoritas dari ulama hadist, fiqih, dan aqidah.

 

Kedua, ada juga yang berpendapat bahwa Isra terjadi pada satu malam, dan Mi'raj di malam yang lainnya.

 

Ketiga, bahwa Isra' dan Mi'raj terjadi dua kali, pertama dalam keadaan mimpi sebagai pembuka untuk Isra berikutnya, dan yang kedua dalam keadaan sadar, pendapat lain mengatakan bahwa Isra dalam keadaan sadar, sedangkan Mi'raj dalam mimpi / tak sadar, pendapat yang mengatakan bahwa Isra pada satu malam, Mi'raj di malam lainnya dan keduannya terjadi dalam keadaan sadar, mereka katakan, "Isra yang pertama kembali dari Baitul Maqdis, pada pagi harinya Nabi saw memberi kabar kepada kaum Quraisy dari kejadian yang telah terjadi.

 

Keempat, mengatakan bahwa Mi'raj terjadi berkali-kali, di antara mereka adalah Al-Imam Abu Syamah dan yang lainnya mengikuti pendapat beliau dengan menjadikan Hadist yang dikeluarkan Al-Bazzar dan Said Al-Mansur melewati perantara Abi Imran Al-Juwaini dari Sahabat Anas radiyAllahu 'anhu bahwa Nabi saw bersabda, "Ketika aku sedang duduk, Malaikat Jibril a.s datang kepadaku dan menohok di antara dua pundakku, kami pun berdiri menuju batu seperti sarang / tempat burung, aku pun duduk di antara keduanya, dan Malaikat Jibril a.s pun duduk di tempat yang lain, Nabi pun naik sampai ke tempat yang tinggi sampai menutupi timur dan barat, aku dibukakan pintu dari pintu-pintu langit, dan aku melihat cahaya yang luar biasa, ada pendapat: “Nampaknya kejadian ini terjadi di Madinah.”

 

B. Kisah / Peristiwa Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad saw.:

 

Hudbah bin Khalid telah meriwayatkan kepada kami begitu juga dengan Hummam bin Yahya dan Qatadah dari Sayyidina Anas bin Malik dari Malik bin Sa'sa'ah r.a. Ia memberi kabar bahwa Nabi saw menceritakan kepada mereka kejadian Isra yang beliau alami ketika beliau berada di kota Hatim atau kota Hijr (Dua kota di Madinah) dalam keadaan berbaring, datanglah kepadanya seseorang dan membelah dada Nabi Muhammad saw., Nabi pun berkata kepada Jarud yang saat itu berada di sampingnya, Jarud berkata terbelahnya dada Nabi saw di bagian dada sampai di bawah leher, dan ada juga yang mengatakan hingga bagian rambut beliau.

 

Setelah itu hati Nabi saw dikeluarkan lalu dimasukkan ke dalam suatu wadah yang terbuat dari emas dan dipenuhi dengan suatu rohani yaitu iman, di dalam wadah itu hati beliau disucikan, pada saat kejadian tersebut beliau dalam keadaan tak sadar setelah kejadian itu selesai beliau kembali dalam keadaan sadar.

 

Lalu aku didatangi suatu kendaraan yang ukurannya tidak lebih besar dari seekor keledai juga tidak lebih kecil dari seekor kuda dan berwarna putih, Jarud pun berkata kepada Nabi saw, "Itu adalah Buraq wahai aba Hamzah" Sayyidina Anas berkata, "Ya, itulah buraq yang kecepatannya secepat kedipan mata".

 

Nabi saw pun akhirnya mengendarai buraq tersebut dan pergi bersama dengan Malaikat jibril a.s. menuju pintu langit pertama, Malaikat jibril pun mengetuk pintu, lalu ditanya, "Siapa ini"? beliau menjawab, "Jibril", ditanya kedua kalinya,"Siapa yang bersamamu"? ia berkata, "Nabi Muhammad", apakah ia telah diutus menjadi Rasul? beliau berkata,"Ya, ia telah diutus menjadi seorang Rasul, lalu terdengar suara, "Selamat datang untuknya (Untuk Nabi saw) dengan penuh kegembiraan. Ketika pintu tersebut dibuka untukku berjumpalah diriku dengan Sayyidina Adam a.s. dan Malaikat Jibril berkata, "Ini ayahmu Adam, berikan salam kepadanya". Aku pun memberi salam dan beliau kembali menjawab salamku dan berkata, "Selamat datang wahai anak dan Nabi yang shaleh".

 

Setelah kejadian tersebut selesai beliau dengan Malaikat Jibril a.s kembali naik dan sampai pada pintu langit kedua lalu mengetuk pintu dan ditanya, "Siapa ini"? beliau menjawab, "Ini Jibril" dan siapa yang sedang bersamamu? beliau menjawab, "Nabi Muhammad", apakah ia telah diutus menjadi seorang Rasul? beliau menjawab, "Ya, ia telah diutus". Setelah itu Terdengar panggilan, "Selamat datang untuknya" (Dengan penuh kegembiraan). Ketika pintu dibuka untukku lalu aku memasukinya berjumpalah diriku dengan kedua Nabi dan Rasul yaitu Isa dan Yahya. Aku pun mengucapkan salam atas keduanya dan keduanya pun menjawab salamku dan berkata, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".

 

Kemudian aku pun kembali meneruskan perjalanan menuju langit ketiga bersama Malaikat Jibril a.s. dan mengetuk pintu, lalu ditanya dengan pertanyaan yang sama,"Siapa ini"? beliau menjawab "Jibril" ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu"? bersamaku "Nabi Muhammad saw", apakah ia telah diutus menjadi Rasul? Ya, ia telah diutus menjadi Rasul. Terdengar suara seraya memanggil, "Selamat datang dengan penuh kegembiraan", dan ketika aku memasukinya bertemulah diriku dengan Nabi Yusuf a.s. aku pun mengucapkan salam kepadanya dan ia menjawab seraya berkata, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".

 

Perjalanan dari langit ke tiga pun telah selesai, beliau kembali meneruskan perjalanannya menuju langit keempat, ketika sampainya di langit tersebut dan mengetuk pintu beliau pun kembali ditanya, "Siapa ini"? Jibril, "bersama siapa engkau datang"? Nabi Muhamamad saw, apakah ia telah diutus menjadi Rasul? Ya, ia telah diutus menjadi Rasul, pintu pun dibuka dan ketika aku memasukinya bertemulah dengan Nabi Idris a.s. Aku ucapkan salam kepadanya dan ia pun menjawab, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".

 

Keduanya kembali meneruskan perjalanan dan sampailah pada langit kelima lalu mengetuk pintu dan kembali ditanya, "Siapa ini" Jibril. "Bersama siapa engkau datang"? Bersamaku Nabi Muhammad saw, "Apakah wahyu telah diturunkan baginya"? Ya, dan terdengar suara, "Selamat datang dengan penuh kegembiraan. Ketika aku memasukinya bertemulah diriku dengan Nabi Harun a.s. Malaikat Jibril berkata, "Ini adalah Harun ucapkan salam kepadanya", aku pun memberi salam kepadanya dan ia pun menjawab salamku seraya berkata, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".

 

Perjalanan pun kembali diteruskan dan sampailah di langit keenam, Malaikat Jibril mengetuk pintu dan kembali ditanya, "Siapa ini"? Jibril, "bersama siapa engkau datang"? Bersamaku Nabi Muhammad saw, "Apakah ia telah diutus"? Ya, ia telah diutus, terdengar suara "Selamat datang dengan penuh kebahagiaan", ketika aku memasukinya aku pun bertemu dengan Nabi Musa a.s. Malaikat jibril memerintahkannya untuk mengucap salam, beliau pun mengucapkan salam dan Nabi menjawabnya seraya berkata, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".

 

Pada saat Rasul saw melewati langit keenam, Nabi musa a.s. pun tersedih dan ditanya, "Apa yang membuat engkau sedih wahai NabiyAllah"? beliau menjawab, "Aku bersedih karena ada seseorang yang diutus setelahku dan umatnya lebih banyak memasuki surga dibandingkan dengan umatku.

 

Pada akhirnya perjalanan pun mulai menuju puncaknya, Malaikat Jibril a.s. dan Nabi Muhammad saw naik sampai langit ketujuh, ketika sampai kembali ditanya dengan pertanyaan di langit-langit sebelumnya, beliau pun masuk dan bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s. Malaikat Jibril berkata, "Ini ayahmu Ibrahim a.s. ucapkan salam kepadanya", Rasul pun mengucapkan salam dan Nabi Ibrahim a.s. menjawab salamnya seraya berkata, "Selamat datang wahai anak dan Nabi yang shaleh".

 

Akhirnya Rasul saw. naik menuju Sidratul Muntaha, tumbuhan dan pepohonan di dalamnya begitu besar dan luas, dan besar daun-daunya seperti telinga gajah, Malaikat Jibril pun berkata, "Inilah Sidratul Muntaha, yang di dalamnya terdapat empat sungai, dua sungai terlihat nampak (Di dunia) dan dua lainnya tak terlihat (Berada di Surga), Rasul pun bertanya kepada Malaikat Jibril, "Sungai apa ini wahai Jibril"? Malaikat Jibril menjawab, "Adapun sungai yang nampak adalah Nil dan Eufrat, dan dua lainnya berada di Surga".

 

Setelah kejadian tersebut Rasul saw pun diangkat menuju Baitul Ma'mur dan diberikan suatu wadah yang berisi anggur susu dan madu, Rasul saw mengambil wadah yang berisi susu dan Malaikat Jibril berkata, "Inilah Fitrah (Kesuciaan) atas engkau dan juga umatmu.

 

Kemudian diwajibkanlah bagi Rasul saw sholat selama 50 waktu dalam sehari semalam, akhirnya Rasul saw pun kembali dan ketika dalam perjalannya beliau melewati Nabi Musa a.s. dan bertanya kepada Rasul, "Apa telah yang telah diwajibkan bagimu"? Rasul menjawab, "Aku diwajibkan sholat 50 waktu dalam sehari semalam".

 

Nabi Musa a.s. berkata, "Sungguh umatmu tak akan mampu sholat 50 waktu dalam sehari semalam, Demi Allah aku telah mencoba hal tersebut terdahap umat sebelum engkau dan aku telah memperbaiki Bani Israil dengan sebenar-benar mungkin, kembalilah dan meminta keringanan untuk umatmu.

 

Dengan perintah Nabi Musa a.s. Rasul saw akhirnya kembali kepada Allah Swt dan meminta keringanan, dan diberikan keringanan dengan 40 rakaat lalu kembali dan Nabi Musa a.s. berkata, "Umatmu masih belum mampu". Beliau pun kembali meminta keringanan dan diberikan dengan jumlah 30 rakaat ketika kembali kepada Sayyidina Musa a.s. beliau berkata dengan perkataan yang sama. Rasul pun kembali meminta keringanan untuk umatnya dan diberikan 20 rakaat, ketika kembali Nabi Musa a.s. berkata, "Umatmu belum sanggup". Rasul kembali meminta keringanan untuk umatnya dan diberikan 10 rakaat, Nabi Musa a.s. masih mengatakan hal yang sama. Rasul kembali yang kesekian kalinya dan diberikan keringanan dengan 5 waktu sholat dalam sehari semalam dan Nabi Musa a.s. masih mengucapkan kalimat yang sama, "Umatmu belum sanggup untuk hal tersebut". Aku telah mencoba hal ini terhadap Bani Israil dan memperbaiki mereka dengan sebaik-baik mungkin, mintalah keringanan kepada Allah Swt untuk umatmu.

 

Nabi saw berkata kepada Sayyidina Musa a.s., "Aku telah meminta banyak keringanan dengan Tuhanku wahai NabiyAllah sampai aku malu, akan tetapi aku rela dan menerimanya. Ketika Rasul saw telah melewati Nabi musa a.s. terdengar suara panggilan, "Aku telah diberikan kemudahan dalam kewajiban yang telah Ku-berikan dan juga keringanan terhadap hamba-hamba-Ku. [Wallahu ‘A’lam]

 

Referensi:

-'Umdatul Qaariy Syarh Shahih Al-Bukhari, Juz: 17, Hal: 25-29, Cet: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, Karya: Al-Alamah Badruddin Mahmud bin Ahmad Al-'Ainiy.

-As-Sirah Al-Halabiyah, Juz: 1, Hal: 514-515, Cet: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, Karya: Abi Farj Al-Alamah Ali bin Ibrahim Al-Halabi As-Syafi'i.

 

===============

Penulis: @matin_assyatiri

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Layouter: @najibalwijufri

 

Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;

 

IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search