Abi Thalib merupakan orang yang senantiasa menjaga Nabi Muhammad
dari semua ancaman dan kejahatan yang di lakukan oleh kafir Qurays, belaan yang
beliau lakukan sangatlah bermanfaaat dalam membantu dakwah beliau meskipun
banyak dari golongan yang mengatakan bahwa beliau meninggal dalam keadaan
kafir, akan tetapi semua itu tidak benar adanya, bagaimana mungkin orang yang
selalu membela dan menjaga Nabi Muhammad meninggal dalam keadaan kafir. Hadist
dan kejadian yang menyatakan bahwa beliau telah mengucapkan syahadat di akhir
hayatnya sangatlah banyak, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan memiliki kitab yang
menjelaskan secara mendalam dalam hal tersebut.
Selain Abu Thalib, ada seseorang yang sangat istimewa bagi Nabi
Muhammad, rasa sayang dan cintanya sangatlah besar, sehingga beliau tidak
menikah lagi kecuali setelah ia meninggal dan darinya lah keturunan Nabi
Muhammad Saw mengalir. Beliau adalah Sayyidah Khodijah.
Tahun kesedihan, Ulama mengistilahkannya. Bagaimana tidak? Kedua
orang yang sangat berharga dalam hidupnya sekaligus kelancaran dakwahnya, harus
merenggang nyawa dan meninggalkan beliau selamanya, sehingga belaiu meneruskan
jihadnya sendirian. Tahun itu bertepatan pada 10 H. Abi Tholib, pamannya lebih
dahulu menghadap sang pencipta, pada bulan Rajab setelah 6 bulan keluar dari
kekangan orang kafir Qurays di kota Syi'ib.
Lalu kemudian belanjut kepergian istri tercinta Sayyidah Khodijah,
2 bulan kemudian. Sedih, gundah, gelisah, di tambah lagi dengan siksaan kafir
Qurays yang semakin membara, menambah rasa sakit yang menerpa hatinya, ia
memustuskan pergi ke Thaif, dengan harapan ada kaum yang mau membela, menolong,
serta mengurangi rasa perih dan sakit yang telah ia timpa. Akan tetapi semua
itu hanya bayangan yang tak sesuai dengan kenyataan. Jarak antara Thaif dan
Makkah sejauh 60 Mil, dengan kedua kaki mulianya ia menyusuri tapak demi tapak
jalan bebatuan dengan sengatan matahari yang sangat panas, budaknya Zaid bin
Haritsah yang menemani perjalannya.
Setibanya di kota Thaif ia tidak mendapatkan seorang pun yang
mengindahkan ajakannya sehingga mereka mengusirnya setelah 10 hari lamanya ia
mengajak dan menyeru kaum Thaif ke agamanya. Akhirnya ia memutuskan pulang,
suatu yang mengejutkan bahwa penduduk Thaif telah berjejeran untuk melontarinya
dengan kata-kata yang menyayat hati, menusuk tirus ke relung hati, di tambah
dengan layangan batu dari tangan-tanganya mendarat tepat di badannya, lalu di
susul cucuran darah yang memenuhi badan dan kedua sandalnya, dari banyaknya
luka yang beliau terima, Zaid pun dengan sekuat tenaga melindunginya, dengan
menarik sebelah kakinya yang sudah terasa berat untuk berjalan beliau
meninggalkan kota tersebut.
Kemudian beliau memutuskan untuk kembali ke Makkah pada bulan Dzul
Qo'dah tahun 10 H bertepatan pada bulan Juni 619 M. Semua itu beliau lakukan
bukan lain untuk menyebarkan agama Allah Swt yang sudah menjadi tanggung
jawabnya sebagai seorang Nabi. Kala itu Zaid budaknya sudah enggan untuk
kembali ke Makkah, hingga ia berkata: bagaimana bisa engkau ingin kembali lagi,
sedangkan kafir Quraisy telah mengusirmu? Lantas Nabi menjawab: sesungguhnya
Allah akan memberikan jalan keluar untuk kejadian yang telah engkau saksikan,
karena penolong agama sebenarnya adalah Allah dan juga akan memperlihatkan
kebenaran Nabinya.
Dengan semua usaha yang ia lakukan, hasilnya tetap sama. Penolakan
dari berbagai kalangan yang menjadi jawaban atas ajakannya. Setelah semua yang
terjadi, mulai dari siksaan, kejahatan, kesedihan, kehilangan dan juga
penolakan. Allah kembali menghibur dan menenangkan hatinya dengan mengangkatnya
ke hadapanya untuk bertemu langsung dan mendapat syariat sholat.
Waktu itu pada hari Senin bulan Rajab tahun 11 kenabian, datanglah
Jibril pada Nabi Muhammad lalu membelah dadanya setelah sampainya di masjid
yang kemudian di cuci menggunakan air zamzam untuk menambah kebersihan hati
Nabi Muhammad Saw kemudian memenuhinya dengan hikmah, ilmu dan keimanan.
Setelah semua selesai datanglah seekor hewan yang menjadi tunggangan setiap
utusan, berwarna putih. Dikenal dengan Buroq. Dari sinilah kisah Isra' Mi'raj dimulai.
Jangan cuma berhenti disini, lanjutkan bacanya!
Perjalan ini Nabi di temani oleh Jibril, berhenti di berbagai macam
tempat yang memiliki makna tersendiri dalam agama. Tempat awal jadi labuhannya
ialah Yatsrib, lalu Madyan tempat dimana pohon Musa berada, kemudian Turisina,
Allah berbicara dengan Musa disana, lanjut ke pemakaman Musa yang di jumpainya
ketika melakukan sholat, dan Bait lehem menjadi labuhan berikutnya. Setiap
tempat yang di sebutkan Jibril menyuruh Nabi untuk sholat dua rakaat. Perjalan
berikutnya nabi melihat sekelompok manusia sehari di gunakan untuk menanam dan
sehari lagi untuk memanen, begitu seterusnya. Nabi bertanya, siapa mereka?
Mereka adalah golongan yang menghabiskan waktunya untuk berjihad di jalan Allah
Swt.
Suatu kaum yang memukul dan memecahkan kepalanya dan setelah semua
isi kepala kocar kacir kembali lagi seperti semula, begitu pun seterusnya,
menjadi labuhan nabi setelahnya. Hal ini mengagetkannya, hingga akhirnya
bertanya, Jibril siapakah mereka? Mereka adalah kaum yang lalai akan kewajiban
sholat yang telah Allah wajibkan padanya. Waktu itu suatu kaum mencari makanan
yang terbuat dari batu-batu neraka dan barang-barang lainnya di Neraka, mereka
seperti kambing dan unta yang sedang di kembala. Siapakah mereka? Tanya nabi
penasaran. Mereka adalah golongan yang berkelimangan harta, akan tetapi tidak
sepeser pun keluar dari sakunya untuk di zakatkan.
Parahnya lagi ada dari mereka yang punya banyak daging pilihan yang
sangat lezat siap santap, akan tetapi mereka malah makan daging busuk dan
menjijikkan. Mereka adalah kaum yang mempunyai istri akan tetapi bermalam di rumah
wanita lain atau memiliki suami akan tetapi sinar matahari paginya berada di
laki-laki lain Jawab Jibril dari pertanyaan nabi yang sama. Perjalanan tetap
berlanjut, berbagai macam kejadian telah nabi temui. Sungai merah berairkan
darah jadi tempat berlabu selanjutnya, mereka meminumnya dan endapan darah yang
membeku menjadi santapannya setiap saat. Mereka adalah orang-orang yang
senantiasa bergulat dalam harta riba.
Akhirnya beliau tiba di tempat yang sangat di dambakan oleh semua
makhluk, aromanya semerbak bak misik, terdengar suaru hendak berkata: ya Allah
tepatilah janjimu yang engkau janjikan, disini sudah di penuhi dengan
kamar-kamar yang di penuhi dengan kenyamanan kenikmatan, semuanya abadi tanpa
terbatas waktu. Allah pun menjawab: Engkau akan dihuni oleh orang muslim dan
muslimah. Setelah mengetahui bagaimana keadaan dan penghuni surga, nabi mencium
bau busuk sangat menyengat juga mendengar suara yang menakutkan. Ya Allah mana
janjimu untukku, apiku nyala sudah beberapa abad, jeruji besi panas sudah aku
persiapkan, dll. Engkau akan di huni oleh mereka yang menyekutukanku tidak
percaya akan ketuhananku. Jawab Allah.
Baik, setelah semua yang ditemui di Isra’ beliau bersinggah di
masjid Aqsho, untuk bertemu dengan para nabi sebelumnya dengan ruh dan jasad
mereka. Kemudian melakukan sholat jamaah yamg diimami oleh Nabi Muhammad.
Seperti yang tertulis dalam hadistnya; “Sholat pun sudah di laksanakan, lalu
beliau beranjak ke perjalanan berikutnya menuju ke langit yang nantinya akan
bertemu dengan Allah Swt. Datanglah sekelompok malaikat yang membawa pijakan
dari emas dan perak, untuk mengantarkannya ke pintu langit.”
Pintu pun di buka, sambutan hangat dari bapak semua manusia yakni
nabi Adam, di langit pertama. Senyumnya tersimpul ketika pandangannya terarah
ke kanan nabi Adam, beliau melihat umatnya di dalam syurga dan mengalirlah air
matanya setelah melihat oamg kafir disiksa di neraka.
Di langit kedua beliau bertemu dengan nabi Yahya dan Isa Nabi Yusuf
dengan sejuta ketampanannya sudah menunggu di langit ketiga, nabi Muhammad
mengakui akan ketampanannya, akan tetapi ketampanannya tidak bisa mengalahkan
ketampanan nabi kita Muhammad Saw, karena semua makhluk hidup yang ada tercipta
dari nurnya. Di langit ke empat nabi Idris pun telah standbuy di sana, menunggu
kedatangan sang pujangga. Nabi Harun berada di langit ke lima, untuk
menemuinya.
Nabi Musa berada di langit ke Enam, yang nantinya ia akan bertemu
juga dengannya. Ketika ia bertemu dengan nabi Muhammad, beliau merasa iri atau
yang di sebut dengan gibtoh, dengan apa yang Allah berikan padanya. Ia berkata:
Ya Allah aku lebih dulu dari pada pemuda ini, akan tetapi pengikutnya lebih
banyak dariku dan kebanyakan dari pengikutnya pun masuk surga.
Sebelum menemui Allah nabi Muhammad terlebih dahulu berhenti di
langit ke tujuh bertemu nabi Ibrohim, baru kemudian ia melanjutkan
perjalanannya untuk bertemu dengan Allah Swt, Jibril waktu itu tidak berkenan
untuk menemani nabi Muhammad menghadap Allah, karena makamnya Jibril tidak mampu
menghadap Allah swt. secara langsung.
Karena Jibril tidak memungkinkan ke sidratul muntaha, akhirnya ia
berangkat sendiri. Disanalah ia bertemu dengan Allah dan mendapat syariat
sholat lima waktu setelah diperintahkannya lima puluh sholat. [Wallahu A'lam]
Penulis: @rafsanammar
Editor:
@gilang_fazlur_rahman
Layouter:
@najibalwijufri
Terus dukung
dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW •
TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar