Jumat, 17 Februari 2023

"Unlimited Love (Isra’ Mi’raj)" Oleh: Ahmad Baihaqi Ali (Mahasiswa Tingkat Empat, Fakultas Syari’ah, Universitas Imam Syafi’i)

 


Selain memang tergolong salah satu Asyhur Hurum (Bulan-bulan mulia), Rajab memiliki satu moment yang tidak mungkin hanya diperingati begitu saja oleh seorang muslim. Apalagi jika tidak sama sekali (sebagaimana yang diyakini oleh sebagian oknum). Iya, Isra’ Mi’raj. Namun pembahasan kali ini bukan sekedar peringatan yang tergambar di benak Anda saja, melainkan lebih.

 

Banyak sekali ulama’ yang membahas peristiwa Isra’ Mi’raj dalam kitab-kitab Mereka. Hanya saja masih banyak pribadi muslim yang tidak mempedulikannya.  Bukan berarti tidak mau membaca pembahasan Isra’, tapi memang tidak sedikit yang belum menyadari bahwa peristiwa isra’ merupakan bukti suci akan keagungan cinta Rasulullah saw. pada umat-Nya.

 

Hadist tentang kecintaan Beliau pada Kita memang sering didengar, dan itu memang sangat banyak. Tapi sebagaimana lumrahnya manusia biasa (apalagi kalau sering berbuat dosa) tidak mungkin Kita luput dari yang namanya lupa. Contoh kecilnya, jika untuk mendirikan shalat saja kadang masih menunggu adzan sampai ke telinga, lantas bagaimana dengan urusan ingat pada Nabi-Nya. Dari itu, para ulama’ sering berkata : ‘’Diantara manfa’at memperingati peristiwa penting dalam islam seperti  ‘Maulid, Isra’ Mi’raj dan lainnya adalah untuk meningkatkan ingatan dan kecintaan Kita pada Rasulullah saw;  karena tidak mungkin Kita lupa pada-Nya, hanya saja kadang ingatan itu memudar dan melemah’’.

 

Pernahkah Anda bertanya, kenapa Rasulullah saw. memilih untuk meminta keringanan rakaat shalat? Padahal 50 rakaat itu sama sekali bukan lah beban bagi-Nya; kalau Anda perhatikan dengan seksama, ternyata jumlah rakaat yang Beliau dirikan tiap hari-Nya hampir mendekati angka 50 atau bahkan lebih. Mulai dari 17 raka’at shalat fardhu, ditambah sunnah rawatib 10 yang muakkad, terus 10 ghairu muakkad, belum lagi shalat dhuha, tahajjud dan witir-Nya. Kerennya lagi, itu semua Beliau langgengkan sampai akhir hayat. 

 

Apakah selama ini Kita tidak pernah menyadari bahwa yang menjadi motivasi Rasulullah saw. untuk rela bolak balik menahan malu pada Allah Ta’ala adalah kecintaan Beliau pada Kita semua (umat-Nya). Coba anda bayangkan seperti apa jadinya jika 50 rakaat itu benar-benar wajib pada Kita.! Setelah beberapa kali memohon pada Allah agar berkenan untuk mengurangi rakaat shalat, Nabi Musa as. masih menyarankan Beliau agar kembali meminta keringanan, namun kali ini Rasulullah saw. menjawab:

 

"قد راجعت ربي وسألته حتى استحييت منه"

“Sungguh Aku telah berulang kali menghadap dan memohon keringan pada Allah Ta’ala, hingga Aku benar-benar malu pada-Nya.”

 

Apakah Anda berfikir bahwa Rasulullah saw. baru merasa malu setelah berkali kali melakukan penawaran dan tidak pada permohonan pertama? Jelas tidak demikian.

 

Disebutkan bahwa setelah berbicara langsung dengan Allah Ta'ala, Nabi Musa as. seakan tuli atau tidak faham dengan apa yang dibicarakan oleh orang disekitar-Nya. Hal itu disebabkan oleh kenikmatan yang Beliau peroleh saat bermunajat. Para guru juga sering menjelaskan bahwa setelah masuk surga, orang-orang akan lupa dengan segala kenikmatan yang pernah dirasakan di dunia, namun ketika ditakdirkan untuk melihat Allah Ta'ala, semua kenikmatan surga akan sirna dari benak Mereka.  Dari 2 pernyataan itu Kita faham, bahwa cinta Rasulullah saw. pada umat-Nya benar-benar tidak terhingga; buktinya walaupun baru bermunajat dan berhadapan langsung dengan Allah Ta'ala, namun Kita tidak sirna dari benak-Nya. -Allahumma Shalli Wa Sallim Wa Barik Alaih- Hal seperti inilah yang harus selalu diinga baik-baikt; agar Kita tidak sampai lupa pada Rasulullah dan kadar cinta Beliau pada umat-Nya.

 

Sebelum terakhir, kalau ada yang bertanya. Apa sih pentingnya mengenang cinta Rasulullah?  Menurut hemat penulis jawabannya ada 2:

 

Pertama: Para ulama’ sepakat bahwa Ibadatul Qalb (amal perbuatan yang berasal dari hati nurani seperti sabar, tawadu’ dan lainnya) jauh lebih afdhal dari ibadah yang kasat mata; diantara alasannya adalah karena jauh dari riya'. dan disebutkan dalam kitab I'anah At-Thalibin bahwa mencintai Rasulullah saw. dan Ahlu Bait-Nya termasuk Ibadatul Qalb.

 

Kedua: Al-Munsib Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Hamid pernah berkata (yang kurang lebih artinya) seperti berikut: ‘’Jika dahulu kala kota Mekah dan Madinah tidak pernah dituruni adzab karena ada Rasulullah saw. di dalamnya, maka tempatkanlah Beliau pada sanubari-Mu dengan selalu menyebut dan bershalawat pada-Nya; agar Engkau jauh dari malapetaka.''

 

Anda pasti sepakat, bahwa kedua hal tersebut tidak mungkin dilakukan orang-orang yang lupa pada Rasulullah saw.

 

Terakhir, setelah panjang lebar membahas besarnya cinta Rasulullah saw. pada Kita. Sejatinya (walaupun hanya setahun sekali) selaku umat peristiwa Isra’ Mi’raj itu juga harus dijadikan sebagai batu loncatan untuk meng-Upgrade kecintaan Kita pada Beliau. Kasarannya, Masa iya dalam urusan cinta saja Kita juga kalah dengan Rasulullah saw; apakah sebagai umat tidak malu jika kecintaan Rasulullah saw. pada Kita melebihi cinta Kita pada-Nya? Semoga Kita semua tergolong umat yang dibanggakan oleh Rasulullah saw. [Wallahu A’lam]

 

===============

Penulis: @almalikiani

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Layouter: @najibalwijufri

 

Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;

 

IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search