Selasa, 27 Juni 2023

“Air Mata di Balik Kisah Qurban” Oleh: Imam Abdullah El-Rashied Lc., M.A, (Alumni Angkatan ke 3, Fakultas Syari’ah, Universitas Imam Syafi'i)




Nabi Ibrahim a.s. namanya disebutkan sebanyak 69 kali pada 25 Surat dalam Al-Qur'an. Sebagian Syari'at Islam sendiri merupakan kelanjutan dari Millah Nabi Ibrahim a.s. seperti Haji, Qurban, Khitan dll. Bahkan, dalam Shalat pun kita turut membaca Shalawat kepada Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. Sedangkan Nabi Ismail a.s. sendiri disebutkan sebanyak 12 kali pada 8 Surat dalam Al-Qur'an.

 

Nabi Ibrahim a.s. termasuk orang yang telat mendapatkan karunia anak. Beliau baru dikarunia anak oleh Allah swt ketika usianya sudah sangat senja. Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Qoshosh Al-Anbiya' (hal. 200) tentang kelahiran Nabi Ismail a.s.:

 

(وولدته وَلِإِبْرَاهِيمَ مِنَ الْعُمُرِ سِتٌّ وَثَمَانُونَ سَنَةً، قَبْلَ مَوْلِدِ إِسْحَاقَ بِثَلَاثَ عَشْرَةَ سَنَةً).

 

"Beliau (Sayyidah Hajar) melahirkannya (Nabi Ismail a.s.) sedangkan usia Nabi Ibrahim a.s. adalah 86 tahun, 13 tahun sebelum kelahiran Nabi Ishaq a.s."

 

Sebelumnya, Nabi Ibrahim a.s. berdo'a kepada Allah agar dikarunia anak yang shaleh, sebagaimana Allah kisahkan dalam Al-Qur'an:

 

(رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ).

 

"Wahai Tuhanku, anugerahkanlah aku (anak) dari orang-orang yang shaleh." [QS. Ash-Shaffat: 100].

 

Lantas Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim a.s, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

 

(فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ).

 

"Maka Kami beri dia kabar gemibra dengan anak yang Halim (sabar)." [QS. Ash-Shaffat: 101].

 

Imam Al-Baghowi mengomentari ayat ini dalam Tafsirnya Ma'alim At-Tanzil Fi Tafsir Al-Qur'an (4/35):

 

(قِيْلَ بِغَلَامٍ فِيْ صِغَرِهِ حَلِيمٌ فِيْ كِبَرِهِ، فَفِيْهِ بِشَارَةٌ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَّهُ يَعِيشُ فَيَنْتَهِي فِي السِّنِّ حَتَّى يُوْصَفُ بِالْحِلْمِ)

 

"(Anak) disebut dengan kata Ghulam pada masa kecilnya, dan Halim pada masa besarnya. Ini adalah kabar gembira bahwasannya anak ini adalah Nabi dan akan hidup hingga sampai pada usia yang disifati dengan Hilm (sabar)."

 

Akan tetapi, setelah penantian panjang untuk mendapatkan keturunan, Allah swt justru menguji Nabi Ibrahim a.s. dengan anugerah yang bernama anak. Allah swt berfirman:

 

(فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَ).

 

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" [QS. Ash-Shaffat: 102].

 

Kenapa Nabi Ibrahim a.s. langsung ingin melaksanakan apa yang ada dalam mimpinya, bukankah itu hanya sekedar mimpi? Bukankah mimpi masih bisa ditafsirkan?

 

Mimpi para nabi merupakan wahyu, sebagaimana Ibnu Abbas r.a. berkata:

 

"كَانَتْ رُؤْيَا الْأَنْبِيَاءِ وَحْياً".

 

"Mimpi para nabi adalah wahyu." HR. Hakim (no. 3613).

 

Begitu juga menurut Qotadah sebagaimana diriwayatkan Imam Ath-Thabari dalam Tafsinya Jami' Al-Bayan (21/75):

 

"رُؤْيَا الْأَنْبِيَاءِ حَقٌّ، إِذَا رَأَوْا فِي الْمَنَامِ شَيْئاً فَعَلُوْهُ".

 

"Mimpi para nabi adalah Haq (nyata), jika mereka melihat sesuatu dalam tidur maka mereka akan melakukannya."

 

Hal ini merujuk kepada hadits yang diriwayatkan oleh Atha', bahwasannya Rasulullah saw bersabda:

 

«إِنَّا مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ تَنَامُ أَعْيُنُنَا وَلَا تَنَامُ قُلُوْبُنَا».

 

"Kami Para Nabi, mata kami tertidur namun tidak dengan hati kami." HR. Ibnu Sa'ad (1/171).

 

Bahkan, Imam Al-Qurthubi berkata dalam Tafsirnya Al-Jami' Li Akam Al-Qur'an (15/101):

 

(قَالَ مُقَاتِلٌ: رَأَى ذَلِكَ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ ثَلَاثَ لَيَالٍ مُتَتَابِعَاتٍ)

 

"Muqotil berkata: Nabi Ibrahim a.s. melihat (mimpi) tersebut tiga malam berturut-turut."

 

Dari situlah Nabi Ibrahim a.s. bergegas untuk segera menjalankan perintah Tuhannya sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya. Lantas, apa jawaban Sang Anak? Allah swt berfirman mengisahkan dialog ayah dan anak tersebut, Nabi Ismail berkata:

 

(قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ).

 

"Ia (Nabi Ismail a.s.) menjawab: "Wahai Ayahku, lakukanlah

 

apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." [QS. Ash-Shaffat: 102].

 

Kemudian, di ayat berikutnya Allah melanjutkan narasi kisah ayah-anak tersebut:

 

(فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ • وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ • قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ • إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ).

 

"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. Dan Kami pangillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." [QS. Ash-Shaffat: 103-106].

 

Yah, ujian paling berat adalah ujian yang dialami oleh para nabi. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri, Rasulullah saw bersabda:

 

«إِنَّا مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ يُضَاعَفُ لَنَا الْبَلَاءُ كَمَا يُضَاعَفُ لَنَا الْأَجْرُ».

 

"Kami Para Nabi, dilipatkandakan ujian bagi kami sebagaimana dilipatgandakan pahala bagi kami." HR. Ahmad (no. 11912) & Hakim (no. 7848).

 

Akan tetapi, keteguhan hati ayah-anak dalam menjalankan perintah Tuhannya itu tidak disia-siakan oleh Allah. Allah swt berfirman:

 

(وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ).

 

"Dan Kami tebus anak itu dengan dengan sembelihan yang besar." [QS. Ash-Shaffat: 107].

 

Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan, bahwasannya Rasulullah saw bersabda:

 

«إِنَّ إِبْرَاهِيمَ عليه السلام لَمَّا أُمِرَ بِالْمَنَاسِكِ عَرَضَ لَهُ الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَسْعَى، فَسَابَقَهُ فَسَبَقَهُ إِبْرَاهِيمُ، ثُمَّ ذَهَبَ بِهِ جِبْرِيلُ إِلَى جَمْرَةِ الْعَقَبَةِ، فَعَرَضَ لَهُ الشَّيْطَانُ فَرَمَاهُ بِسَبْع،ِ حَتَّى ذَهَبَ، ثُمَّ عَرَضَ لَهُ عِنْدَ الْجَمْرَةِ الْوُسْطَى فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ، قَالَ: قَدْ تَلَّهُ لِلْجَبِينِ، وَعَلَى إِسْمَاعِيلَ قَمِيصٌ أَبْيَضُ، وَقَالَ: يَا أَبَتِ إِنَّهُ لَيْسَ لِى ثَوْبٌ تُكَفِّنُنِى فِيهِ غَيْرُهُ، فَاخْلَعْهُ حَتَّى تُكَفِّنَنِى فِيهِ فَعَالَجَهُ لِيَخْلَعَهُ، فَنُودِىَ مِنْ خَلْفِهِ: {أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا}، فَالْتَفَتَ إِبْرَاهِيمُ فَإِذَا هُوَ بِكَبْشٍ أَبْيَضَ أَقْرَنَ أَعْيَنَ».

 

"Sesungguhnya Ibrahim a.s. ketika diperintah dengan Manasik, Setan menghalanginya di Mas'a (tempat Sa'i), ia bergegas mendahului Ibrahim, akan tetapi Ibrahim mendahuluinya. Kemudian Jibril membawanya ke Jamrah Al-'Aqabah. Kemudian Setan kembali menghalanginya, lantas melemparnya dengan 7 (batu) hingga pergi. Kemudian Setan menghalanginya lagi di Jamrah Al-Wustha, kemudian ia melemparnya dengan 7 batu. Nabi bersabda: Ibrahim telah merebahkan Ismail atas pelipisnya, sedangkan Ismail mengenakan baju putih seraya berkata: "Wahai Ayah, aku tidak mempunyai baju untuk kafan selain ini, lepaskanlah agar kau mengkafaniku dengannya." Kemudian Ibrahim berupaya untuk melepaskannya, tiba-tiba ada suara dari belakangnya: "Wahai Ibrahim, sesungguhnya kau sudah membenarkan mimpi itu." Kemudian Ibrahim menoleh dan menemukan kambing putih bertanduk besar dan bermata lebar." HR. Zawaid Musnad Ahmad (no. 1652).

 

Ada riwayat menarik dalam kisah Nabi Ibrahim a.s. & Nabi Ismail a.s. yang menunjukkan betapa luhur adab Nabi Ismail a.s. kepada orang tuanya yang kala itu usianya masih sekitar 13 tahun. Kisah ini disebutkan oleh beberapa Ahli Tafsir seperti Imam Az-Zamakhrasyi dalam Al-Kasysyaf (4/57), Imam Al-Baghowi dalam Ma'alim At-Tanzil (7/48), Imam An-Naisaburi dalam Ghoroib Al-Qur'an (5/572), Imam Ats-Tsa'labi dalam Al-Kasyf Wa Al-Bayan (8/154), dan Imam Nawawi Al-Bantani dalam Murah Labid (2/305):

 

«يَا أَبَتِ اُشْدُدْ رِبَاطِيْ حَتَّى لَا أَضْطَرِبَ، وَاكْفُفْ عَنِّيْ ثِيَابَكَ حَتَّى لَا يَنْضَحَ عَلَيْهَا مِنْ دَمِيْ شَيْءٌ، فَيَنْقُصَ أَجْرِيْ وَتَرَاهُ أُمِّيْ فَتَحْزَنَ، وَاسْتَحِدَّ شُفْرَتَكَ، وَأَسْرِعْ مَرَّ السِّكِّيْنِ عَلَى حَلْقِيْ لِيَكُوْنَ أَهْوَنَ لِلْمَوْتِ عَلَيَّ، فَإِنَّ الْمَوْتَ شَدِيْدٌ، وَإِذَا أَتَيْتَ أُمِّيْ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنِّيْ، وَإِنْ رَأَيْتَ أَنْ تَرُدَّ قَمِيْصِيْ عَلَى أُمِّيْ فَافْعَلْ فَإِنَّهُ عَسَى أَنْ يَكُوْنَ أَسْلَى لَهَا عَنِّيْ». فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيْمُ (عليه السلام): «نِعْمَ الْعَوْنُ

 

أَنْتَ يَا بُنَيَّ عَلَى أَمْرِ اللهِ». فَفَعَل إِبْرَاهِيْمُ مَا أَوْصَاهُ بِهِ اِبْنُهُ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ يَقْلِبُهُ، وَقَدْ رَبَطَهُ وَهُمَا يَبْكِيَانِ فَقَالَ لَهُ: كُبَّنِيْ عَلَى وَجْهِيْ وَلَا تَنْظُرْ إِلَيَّ حَتَّى لَا تُدْرِكَكَ رِقَّةٌ تَحُوْلُ بَيْنَكَ وَبَيْنَ أَمْرِ اللهِ. ثُمَّ إِنَّهُ وَضَعَ السِّكِّيْنَ عَلَى حَلْقِهِ فَلَمْ تَنْحَر السِّكِّيْنُ.

 

Nabi Ismail a.s. berkata kepada Nabi Ibrahim a.s: "Wahai Ayah, kencangkanlah ikatanku agar aku tidak bergerak. Singsinglah bajumu sehingga tidak terkena cipratan darahku yang membuat pahalaku berkurang, dan jika ibu melihatnya dia malah akan bersedih. Tajamkanlah pisaumu dan percepatkan gerakan pisau di leherku, agar kematian lebih ringan bagiku, karena seungguhnya kematian itu sangatlah berat. Jika kau menemui ibu, maka sampaikanlah salamku kepadanya. Jika ingin mengembalikan bajuku kepada ibu, maka lakukanlah, karena bisa jadi baju itu menjadi pelipur laranya ketika merindukanku."

 

Kemudian Nabi Ibrahim a.s. berkata kepadanya: "Engkau adalah sebaik-baik pembantu dalam menjalankan perintah Allah wahai anakku!"

 

Kemudian Nabi Ibrahim a.s. melaksakan wasiat anaknya tersebut dan menghadap kepadanya untuk membalikkannya. Ia telah mengikat anaknya, lantas keduanya menangis.

 

Kemudian Nabi Ismail a.s. berkata: "Telungkupkanlah wajahku dan jangan kau melihatku, karena aku takut tiba-tiba kau mengasihani diriku sehingga kasih sayang tersebut mengahalimu dari perintah Allah."

 

Kemudian Nabi Ibrahim a.s. meletakkan pisau di leher anaknya, hanya saja pisau tersebut tidak bisa melukai."

 

Syeikh Umar Bin Ahmad Baraja' mengomentari kisah ini dalam kitabnya Al-Akhlaq Lil Banin (2/22) dengan perkataannya:

 

(فَانْظُرْ أَيُّهَا الْوَلَدُ الْمَحْبُوْبُ كَيْفَ بِرُّ سَيِّدِنَا إِسْمَاعِيْلَ وَصَبْرُهُ؟ وَكَيْفَ اِمْتَثَالَ سَيُّدُنَا إِبْرَاهِيْمُ لِأَمْرِ رَبِّهِ، وَثَبَاتُهُ فِيْ هَذَا الْبَلَاءِ الْمُبِيْنِ؟)

 

"Lihatlah anakku tercinta, bagaimana bakti dan kesabaran Sayyidina Ismail, dan bagaimana ketaatan Sayyidina Ibrahim dalam menjalakan perintah Tuhannya, serta keteguhannya dalam ujian yang sungguh nyata ini?"

 

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Qurban ini, di antaranya:

1. Bersegera dalam menjalankan perintah Allah swt.

2. Sabar dan teguh dalam menjalankan kewajiban yang Allah bebankan.

3. Jangan sampai kasih sayang kepada manusia menghalangi diri untuk berbakti kepada Allah.

4. Berbakti kepada Allah tidak menghalangi bakti kepada orang tua dan sebaliknya.

5. Orang tua dan anak harus saling tolong-menolong dalam mendekatkan diri kepada Allah.

6. Keindahan Akhlak Nabi Ismail a.s. kepada orang tuanya, hal ini terpancar dari bagaimana di detik-detik menjelang disembelih beliau masih sempat memikirkan nasib ibunya, khawatir akan kesedihannya, sehingga meminta agar bajunya diberikan kepada Sang Ibu sebagai pelipur laranya kelak ketika merindukannya. Pun beliau khawatir ayahnya tidak mampu menjalankan kewajiban karena terlanjur menaruh kasih dan iba sehingga meminta agar wajah beliau dipalingkan.

 

Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah swt dalam meneladani keluarga Nabi Ibrahim a.s.

 

Referensi:

1. Al-Qur'an.

2. Jami' Al-Bayan karya Imam Ath-Thabari.

3. Al-Kasysyaf karya Imam Az-Zamakhrasyi.

4. Al-Jami' Li Akam Al-Qur'an karya Imam Al-Qurthubi.

5. Ma'alim At-Tanzil Fi Tafsir Al-Qur'an karya Imam Al-Baghowi.

6. Ghoroib Al-Qur'an karya Imam An-Naisaburi.

7. Al-Kasyf Wa Al-Bayan karya Imam Ats-Tsa'labi.

8. Murah Labid karya Imam Nawawi Al-Bantani.

9. Al-Mustadrak 'Ala Ash-Shohihain karya Imam Hakim.

10. Ath-Thobaqot karya Imam Ibnu Sa'ad.

11. Al-Musnad karya Imam Ahmad Bin Hambal & Zawaid Al-Musnad oleh Abdulah Bin Ahmad Bin Hambal.

12. Qoshosh Al-Anbiya' karya Imam Ibnu Katsir.

13. Al-Akhlaq Lil Banin karya Syeikh Umar bin Ahmad Baraja'. [Wallahu A'lam]

 

===============

Penulis: @elrashied_imam

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Layouter: @najibalwijufri

                                                                                                  

𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙏𝙚𝙧𝙪𝙨 & 𝙎𝙚𝙗𝙖𝙧𝙡𝙪𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣.

 

"Sᴀᴍᴘᴀɪᴋᴀɴ ᴅᴀʀɪᴋᴜ ᴍᴇSᴋɪᴘᴜɴ ʜᴀɴʏᴀ Sᴀᴛᴜ ᴀʏᴀᴛ ." HR. Bukhari

📲 𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙢𝙚𝙙𝙞𝙖 𝙨𝙤𝙨𝙞𝙖𝙡 𝙠𝙖𝙢𝙞.

IG : Instagram.com/nafas_hadhramaut

TW : Twitter.com/nafashadhramaut

TG : T.me/nafashadhramaut

FB : fb.com/nafas.hadhramaut

YT : https://youtube.com/@nafashadhramaut

TT : Tiktok.com/nafashadhramaut

Web : www.nafashadhramaut.id

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

WA : http://bit.ly/Nafas-Hadhramaut-Channel

Email : nafashadhramaut.id@gmail.com

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

️ Like

🗣️ Comment

🔄 Share

👤 Tag Temanmu

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search