Sabtu, 10 Juni 2023

“Api Semangat Talaqi dari Sang Cahaya Mentari Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith” Oleh: Ali Rahman bin Saniwi (Mahasiswa Tingkat Empat, Fakultas Syari’ah, Universitas Imam Syafi’i)

 



Talaqi adalah metode pembelajaran secara face to face, saling bertemu antara guru dan murid dalam satu ruangan, mengkaji berbagai ilmu pengetahuan, memberi ijazah dan sanad, membaca kitab bersama guru sang Mursyid, menerima berbagai macam Hadits Nabawi dan Ayat suci al-Qur’an beserta pemahaman-nya, mendengarkan kisah Salafuna as-Shalih dan afiliasi jiwa dengan moralitas Saadah as-Shufiyyah dari arahan guru sang Murabbi yang bersambung hati serta ilmunya sampai kepada Rasulullah saw.

 

Hal tersebut adalah metode  yang diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada Ahl as-Shuffah yakni para sahabat yang datang dari berbagai kota yang jauh dan suku yang berbeda-beda merantau ke kota Madinah dengan kegigihan masa muda tanpa peduli kenikmatan diam di rumah demi bisa bertalaqi mengkaji ilmu al-Qur’an, Hadits dan menikmati khidmat kepada Rasulullah saw., tepat di belakang Masjid Nabawi yang memiliki tempat khusus dekat rumah beliau, mereka disebut dengan as-Shuffah dan sebab mereka tidak memiliki tempat tinggal kecuali disana hingga dinamakan Ahlu as-Shuffah (Penghuni as-Shuffah).

 

Hingga berkah ajaran Nabi saw. kepada mereka, menjadikan mereka sosok pelopor umat dari arahan penyampain hadits, ayat al-Qur’an, suri tauladan yang elok indah dan menciptakan tangga sanad ilmu dari mereka hingga ke Rasulullah saw. yang membangun kokoh agama generasi selanjutnya; mulai sahabat, tabi’in dan Atba’ Tabi’in hingga ke zaman milenial ini, terciptalah banyak pondok pesantren serta media majelis ilmu di bebagai tempat.

 

Di setiap generasi tentu ada sebagian lenteran cahaya yang membara tanpa padam karena kegigihan mengikuti segala prinsip para mentari sebelumnya. Contoh sosok alim yang tersohor di zaman ini, di negeri hijaz fatwanya menjadi sumber dan referensi, beliau adalah Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith yang ahli dalam bidang fiqh Islami, sastra arab dan semua fan ilmu pengetahuan hingga tertutur dalam lisan mulia, karya buku dan perangai beliau serta memiliki kenari wangi thariqah Saadah Ba’alawi yang juga ditanamkan pada jiwa para muridnya.

 

 

Awal Talaggi di Negeri Indonesia

Siapa sangka bahwa sosok yang mulia di tanah Hijaz Madinah ini, berasal dari tanah kelahiran Indonesia, lahii di bumi berkah pulau Jawa pada tahun 1361 H, dari mulai masa dini beliau sudah terdidik oleh keluarga yang baik, mulai dari orang tua yang sholeh dan shalihah, perlu dicontoh  kerelaan sang ayahanda menitipkan-Nya kepada guru pertama dalam hidup-Nya yaitu al-Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad sosok alim pelindung agama dari kaum Saadah Ba’alawi di kota Bogor pada zaman-Nya  yang mana sering mendirikan majelis sholawat beserta kajian seusai sholat Ashar hingga waktu magrib di kediaman beliau.

 

Masa dini Al-Habib Zain dibuat kagum oleh majelis ini hingga mulai mengenal kata ‘gemar’ sering hadir kajian dan bersholawat, terkadang diantarkan oleh ayah-Nya dan biasa-nya beliau yang datang sendiri kesana tanpa diantar demi bisa Talaggi kepada sang guru, sebab ada cinta yang menarik tubuh-Nya hingga beliaupun mendapatkan berkah karena sering hadir di Majelis ini.

 

 

Talaggi di Bumi Hadramaut, Tarim.

Pada umur 17 tahun yang sangat muda sekali, beliau bersama saudara-saudari kandung-Nya bertekad kuat merantau ke negeri seribu wali  bumi Hadramaut demi menuntut ilmu dengan ber-Talaggi kepada ulama disana, dan mulai bermukim di kota Tarim pada tahun 1377 H. Api yang membara di dalam hati beliau telah membakar jiwa tanpa peduli adanya kegelisahan ataupun kesedihan, semangat-Nya membalut segala luka dengan bangkit dan bangun kembali mengaji, sebab keikhlasan dan kejujurannya sudah tertanam dari mulai datang hingga siap menjalani segala rintangan yang menghadang.

 

Beliau bertalaggi ilmu kepada al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz (Ayahanda Habibana Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz), dan mulai mempelajari kitab-kitab ringkas ilmu fiqh seperti setor hafalan 1000 bait Shofwah az-Zubad karya Imam Ibnu Ruslan menyertai kajian kitab Syarah-nya juga, kemudian hafalan kitab al-Irsyad karya Imam Ibnu Muqri’ sampai Bab al-Jinayat, lalu mengkaji ilmu Faroidh dan sepintas kajian dari kitab Nashb as-Syarak fi Ilmi al-Falak karya Imam al-Amoudi, dan mengkaji kitab Hadiyyah as-Shiddiq karya al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir.

 

Beliau juga bertalaggi fan ilmu Nahwu dan Balaghoh kepada al-Habib Umar bin Alwi al-Kaf, seperti kitab Mutammimah al-Ajrumiyyah, hafalan ١000 bait Alfiyyah Ibn Malik, dan juga mengkaji ilmu balaghoh dari kitab yang dikarang oleh Habib Umar al-Kaf yang sekarang ini sudah cetak bernama ‘al-Balaghoh’ dan dikajikan di Hadramaut. Testimoni al-Habib Zain  :

 

هذا مؤلف نفيس وحفيل

“Karangan kitab ini sangat berharga dan  banyak maklumat penting.”

 

Al-Habib Zain juga menyelasaikan kajian kitab Syarh Alfiyah kepada Syekh Mahfudz bin Salim dan mengkaji fan ilmu fiqh bersama-Nya, lalu beliau juga ber-Talaggi membaca kitab Mulhah al-Hurairy kepada al-Habib Salim Khard, dan beliau juga sering hadir di majelis kajian dan Rauhah al-Habib Alwi bin Abdullah bin Syihabuddin beserta kepada guru-guru-Nya di kota Tarim untuk menerima pegang teguh ngalap berkah dan memohon ijazah, sebagaimana sudah tertulis dalam surat ijazah al-Habib Zain.

 

 

Talaggi di Bumi Hadramaut, Aden.

Setelah ٨ tahun Talaggi kepada ulama Tarim, al-Habib Zain diangkat menjadi guru di Ribath Tarim dan dikirim oleh gurunda-Nya al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz untuk mengajar di ribath al-Haddar yang di asuh oleh al-Habib Muhammad al-Haddar di kota Baidho’, wilayah Syamal dekat kota Aden, Yaman. Dan al-Habib Zain menta’ati perintah sang guru, mulailah berangkat dengan niat dakwah karena Allah Swt. kesana.

 

Mendarat di kota Aden, beliau sempat menikmati mauidzhah dari teman beliau sewaktu di Ribath Tarim yaitu al-Habib Salim bin Abdullah asy-Syatiri yang sedang menjadi imam dan berkhutbah di wilayah Khour al-Maksar, hingga al-Habib Zain diajak ke kediaman Habib Salim asy-Syatiri disana yang memiliki perpustakaan khusus, sebab memandang seluk beluk semangat Habib Salim dalam muthola’ah ilmu, al-Habib Zain pun turut senang hati mengikuti muthola’ah bersama-Nya.

 

 

Talaggi di Bumi Hadramaut, Baidho’.

Sesampai di kota Baidho’, di Ribath al-Haddar, al-Habib Muhammad al-Haddar sangat bahagia menyambut kedatangan al-Habib Zain, saking senang-Nya sang putri-Nya dinikahkan kepada al-Habib Zain, dan beliaupun menjadi tangan kanan istilah-nya seperti ketua pondok oleh al-Habib Muhammad al-Haddar dalam bidang mengajari santri Ribath al-Haddar seperti memberikan kajian khusus dan dauroh ilmiyyah, sedangkan al-Habib Muhammad al-Haddar antusias diri untuk dakwah ke masyarakat umum makanya menyisihkan waktu sebentar tentang mengajari santri sebab beliau memiliki banyak kesibukan khusus memberi petunjuk pada masyarakat.

 

Di lain sisi al-Habib Muhammad al-Haddar adalah mertua, bagi al-Habib Zain ‘beliau juga termasuk guru besar talaggi-Nya yang telah memberi beliau ijazah tekstual juga, meskipun tidak banyak mengkaji kitab bersama-Nya.

 

20 tahun lebih pun telah berlalu dari perjuangan dakwah al-Habib Zain di kota Baidho', dan sudah banyak menciptakan para kaum lelaki yang menyinari bumi Yaman, keikhlasan beliau bersinar hingga kegelapan letih bukan lah kendala, diceritakan bahwa beliau sering keluar untuk dakwah dan mengajak sebagian murid dengan mengendarai satu keledai dan saling berganti menaiki-nya dengan murid ke pedesaan sekitar kota Baidho’,  sifat manusiawi itu lelah karena beban memang biasa namun hati yang sudah yakin pada kekuasaan Allah Swt.  yang pasti mengkuatkan jalan dakwah-Nya, gunung apapun menimpa-nya akan hancur lebur oleh api semangat-Nya, beliau mulai berangkat waktu dhuha setiap hari Jum’at dan setelah selesai, pulang-nya pada sore hari.

 

Sebagian murid yang paling mahir dan sholeh dari madrasah Ribath al-Hadddar ini, diantara-nya :

1.     Syekh Muhammad al-Hurairy, ilmu-nya berkah di kota Yafi’.

2.     Syekh Muhammad Abduh

3.     Syekh Manshur al-Yafi’ie

4.     Syekh Abdurrabbie al-Yafi’ie

5.     Syekh Mahmud bin Abdul Bari as-Shoumali, sosok pendakwah terkenal di afrika waktu ini.

6.     Syekh Abdullah an-Nakhsyaby, sekarang sedang mengajar di Ribath al-Baidho’

7.     Anak-anak dari al-Habib Muhammad al-Haddar

8.     Pelopor dakwah yang sangat terkenal saat ini, al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz

Dan masih banyak lagi dari murid-murid al-Habib Zain yang menyebarkan sinar sanad ilmu dari-Nya ke seluruh pojok tanah Hadramaut.

 

Selain berdakwah, Al-Habib Zain masih diberikan kenikmatan dalam hidup-Nya oleh Allah Swt. bisa Mujahadah secara totalitas, Riyadhah melelehkan marak nafsu menyertai semangat Muthala’ah kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh dan yang lain-nya dari karangan Salafuna as-Shalih.

 

Saking nikmat-nya, bila saja beliau memasuki ruang belajar untuk Muthala’ah kitab-kitab lalu mengunci pintu dari dalam, beliau tidak akan keluar untuk makan kecuali dibujuk oleh para santri-Nya, sungguh betapa tinggi semangat beliau terhadap kajian ilmu yang tidak kenal rasa lelah hingga bisa mewarisi senandung para ulama dan menjadi alim yang tersohor pada masa-Nya.

 

Sebuah pengakuan gurunda terhadap kealiman beliau dalam ilmu fiqh, seringkali saat al-Habib Muhammad al-Haddar mendirikan majelis, lalu ditanyakan sebuah masalah fiqh kemudian ada orang alim berdiri yang menjawab, pasti seusai kajian, beliau muroja’ah akan jawaban masalah tersebut namun jika al-Habib Zain yang menjawab, beliau tak perlu lagi untuk muroja’ah sebab sudah yakin sepenuh-nya pada jawaban al-Habib Zain. Sampai al-Habib Muhammad al-Haddar berkata :

إذا أجاب الحبيب زين فلا داعي للمراجعة

“Kalau al-Habib Zain sudah menjawab, maka tak perlu lagi untuk Muroja’ah (jawaban masalah).”

 

 

Talaggi di tanah Hijaz

Setelah 21 tahun mengabdikan diri di Ribath al-Haddar, al-Habib Zain pergi ke tanah Hijaz dan diberi permintaan oleh al-Habib Umar al-Jufri agar mengajar di Ribat Madinah al-Munawwaroh yang mana al-Habib Muhammad al-Haddar pernah memiliki posisi keutamaan besar dalam memapankan pilar Ribath ini.

Pada tahun 1406 H, bulan Ramadhan, al-Habib Zain pun pergi ke Ribath tersebut, menuruti permintaan beliau untuk mengajar di tempat yang mana pernah ada petilasan sang gurunya.

 

Tidak disangka, al-Habib Zain bertemu dengan teman karib-nya al-Habib Salim asy-Syatiri di tanah Hijaz, sebelumnya pernah satu Talaggi bersama di Ribath Tarim, lalu bertemu sebagai pendakwah di kota Aden, dan ditakdirkan bertatap kembali di tanah Hijaz dan kedua-nya menjadi pengajar di Ribath Madinah al-Munawwarah, namun takdir Allah memisahkan kedua-nya, al-Habib Salim asy-Syatiri pindah ke kota Tarim untuk mengurusi lembaga Ribath Tarim yang di dampingi oleh saudara kandung-Nya yaitu al-Habib Hasan bin Abdullah asy-Syatiri.

 

Pada masa awal beliau mengajar, awal murid yang talaggi adalah murid yang rajin, Syekh Abdullah al-Ahdal, dan ada 10 murid lagi yang memulai belajar pada beliau, sebagin mereka adalah :

1.     Al-Habib Abdullah Ba’bud, sekarang beliau mengajar di Ribath Tarim.

2.     KH. Hasan Bashri, berkah ilmu-nya di tanah jawa dan memiliki pondok pesantren.

3.     Syekh Utsman al-Muhainy al-Kuwaity, ilmu-nya berkah di negeri Kuwait.

4.     Syekh Muhammad Fal asy-Syanqithy, beliau termasuk dari ulama madzhab malikiyyah yangh sholeh nan tawadhu’.

5.     Al-Habib Salim bin Ahmad al-Jufry, ilmu-nya berkah di kota Jakarta, indonesia.

 

 

Merekalah bintang-bintang dari golongan ulama yang selalu menyibukkan segala nafas hidup untuk sang guru yang menata hati mereka bertahun-tahun lama-nya dan al-Habib Zain tidak pernah kenal letih dan tak pernah sumpek dalam memberikan arahan, tarbiyah, dan ajaran kepada mereka, hingga sebagian murid masih merasakan nikmat Talaggi pada beliau dan menambah masa belajar 12 tahun demi menuntut ilmu dan mohon ditanamkan adab sampai memanen buah-buahan ilmu yang matang hingga datanglah waktu bagi mereka memetik-nya.

 

Sungguh telah banyak alumni yang lulus dari madrasah ini atas didikan beliau, namun bukan berarti kajian Talaggi itu berakhir dengan kelulusan mondok, mereka para santri masih terus bepergian dari negara mereka dan datang ke Ribath Madinah al-Munawwaroh, demi ber-Talaggi kepada beliau meskipun sudah banyak kesibukan keluarga di rumah, mengabdi di pesantren dan mengatur urusan masyarakat.

 

Tidak hanya mengajar di Ribath, rasa haus ilmu beliau mengajak untuk ber-Talaggi ilmu lagi pada ulama Madinah, hingga membacakan kitab ilmu ushul at-Tiryaq an-Naafi’ ala Masail Jam’ al-Jawami’ karya ulama Hadramaut yaitu Imam Abu Bakar bin Syihab kepada sosok alim ushul dan pakar madzhab maliki Syekh Zaydan asy-Syinqithy,  dan Syekh asy-Syanqithy dibuat kagum oleh ibarat-ibarat kitab yang dibacakan al-Habib Zain karena kitab-kitab karangan para ulama hadramaut belum pernah sampai ke negeri-Nya.

 

Dan kepada Syekh asy-Syinqity, Al-Habib Zain juga mengkaji salah satu kitab ushul yang dianggap tingkat akhir dalam ilmu Ushul, yakni kitab Maraqi as-Shu’ud karya Habib Abdullah al-Alawi asy-Syinqity.

 

Beliau juga mendatangi Imam sastra Arab di Madinah, yaitu Syekh Ahmaddu bin Muhammad Hamid al-Hasani asy-Syinqity dengan tujuan ber-Talaggi. Maka beliau mengkaji kepada-Nya akan kitab Syarh Ibn ‘Aqil lil Alfiyyah, kitab Idha’ah ad-Dujunnah karya imam Ibn al-Maqqariy dalam fan akidah, kitab Sulam al-Murawnaq karya Imam al-Akhdhary, kitab Itmam ad-Dirayah li Qurra’ an-Nuqayah karya Imam Suyuty yang menjelaskan 14 fan ilmu diantaranya ; ilmu al-Qur’an, al-Hadits, Thib, dan at-Tasyrih, Kitab al-Maqshur wa al-Mamdud, Kitab Lamiyah al-Af’al karya Imam Ibnu ‘Aqil, Kitab Mughni al-Labib karya Imam Ibnu Hisyam.

 

Setiap mendekati waktu sholat shubuh di Harom al-Madinah, semua kitab ini, beliau baca kepada Syekh Ahmaddu secara istiqomah meskipun sedikit demi sedikit dari ibarot kitab, hingga Syekh Ahmaddu pun bahagia memiliki murid yang memiliki kobaran api semangat tuk ber-Talaqqi seperti al-Habib Zain ini, sanjung Syekh tentang al-Habib Zain :

 

ما شاء الله على الهمة، الشيخ زين مجتهد في الطلب كثيرا

“Masya Allah atas api semangat, Syekh Zain kuat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.”

 

 

Berkah Talaggi al-Habib Zain ini mengantarkan-Nya kepada posisi diterima oleh semua umat sedunia, memberi-Nya rezeki wibawa secara jasmani dan rohani, dan patut menjadi panutan bagi seluruh pencari ilmu (santri) dalam menyalakan semangat jiwa ber-Talaggi kepada para ulama. Wallahu A’lam bis Showab....

 

REFERENSI :

1.     Qabsaat an-Nur, karya : Habib Abu Bakar al-‘Adni bin Ali al-Masyhur, Hal : 190, Cet. Muassah Fuad Bi’iynu li at-Tajlid

2.     Ar-Roudh al-Unfu, karya : Syekh Abdurrahman bin Abdullah as-Suhaily, Juz : ٤, Hal : 268, Cet. Dar Ihya’ Turats al-Araby, Beirut.

3.     Al-Muntadzom fi Tarekh al-Muluk wa al-Umam, karya : Syekh Jamaluddin Abdurrahman al-Jauzy, Juz : ٦, Hal : 17, Cet. Dar al-Kotob al-Ilmiyyah, Beirut.

 

===============

Penulis: @el_ghubar.mubarok

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Layouter: @najibalwijufri

                                                                                                  

𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙏𝙚𝙧𝙪𝙨 & 𝙎𝙚𝙗𝙖𝙧𝙡𝙪𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣.

 

"Sᴀᴍᴘᴀɪᴋᴀɴ ᴅᴀʀɪᴋᴜ ᴍᴇSᴋɪᴘᴜɴ ʜᴀɴʏᴀ Sᴀᴛᴜ ᴀʏᴀᴛ ." HR. Bukhari

📲 𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙢𝙚𝙙𝙞𝙖 𝙨𝙤𝙨𝙞𝙖𝙡 𝙠𝙖𝙢𝙞.

IG : Instagram.com/nafas_hadhramaut

TW : Twitter.com/nafashadhramaut

TG : T.me/nafashadhramaut

FB : fb.com/nafas.hadhramaut

YT : https://youtube.com/@nafashadhramaut

TT : Tiktok.com/nafashadhramaut

Web : www.nafashadhramaut.id

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

WA : http://bit.ly/Nafas-Hadhramaut-Channel

Email : nafashadhramaut.id@gmail.com

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

 

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search