Talaqi adalah metode pembelajaran secara face to
face, saling bertemu antara guru dan murid dalam satu ruangan, mengkaji
berbagai ilmu pengetahuan, memberi ijazah dan sanad, membaca kitab bersama guru
sang Mursyid, menerima berbagai macam Hadits Nabawi dan Ayat suci
al-Qur’an beserta pemahaman-nya, mendengarkan kisah Salafuna as-Shalih
dan afiliasi jiwa dengan moralitas Saadah as-Shufiyyah dari arahan guru
sang Murabbi yang bersambung hati serta ilmunya sampai kepada Rasulullah
saw.
Hal tersebut adalah metode yang diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada Ahl
as-Shuffah yakni para sahabat yang datang dari berbagai kota yang jauh dan
suku yang berbeda-beda merantau ke kota Madinah dengan kegigihan masa muda
tanpa peduli kenikmatan diam di rumah demi bisa bertalaqi mengkaji ilmu
al-Qur’an, Hadits dan menikmati khidmat kepada Rasulullah saw., tepat di belakang
Masjid Nabawi yang memiliki tempat khusus dekat rumah beliau, mereka disebut
dengan as-Shuffah dan sebab mereka tidak memiliki tempat tinggal kecuali
disana hingga dinamakan Ahlu as-Shuffah (Penghuni as-Shuffah).
Hingga berkah ajaran Nabi saw. kepada mereka, menjadikan
mereka sosok pelopor umat dari arahan penyampain hadits, ayat al-Qur’an, suri
tauladan yang elok indah dan menciptakan tangga sanad ilmu dari mereka hingga
ke Rasulullah saw. yang membangun kokoh agama generasi selanjutnya; mulai
sahabat, tabi’in dan Atba’ Tabi’in hingga ke zaman milenial ini, terciptalah
banyak pondok pesantren serta media majelis ilmu di bebagai tempat.
Di setiap generasi tentu ada sebagian lenteran
cahaya yang membara tanpa padam karena kegigihan mengikuti segala prinsip para
mentari sebelumnya. Contoh sosok alim yang tersohor di zaman ini, di negeri
hijaz fatwanya menjadi sumber dan referensi, beliau adalah Al-Habib Zein bin
Ibrahim bin Smith yang ahli dalam bidang fiqh Islami, sastra arab dan semua fan
ilmu pengetahuan hingga tertutur dalam lisan mulia, karya buku dan perangai
beliau serta memiliki kenari wangi thariqah Saadah Ba’alawi yang juga ditanamkan
pada jiwa para muridnya.
Awal Talaggi di Negeri Indonesia
Siapa sangka bahwa sosok yang mulia di tanah Hijaz
Madinah ini, berasal dari tanah kelahiran Indonesia, lahii di bumi berkah
pulau Jawa pada tahun 1361 H, dari mulai masa dini beliau sudah terdidik oleh
keluarga yang baik, mulai dari orang tua yang sholeh dan shalihah, perlu
dicontoh kerelaan sang ayahanda
menitipkan-Nya kepada guru pertama dalam hidup-Nya yaitu al-Habib Alwi bin
Muhammad al-Haddad sosok alim pelindung agama dari kaum Saadah Ba’alawi di kota
Bogor pada zaman-Nya yang mana sering
mendirikan majelis sholawat beserta kajian seusai sholat Ashar hingga waktu
magrib di kediaman beliau.
Masa dini Al-Habib Zain dibuat kagum oleh
majelis ini hingga mulai mengenal kata ‘gemar’ sering hadir kajian dan
bersholawat, terkadang diantarkan oleh ayah-Nya dan biasa-nya beliau yang
datang sendiri kesana tanpa diantar demi bisa Talaggi kepada sang guru,
sebab ada cinta yang menarik tubuh-Nya hingga beliaupun mendapatkan berkah
karena sering hadir di Majelis ini.
Talaggi di Bumi Hadramaut, Tarim.
Pada umur 17 tahun yang sangat muda sekali,
beliau bersama saudara-saudari kandung-Nya bertekad kuat merantau ke negeri
seribu wali bumi Hadramaut demi menuntut
ilmu dengan ber-Talaggi kepada ulama disana, dan mulai bermukim di kota Tarim
pada tahun 1377 H. Api yang membara di dalam hati beliau telah membakar jiwa
tanpa peduli adanya kegelisahan ataupun kesedihan, semangat-Nya membalut segala
luka dengan bangkit dan bangun kembali mengaji, sebab keikhlasan dan
kejujurannya sudah tertanam dari mulai datang hingga siap menjalani segala
rintangan yang menghadang.
Beliau bertalaggi ilmu kepada al-Habib
Muhammad bin Salim bin Hafidz (Ayahanda Habibana Umar bin Muhammad bin Salim
bin Hafidz), dan mulai mempelajari kitab-kitab ringkas ilmu fiqh seperti setor
hafalan 1000 bait Shofwah az-Zubad karya Imam Ibnu Ruslan menyertai
kajian kitab Syarah-nya juga, kemudian hafalan kitab al-Irsyad karya
Imam Ibnu Muqri’ sampai Bab al-Jinayat, lalu mengkaji ilmu Faroidh dan sepintas
kajian dari kitab Nashb as-Syarak fi Ilmi al-Falak karya Imam al-Amoudi,
dan mengkaji kitab Hadiyyah as-Shiddiq karya al-Habib Abdullah bin
Husain bin Thahir.
Beliau juga bertalaggi fan ilmu Nahwu dan
Balaghoh kepada al-Habib Umar bin Alwi al-Kaf, seperti kitab Mutammimah
al-Ajrumiyyah, hafalan ١000 bait Alfiyyah Ibn Malik,
dan juga mengkaji ilmu balaghoh dari kitab yang dikarang oleh Habib Umar al-Kaf
yang sekarang ini sudah cetak bernama ‘al-Balaghoh’ dan dikajikan di Hadramaut.
Testimoni al-Habib Zain :
هذا مؤلف نفيس وحفيل
“Karangan kitab ini sangat berharga dan banyak maklumat penting.”
Al-Habib Zain juga menyelasaikan kajian kitab
Syarh Alfiyah kepada Syekh Mahfudz bin Salim dan mengkaji fan ilmu fiqh bersama-Nya,
lalu beliau juga ber-Talaggi membaca kitab Mulhah al-Hurairy kepada
al-Habib Salim Khard, dan beliau juga sering hadir di majelis kajian dan Rauhah
al-Habib Alwi bin Abdullah bin Syihabuddin beserta kepada guru-guru-Nya di kota
Tarim untuk menerima pegang teguh ngalap berkah dan memohon ijazah, sebagaimana
sudah tertulis dalam surat ijazah al-Habib Zain.
Talaggi di Bumi Hadramaut, Aden.
Setelah ٨ tahun Talaggi kepada ulama Tarim, al-Habib Zain diangkat
menjadi guru di Ribath Tarim dan dikirim oleh gurunda-Nya al-Habib Muhammad bin
Salim bin Hafidz untuk mengajar di ribath al-Haddar yang di asuh oleh al-Habib
Muhammad al-Haddar di kota Baidho’, wilayah Syamal dekat kota Aden, Yaman. Dan
al-Habib Zain menta’ati perintah sang guru, mulailah berangkat dengan niat
dakwah karena Allah Swt. kesana.
Mendarat di kota Aden, beliau sempat menikmati
mauidzhah dari teman beliau sewaktu di Ribath Tarim yaitu al-Habib Salim bin
Abdullah asy-Syatiri yang sedang menjadi imam dan berkhutbah di wilayah Khour
al-Maksar, hingga al-Habib Zain diajak ke kediaman Habib Salim asy-Syatiri disana
yang memiliki perpustakaan khusus, sebab memandang seluk beluk semangat Habib
Salim dalam muthola’ah ilmu, al-Habib Zain pun turut senang hati mengikuti
muthola’ah bersama-Nya.
Talaggi di Bumi Hadramaut, Baidho’.
Sesampai di kota Baidho’, di Ribath al-Haddar,
al-Habib Muhammad al-Haddar sangat bahagia menyambut kedatangan al-Habib Zain,
saking senang-Nya sang putri-Nya dinikahkan kepada al-Habib Zain, dan beliaupun
menjadi tangan kanan istilah-nya seperti ketua pondok oleh al-Habib Muhammad
al-Haddar dalam bidang mengajari santri Ribath al-Haddar seperti memberikan
kajian khusus dan dauroh ilmiyyah, sedangkan al-Habib Muhammad al-Haddar antusias
diri untuk dakwah ke masyarakat umum makanya menyisihkan waktu sebentar tentang
mengajari santri sebab beliau memiliki banyak kesibukan khusus memberi petunjuk
pada masyarakat.
Di lain sisi al-Habib Muhammad al-Haddar
adalah mertua, bagi al-Habib Zain ‘beliau juga termasuk guru besar talaggi-Nya
yang telah memberi beliau ijazah tekstual juga, meskipun tidak banyak mengkaji
kitab bersama-Nya.
20 tahun lebih pun telah berlalu dari
perjuangan dakwah al-Habib Zain di kota Baidho', dan sudah banyak menciptakan
para kaum lelaki yang menyinari bumi Yaman, keikhlasan beliau bersinar hingga
kegelapan letih bukan lah kendala, diceritakan bahwa beliau sering keluar untuk
dakwah dan mengajak sebagian murid dengan mengendarai satu keledai dan saling
berganti menaiki-nya dengan murid ke pedesaan sekitar kota Baidho’, sifat manusiawi itu lelah karena beban memang
biasa namun hati yang sudah yakin pada kekuasaan Allah Swt. yang pasti mengkuatkan jalan dakwah-Nya,
gunung apapun menimpa-nya akan hancur lebur oleh api semangat-Nya, beliau mulai
berangkat waktu dhuha setiap hari Jum’at dan setelah selesai, pulang-nya pada
sore hari.
Sebagian murid yang paling mahir dan sholeh
dari madrasah Ribath al-Hadddar ini, diantara-nya :
1. Syekh Muhammad
al-Hurairy, ilmu-nya berkah di kota Yafi’.
2. Syekh Muhammad
Abduh
3. Syekh Manshur
al-Yafi’ie
4. Syekh
Abdurrabbie al-Yafi’ie
5. Syekh Mahmud
bin Abdul Bari as-Shoumali, sosok pendakwah terkenal di afrika waktu ini.
6. Syekh Abdullah
an-Nakhsyaby, sekarang sedang mengajar di Ribath al-Baidho’
7. Anak-anak dari
al-Habib Muhammad al-Haddar
8. Pelopor dakwah
yang sangat terkenal saat ini, al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
Dan masih banyak lagi dari murid-murid
al-Habib Zain yang menyebarkan sinar sanad ilmu dari-Nya ke seluruh pojok tanah
Hadramaut.
Selain berdakwah, Al-Habib Zain masih
diberikan kenikmatan dalam hidup-Nya oleh Allah Swt. bisa Mujahadah secara
totalitas, Riyadhah melelehkan marak nafsu menyertai semangat Muthala’ah
kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh dan yang lain-nya dari karangan Salafuna
as-Shalih.
Saking nikmat-nya, bila saja beliau memasuki
ruang belajar untuk Muthala’ah kitab-kitab lalu mengunci pintu dari
dalam, beliau tidak akan keluar untuk makan kecuali dibujuk oleh para
santri-Nya, sungguh betapa tinggi semangat beliau terhadap kajian ilmu yang
tidak kenal rasa lelah hingga bisa mewarisi senandung para ulama dan menjadi
alim yang tersohor pada masa-Nya.
Sebuah pengakuan gurunda terhadap kealiman
beliau dalam ilmu fiqh, seringkali saat al-Habib Muhammad al-Haddar mendirikan
majelis, lalu ditanyakan sebuah masalah fiqh kemudian ada orang alim berdiri
yang menjawab, pasti seusai kajian, beliau muroja’ah akan jawaban masalah
tersebut namun jika al-Habib Zain yang menjawab, beliau tak perlu lagi untuk
muroja’ah sebab sudah yakin sepenuh-nya pada jawaban al-Habib Zain. Sampai
al-Habib Muhammad al-Haddar berkata :
إذا أجاب الحبيب زين فلا داعي للمراجعة
“Kalau al-Habib Zain sudah menjawab, maka tak
perlu lagi untuk Muroja’ah (jawaban masalah).”
Talaggi di tanah Hijaz
Setelah 21 tahun mengabdikan diri di Ribath
al-Haddar, al-Habib Zain pergi ke tanah Hijaz dan diberi permintaan oleh
al-Habib Umar al-Jufri agar mengajar di Ribat Madinah al-Munawwaroh yang mana
al-Habib Muhammad al-Haddar pernah memiliki posisi keutamaan besar dalam
memapankan pilar Ribath ini.
Pada tahun 1406 H, bulan Ramadhan, al-Habib
Zain pun pergi ke Ribath tersebut, menuruti permintaan beliau untuk mengajar di
tempat yang mana pernah ada petilasan sang gurunya.
Tidak disangka, al-Habib Zain bertemu dengan
teman karib-nya al-Habib Salim asy-Syatiri di tanah Hijaz, sebelumnya pernah satu
Talaggi bersama di Ribath Tarim, lalu bertemu sebagai pendakwah di kota Aden,
dan ditakdirkan bertatap kembali di tanah Hijaz dan kedua-nya menjadi pengajar
di Ribath Madinah al-Munawwarah, namun takdir Allah memisahkan kedua-nya,
al-Habib Salim asy-Syatiri pindah ke kota Tarim untuk mengurusi lembaga Ribath
Tarim yang di dampingi oleh saudara kandung-Nya yaitu al-Habib Hasan bin
Abdullah asy-Syatiri.
Pada masa awal beliau mengajar, awal murid
yang talaggi adalah murid yang rajin, Syekh Abdullah al-Ahdal, dan ada 10 murid
lagi yang memulai belajar pada beliau, sebagin mereka adalah :
1. Al-Habib
Abdullah Ba’bud, sekarang beliau mengajar di Ribath Tarim.
2. KH. Hasan Bashri,
berkah ilmu-nya di tanah jawa dan memiliki pondok pesantren.
3. Syekh Utsman
al-Muhainy al-Kuwaity, ilmu-nya berkah di negeri Kuwait.
4. Syekh Muhammad
Fal asy-Syanqithy, beliau termasuk dari ulama madzhab malikiyyah yangh sholeh
nan tawadhu’.
5. Al-Habib Salim
bin Ahmad al-Jufry, ilmu-nya berkah di kota Jakarta, indonesia.
Merekalah bintang-bintang dari golongan ulama
yang selalu menyibukkan segala nafas hidup untuk sang guru yang menata hati
mereka bertahun-tahun lama-nya dan al-Habib Zain tidak pernah kenal letih dan
tak pernah sumpek dalam memberikan arahan, tarbiyah, dan ajaran kepada mereka,
hingga sebagian murid masih merasakan nikmat Talaggi pada beliau dan menambah masa
belajar 12 tahun demi menuntut ilmu dan mohon ditanamkan adab sampai memanen buah-buahan
ilmu yang matang hingga datanglah waktu bagi mereka memetik-nya.
Sungguh telah banyak alumni yang lulus dari
madrasah ini atas didikan beliau, namun bukan berarti kajian Talaggi itu
berakhir dengan kelulusan mondok, mereka para santri masih terus bepergian dari
negara mereka dan datang ke Ribath Madinah al-Munawwaroh, demi ber-Talaggi
kepada beliau meskipun sudah banyak kesibukan keluarga di rumah, mengabdi di pesantren
dan mengatur urusan masyarakat.
Tidak hanya mengajar di Ribath, rasa haus ilmu
beliau mengajak untuk ber-Talaggi ilmu lagi pada ulama Madinah, hingga
membacakan kitab ilmu ushul at-Tiryaq an-Naafi’ ala Masail Jam’ al-Jawami’
karya ulama Hadramaut yaitu Imam Abu Bakar bin Syihab kepada sosok alim ushul
dan pakar madzhab maliki Syekh Zaydan asy-Syinqithy, dan Syekh asy-Syanqithy dibuat kagum oleh
ibarat-ibarat kitab yang dibacakan al-Habib Zain karena kitab-kitab karangan
para ulama hadramaut belum pernah sampai ke negeri-Nya.
Dan kepada Syekh asy-Syinqity, Al-Habib Zain
juga mengkaji salah satu kitab ushul yang dianggap tingkat akhir dalam ilmu
Ushul, yakni kitab Maraqi as-Shu’ud karya Habib Abdullah al-Alawi
asy-Syinqity.
Beliau juga mendatangi Imam sastra Arab di
Madinah, yaitu Syekh Ahmaddu bin Muhammad Hamid al-Hasani asy-Syinqity dengan
tujuan ber-Talaggi. Maka beliau mengkaji kepada-Nya akan kitab Syarh Ibn
‘Aqil lil Alfiyyah, kitab Idha’ah ad-Dujunnah karya imam Ibn al-Maqqariy
dalam fan akidah, kitab Sulam al-Murawnaq karya Imam al-Akhdhary, kitab Itmam
ad-Dirayah li Qurra’ an-Nuqayah karya Imam Suyuty yang menjelaskan 14 fan
ilmu diantaranya ; ilmu al-Qur’an, al-Hadits, Thib, dan at-Tasyrih, Kitab
al-Maqshur wa al-Mamdud, Kitab Lamiyah al-Af’al karya Imam Ibnu
‘Aqil, Kitab Mughni al-Labib karya Imam Ibnu Hisyam.
Setiap mendekati waktu sholat shubuh di Harom
al-Madinah, semua kitab ini, beliau baca kepada Syekh Ahmaddu secara istiqomah
meskipun sedikit demi sedikit dari ibarot kitab, hingga Syekh Ahmaddu pun
bahagia memiliki murid yang memiliki kobaran api semangat tuk ber-Talaqqi seperti
al-Habib Zain ini, sanjung Syekh tentang al-Habib Zain :
ما شاء الله على الهمة، الشيخ زين مجتهد في الطلب كثيرا
“Masya Allah atas api semangat, Syekh Zain kuat
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.”
Berkah Talaggi al-Habib Zain ini
mengantarkan-Nya kepada posisi diterima oleh semua umat sedunia, memberi-Nya
rezeki wibawa secara jasmani dan rohani, dan patut menjadi panutan bagi seluruh
pencari ilmu (santri) dalam menyalakan semangat jiwa ber-Talaggi kepada para
ulama. Wallahu A’lam bis Showab....
REFERENSI :
1. Qabsaat an-Nur,
karya : Habib Abu Bakar al-‘Adni bin Ali al-Masyhur, Hal : 190, Cet. Muassah
Fuad Bi’iynu li at-Tajlid
2. Ar-Roudh
al-Unfu, karya : Syekh Abdurrahman bin Abdullah as-Suhaily, Juz : ٤, Hal : 268, Cet. Dar Ihya’
Turats al-Araby, Beirut.
3. Al-Muntadzom fi
Tarekh al-Muluk wa al-Umam, karya : Syekh Jamaluddin Abdurrahman al-Jauzy, Juz
: ٦, Hal : 17, Cet. Dar al-Kotob
al-Ilmiyyah, Beirut.
===============
Penulis: @el_ghubar.mubarok
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter: @najibalwijufri
𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙏𝙚𝙧𝙪𝙨 & 𝙎𝙚𝙗𝙖𝙧𝙡𝙪𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣.
"Sᴀᴍᴘᴀɪᴋᴀɴ ᴅᴀʀɪᴋᴜ ᴍᴇSᴋɪᴘᴜɴ ʜᴀɴʏᴀ Sᴀᴛᴜ ᴀʏᴀᴛ
." HR. Bukhari
•
📲 𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙢𝙚𝙙𝙞𝙖 𝙨𝙤𝙨𝙞𝙖𝙡 𝙠𝙖𝙢𝙞.
IG : Instagram.com/nafas_hadhramaut
TW : Twitter.com/nafashadhramaut
TG : T.me/nafashadhramaut
FB : fb.com/nafas.hadhramaut
YT : https://youtube.com/@nafashadhramaut
TT : Tiktok.com/nafashadhramaut
Web : www.nafashadhramaut.id
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
WA : http://bit.ly/Nafas-Hadhramaut-Channel
Email : nafashadhramaut.id@gmail.com
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Posting Komentar