Selasa, 27 Juni 2023

“Keutamaan Menghidupkan Malam Hari Raya & Tata Cara Pelaksanaan Shalat Idul Adha” Oleh: Imam Abdullah El-Rashied Lc., M.A, (Alumni Angkatan ke 3, Fakultas Syari’ah, Universitas Imam Syafi'i)




*A. Keutamaan Menghidupkan Malam Hari Raya*

 

Imam Nawawi menyebutkan dalam Kitab Al-Adzkar:

“Ketahuilah sesungguhnya disunnahkan menghidupkan 2 malam hari raya dengan berzikir, shalat dan hal lainnya dari macam-macam ketaatan, hal ini dikarenakan hadits tentangnya, yaitu:

 

(من أحيا ليلة العيدين، لم يمت قلبه حين تموت القلوب)

 

“Barang siapa yang menghidupkan 2 malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika hati-hati (orang) pada mati.”

 

Dalam riwayat lain disebutkan:

 

(من قام ليلتي العيدين لله تعالى محتسباً، لم يمت قلبه يوم تموت القلوب)

 

“Barang siapa yang Qiyam pada 2 malam hari raya karena Allah dan mengharapkan pahala, maka hatinya tidak akan mati ketika hati orang-orang pada mati.”

 

Begitulah yang diriwayatkan oleh Imam Syafi’I dan Ibnu Majah. Hadits ini dho’if sebagaimana kami riwayatkan dari Abu Umamah secara Marfu’ dan Mauquf. Kedua-duanya dho’if, akan tetapi hadits-hadits keutamaan boleh diamalkan sebagaimana kami sebutkan di awal kitab.

 

Kemudian Ulama berbeda pendapat tentang kadar minimal dianggap menghidupkan (malam hari raya). Pendapat yang Adzhar (kuat) menyatakan harus semalam penuh, pendapat kedua menyatakan meski hanya sesaat.”

 

Imam Ibn Allan dalam Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah menyebutkan yang dimaksud dengan matinya hati adalah: “Dengan mencintai dunia hingga lupa akan Akhirat, sebagaimana diriwayatkan: “Jangan berteman dengan orang-orang mati” yakni pecinta dunia. Sebagian ada yang berkata maksud dari “Hati tidak mati” adalah “Hatinya tidak kebingungan ketika Naza’ (ajal menjemput), begitu juga ketika di dalam kubur dan Hari Kiamat.”

 

Imam Syafi’i berkata:

(وبلغنا إن الدعاء يستجاب في خمس ليال؛ في ليلة الجمعة، وليلة الأضحى، وليلة الفطر، وأول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان)

 

"Telah sampai kepada kami, bahwasannya do'a itu terkabul pada 5 malam: Malam Jum'at, Malam Idul Adha, Malam Idul Fitri, Awal Malam Rajab, Malam Nishfu Sya'ban." HR. Baihaqi dalam Syu'ab Al-Iman no. 3556.

 

Lantas, bagaimana yang sedang berhalangan?

Cukup perbanyak berzikir, baca sholat, istighfar dan memperbanyak do'a.

 

Adapun yang tidak berhalangan, berikut adalah urutan cara menghidupkan malam hari raya:

1. Menghidupkan dengan Shalat, baca Al-Qur'an, Zikir, Shalawat, Istighfar, Tafakkur dll selama semalam suntuk.

2. Menghidupkan dari tengah malam sampai shubuh.

3. Menghidupkan dari Ba'da Maghrib sampai tengah malam.

4. Menghidupkan sebisanya, minimal Shalat Isya' dan Shubuh berjama'ah.

 

*B. Hukum Shalat Ied*

Hukumnya adalah Sunnah Mu'akkadah, baik sendirian maupun bepergian. Dan dianjurkan dilakukan dengan berjama'ah. Hanya saja bagi yang sedang melaksanakan Ibadah Haji disunnahkan untuk sendiri-sendiri, baik posisinya sedang di Mina atau di tempat lainnya, atau bahkan dalam perjalanan menuju Makkah.

 

*C. Waktu Shalat Ied*

Waktunya adalah setelah terbitnya Matahari hingga meninggi seujung tombak, sekitar 16 menit setelah terbit.

 

*D. Tempat Pelaksanaan Shalat Ied*                                     

Paling utamanya dilaksanakan di Masjid. Jika tidak mencukupi tempatnya, maka dilakukan di lapangan. Untuk masa pandemi, jika tidak memungkinkan di Masjid, silahkan lakukan di rumah masing-masing.

 

*E. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Ied*

Shalatnya adalah dua raka'at, adapun ketentuan syarat dan rukunnya sama dengan shalat-shalat yang lainnya.

 

Ada dua tingkatan dalam melakukan Shalat Ied:

1. Shalat 2 raka'at seperti Qobliyah Dzuhur dengan niat Shalat Idul Adha.

2. Shalat 2 raka'at dengan 7 Takbir selain Takbirotul Ihram antara Do'a Iftitah dan Fatehah di raka'at pertama, dan 5 Takbir di raka'at kedua antara Takbirotul Qiyam dan Fatehah.

 

*Kesunnahan dalam Shalat Ied:*

1. Dianjurkan ketika jeda antara Takbir tersebut untuk membaca;

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

 

2. Dianjurkan mengangkat kedua tangan setiap kali membaca Takbir. Nah, ketika lupa membaca Takbir tersebut dan terlanjur membaca Fatehah, maka tidak dianjurkan untuk membaca Takbir.

3. Disunnahkan setelah membaca Fatehah untuk membaca Surat Qaf pada raka'at pertama dan Surat Al-Qomar pada raka'at kedua, atau membaca Surat Al-A'la pada raka'at pertama dan Surat Al-Ghosiyah pada raka'at kedua.

 

4. Disunnahkan membaca surat tersebut dengan mengangkat suara (Jahr).

 

5. Membaca 2 Khutbah setelah Shalat, dengan ketentuan minimal jama'ah adalah 2 orang, bukan 1 orang, bukan pula jama'ah wanita semuanya.

 

*F. Syarat Sah Khutbah Ied*

1. Isma' (memperdengarkan).

2. Sama' (terdengar).

3. Khotibnya adalah lelaki.

4. Berbahasa Arab (menurut Imam Ramli, sedangkan menurut Imam Ibn Hajar tidak disyaratkan).

 

Adapun ketentuan rukundan syaratnya sama dengan Khutbah Jum'at, yaitu:

 

*a. Rukun Khutbah:*

1. Membaca Hamdalah pada kedua Khutbah.

2. Membaca Shalawat pada kedua Khutbah.

3. Wasiat Taqwa pada kedua Khutbah.

4. Membaca Ayat Al-Qur'an di salah satu Khutbah.

5. Berdo'a untuk kaum Mukminin dan Mukminat di Khutbah kedua.

 

*b. Syarat Kesunnahan Khutbah:*

1. Suci dari Hadats.

2. Suci dari najis pada baju, badan dan tempat Khutbah.

3. Menutup Aurat.

4. Berdiri bagi yang mampu.

5. Duduk di antara dua Khutbah.

6. Muwalah (langsung tanpa jeda) antara 2 Khutbah.

 

*G. Kesunnahan Dalam Khutbah Ied*

1. Disunnahkan bagi Khatib untuk menjelaskan tentang Qurban.

2. Disunnahkan bagi Khatib untuk duduk sebelum memulai Khutbahnya.

3. Disunnahkan bagi Khatib untuk bertakbir 9 kali pada Khutbah pertama dan 7 kali pada Khutbah kedua.

 

*H. Kesunnahan Pada Hari Raya*

1. Mandi sunnah. Waktunya dimulai dari pertengahan malam hingga terbenamnya matahari. Paling utamanya mandi setelah Shubuh.

 

2. Disunnahkan bagi selain Imam untuk berangkat sangat pagi ke tempat pelaksanaan Shalat Ied.

 

3. Disunnahkan bagi lelaki untuk memakai wewangian dan menggunakan baju yang paling bagus yang ia miliki, sedangkan paling utamanya adalah yang berwarna putih. Tapi, jika yang selain putih lebih bagus, baiknya pakai yang lebih bagus.

 

4. Tidak menyentuh makanan dan minuman sebelum Shalat Ied, agar setelah Shalat Ied bisa bersegera memakan dari sajian Qurban.

 

5. Disunnahkan mengumandangkan Takbir di rumah, jalanan, masjid dan pasar dengan mengangkat suara untuk selain wanita yang dekat dengan lelaki ajnabi. Kesunnahan mengumandangkan Takbir ini dimulai sejak Maghrib hingga keluarnya Imam menuju tempat Shalat Ied. Ini adalah Takbir Mursal. Adapun Takbir Muqoyyad; yaitu Takbir yang dibaca setelah Shalat (baik Fardhu maupun Sunnah) waktunya dimulai sejak Shubuh hari Arafah hingga Ashar pada hari terakhir Tasyriq menurut Imam Ibnu Hajar, sedangkan menurut Imam Ramli hingga terbenamnya Matahari, ini bagi yang tidak sedang yang berhaji. Adapun bagi yang sedang berhaji, maka pembacaan Takbir ini dimulai setelah dia melakukan Tahallul hingga akhir hari Tasyriq.

 

*Teks Takbir*

Adapun redaksi Takbirnya adalah sebagai berikut:

 

الله أكبر الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد. الله أكبر والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا. لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون، لا إله إلا الله وحده، صدق وعده، ونصر عبده وهزم الأحزاب وحده، لا إله إلا الله والله أكبر.

 

Kemudian dianjurkan setelahnya membaca Shalawat, adapun yang biasa dibaca adalah:

 

اللهم صل على سيدنا محمد، وعلى آل سيدنا محمد، وعلى أصحاب سيدنا محمد، وعلى أنصار سيدنا محمد، وعلى أزواج سيدنا محمد، وعلى ذرية سيدنا محمد، وسلم تسليماً كثيراً.

 

Selain itu dianjurkan juga menghidupkan malam Hari Raya dengan berbagai macam ibadah, mulai dari Shalat, Tilawah, Shalawat, Zikir, Tafakkur dll. Bagi yang berhalangan silahkan sibukkan diri dengan Zikir dan Shalawat, dan jangan lupa perbanyak do'a karena do'a sangat mustajab pada malam Hari Raya sebagaimana diriwayatkan Imam Baihaqi dari Imam Syafi'i. [Wallahu A'lam]

 

Referensi:

1. Al-Adzkar karya Imam Nawawi.

2. Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah karya Imam Ibn Allan.

3. Syu'ab Al-Iman karya Imam Baihaqi.

4. Faidhul Qodir karya Imam Al-Munawi.

5. Ghoyatul Muna Syarah Safinatun Naja, Karya Syeikh Muhammad Bin Ali Ba'athiyah, Rektor Imam Shafii University, Mukalla – Hadhramaut – Yaman.

 

 

===============

Penulis: @elrashied_imam

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Layouter: @najibalwijufri

                                                                                                  

𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙏𝙚𝙧𝙪𝙨 & 𝙎𝙚𝙗𝙖𝙧𝙡𝙪𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣.

 

"Sᴀᴍᴘᴀɪᴋᴀɴ ᴅᴀʀɪᴋᴜ ᴍᴇSᴋɪᴘᴜɴ ʜᴀɴʏᴀ Sᴀᴛᴜ ᴀʏᴀᴛ ." HR. Bukhari

📲 𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙢𝙚𝙙𝙞𝙖 𝙨𝙤𝙨𝙞𝙖𝙡 𝙠𝙖𝙢𝙞.

IG : Instagram.com/nafas_hadhramaut

TW : Twitter.com/nafashadhramaut

TG : T.me/nafashadhramaut

FB : fb.com/nafas.hadhramaut

YT : https://youtube.com/@nafashadhramaut

TT : Tiktok.com/nafashadhramaut

Web : www.nafashadhramaut.id

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

WA : http://bit.ly/Nafas-Hadhramaut-Channel

Email : nafashadhramaut.id@gmail.com

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

️ Like

🗣️ Comment

🔄 Share

👤 Tag Temanmu

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search