عن انس بن مالك رصي
الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "الجنة تحت اقدام
الامهات"
Dari Anas bin Malik Ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Surga ada di telapak kaki Ibu”
Dan juga hadis yang di
riwayatkan dari Muawiyah bin Jahimah Asasulami bahwa Jahimah datang pada Nabi
lalu berkata wahai Rasulullah, Aku ingin pergi jihad dan sesungguhnya aku mendatangi
engkau untuk meminta pendapat, lalu beliau berkata apakah engkau masih
mempunyai seorang Ibu? Ia menjawab, iya ya Rasulallah, lalu beliau bersabda:
"فلزمها فان الجنة تحت رجليها"
“Maka hendaklah engkau
berbakti padanya karena sesungguhnya surga ada di kedua telapak kakinya”
Kata surga di telapak
kaki Ibu memberikan kesimpulan bahwa seorang Ibu adalah perantara bagi kita
untuk menuju surga Allah, kemudian apa maksud dari kalimat surga di telapak
kaki Ibu tersebut? kalimat tersebut bukan bermakna secara hakikat (yakni secara
hakikat tempat surga berada di telapak kaki Ibu) akan tetapi itu merupakan
sebuah kinayah atau isyaroh bahwasanya surga bisa digapai dengan
ridho seorang Ibu, sedangkan cara untuk mendapatkan ridhonya adalah dengan
mentaatinya , berbakti padanya, memenuhi hak-haknya dan mendahulukan
kepentingannya sehingga diibaratkan letak diri kita bagaikan debu yang ada di
bawah telapak kakinya.
Hal ini semakna dengaan
apa yang telah di sebutkan Imam Al-Amiri, juga disebutkan dalam kitab At-Taysir
bi Syarhi Jami’ As-Saghir bahwa yang di maksud dengan kalimat “Surga di
telapak kaki Ibu” adalah:
"لزوم طاعتهن سبب قريب لدخول الجنة"
"Taat kepada Ibu adalah sebab yang paling memungkinkan bagi kita
untuk masuk surga”
Dan juga dalam kitab
Dalil Al-Falihin disebutkan:
"الجنة تحت أقدام الأمهات يعني أن من برأمه وقام بحقها دخل
الجنة"
"Maksud dari kalimat surga di
telapak kaki Ibu yakni orang yang berbakti atau membahagiakan Ibunya dan memenuhi hak-haknya, maka ia akan masuk surga”
Dan setelah kita
memahami makna dari hadis tadi, muncul di benak kita bebrapa permasalahan diantaranya:
1.
Hadis yang mengatakan “Surga di telapak kaki Ibu adalah hadis doif sedangkan
hadis doif ditolak?
2.
Bukankah hanya dengan ridho Allah kita bisa masuk surga?
3.
Mengapa dalam hadis
hanya menyebutkan Ibu tidak menyebutkan Ayah, apakah kita tidak butuh
ridlo Ayah?
Jawaban:
Yang pertama, tidak
semua hadis doif itu di tolak, ada juga hadis doif yang diterima jika memenuhi
salah satu syarat, di antaranya hadis doif bisa di terima jika ada asal yang
diamalkan atau dianjurkan yang semakna dengan hadis tersebut, sedangkan maksud
dari hadis “Surga di telapak kaki Ibu” adalah berbakti pada orang tua dan itu
sesuai dengan firman Allah:
"وقضى ربك أن لا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا"
Kemudian yang kedua pernyataan bahwa hanya dengan
ridho Allah kita bisa masuk surga itu
sangat benar, akan tetapi Allah berfirman dalam Al Qur’an:
"إن رحمة الله قريب من المحسنين"
“Rahmat Allah sangat dekat dengan
orang yang berbuat kebaikan”
Sedangkan berbakti
pada Ibu merupakan pekerjaan yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasulullah,
sebagaiman yang disebutkan tadi dalam Al Qur’an, maka sudah pasti apa yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya adalah pekerjaan baik, dan juga cara
untuk mendapatkan ridho Allah itu dengan mendapatkan ridho dari seorang Ibu,
sesuai dengan hadis Nabi:
عن عبد الله بن عمرو قال, قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم: "رضا الله في رضا
الوالدين وسخط الله في سخط الوالدين"
“Dari Abdullah ibn Amr ia berkata bahwa Rasulullah
bersabda: ridlo Allah ada pada ridlo ke dua orang tua dan murka Allah ada murka
kedua orang tua”
Hadis ini juga menjadi
jawaban dari pertanyaan ketiga, yakni bahwasanya dalam hadis tadi Nabi menyebutkan dengan kata “"الوالدين yang berarti “Ayah dan
Ibu”, dan Nabi tidak
mengkhususkan terhadap Ibu saja, maka dari itu kita tidak bisa meniadakan ridho seorang Ayah dengan artian kita juga
membutuhkan ridho seorang Ayah, hanya saja bisa dikatakan
keutamaan seorang Ibu itu melebihi Ayah, sebagaiamana sabda Nabi dalam hadisnya ketika beliau
menyebut lafad "أمك" sebanyak tiga kali memberikan isyaroh betapa utamanya seorang Ibu, bagaimana tidak sedangkan
perjuangan Ibu itu sangat berat,
ia yang telah mengandung kita sembilan bulan lamanya, di bulan pertama dan ke
dua saat mengandung ia muntah-muntah bahkan makan pun tak masuk, setelah itu ia
harus menanggung beratnya kandungan dan saat melahirkan ia bertaruh nyawa,
ketika kita merengek tengah malam ia rela bangun menahan rasa kantuk demi kita, karena ia tak akan merasa tenang
hingga kita tidur lelap dan begitu seterusnya seorang Ibu merawat kita dengan penuh
kasih sayang bahkan marahnya pun sebab mengkhawatirkan kita, maka merupakan
sebuah kewajiban bagi kita untuk selalu berbakti kepadanya dan mematuhinya,
karena sebesar apapun kadar berbaktinya
pada seorang ibu dan sebanyak apapun pemberian kita terhadapnya tidak akan
sebanding dengan perjuangannya dan kita tak akan pernah mampu membalas
jasa-jasa nya.
Dan terakhir yang perlu kita perhatikan janganlah
beribadah atau berbuat kebaikan hanya
untuk mengharapkan surga, karena jika niat kita seperti itu bagaimana
seandainya Allah tidak menciptakan surga apakah kita akan tetap beribadah? Apakah
kita akan tetap berbakti pada orang tua? jadi beribadahlah ikhlas karena Allah
maka Allah pasti akan membalas sesuai dengan apa yang kita lakukan.
Mungkin cukup ini dari
saya, mohon maaf jika ada kesalahan dari apa yang saya sampaikan karena manusia
tak pernah luput dari kekurangan. [Wallahu A’lam]
Penulis: @kang_dodien
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter:
@najibalwijufri
𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙏𝙚𝙧𝙪𝙨 & 𝙎𝙚𝙗𝙖𝙧𝙡𝙪𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣.
"Sᴀᴍᴘᴀɪᴋᴀɴ
ᴅᴀʀɪᴋᴜ ᴍᴇSᴋɪᴘᴜɴ ʜᴀɴʏᴀ Sᴀᴛᴜ ᴀʏᴀᴛ ." HR. Bukhari
•
📲 𝙄𝙠𝙪𝙩𝙞 𝙢𝙚𝙙𝙞𝙖 𝙨𝙤𝙨𝙞𝙖𝙡 𝙠𝙖𝙢𝙞.
IG :
Instagram.com/nafas_hadhramaut
TW :
Twitter.com/nafashadhramaut
TG :
T.me/nafashadhramaut
FB :
fb.com/nafas.hadhramaut
YT :
https://youtube.com/@nafashadhramaut
TT :
Tiktok.com/nafashadhramaut
Web :
www.nafashadhramaut.id
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
WA :
http://bit.ly/Nafas-Hadhramaut-Channel
Email :
nafashadhramaut.id@gmail.com
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Posting Komentar