Nafashadhramaut.id | Mukalla (28/07)
Hari Asyura' adalah hari yang berbeda dari yang lainnya karena di dalamnya
terdapat kejadian-kejadian bersejarah yang menakjubkan. Hari tersebut adalah
hari yang diistimewakan oleh Allah Swt., disunnahkan berpuasa, dan
dilipatgandakan pahala sebesar-besarnya. Pada hari itu juga Allah Swt.
Memuliakan nabi Musa bin Imran As.
dengan menyelamatkan beliau dan menenggelamkan Fir’aun beserta bala
tentaranya.
Allah Swt. memuliakan Sayyidina
Husein bin Ali bin Abi Thalib As. Dengan wafatnya beliau dalam keadaan syahid
di jalan-Nya dan diperlihatkan kejantanan beliau secara total. Beliau
memperlihatkan kepada kita dengan perjuangan dan pengorbanan beliau bersama
ahlul baitnya dalam rangka menjaga syariat Nabi Muhammad Saw.
Hari Asyura memiliki keutamaan yang
agung dan momentum yang bersejarah. Nabi Saw. menganjurkan kita untuk berpuasa
pada hari ini. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah, dari
Rasulullah Saw., beliau bersabda: “Aku mengatakannya tulus karena Allah bahwa
puasa di hari Asyura menghapuskan dosa satu tahun yang telah lalu.” (Shahih
Muslim). Dan diantara amal baik yang dihimbau oleh syari’at adalah
membahagiakan keluarga.
Beberapa hari yang lalu Universitas
Imam Syafi’i menggelar sejumah kegiatan seperti; khataman Qur’an dan buka
bersama di masjid Universitas. Salah satu kegiatan yang digelar setelah sholat
maghrib adalah seminar dengan judul ‘Asyura Antara Ketundukan dan Kebid’ahan’
yang disampaikan oleh beberapa mahasiswa mengenai riset mereka seputar hari
Asyura. Seminar ini dibagi menjadi empat pembahasan:
Pertama, keutamaan hari Asyura yang
disampaikan oleh Ikmal Delvian. Pembahsan ini mencakup; kejadian-kejadian
bersejarah di hari Asyura, perkataan para saadah keluarga Ba’alawi tentang
keutamaan hari Asyura, puasa di hari Asyura, membahagiakan keluarga, hukum
pengistimewaan hari Asyura dengan berpuasa.
Kedua, puasa di hari Asyura dan
permasalahan di dalamnya yang di sampaikan oleh Azka Nur Afif dan Muhamad
Istaufa. Pembaasan ini mencakup tujuh permasalahan yang ada pada hadits-hadits
tentang hari Asyura.
Ketiga, kedudukan ahlus sunnah wal
jama’ah dari tragedi karbala’ yang disampaikan oleh Baihaqi Murtadho dan
Abdullah Akbar. Mereka berdiskusi mengenai keluarnya Sayyidina Husein dari
kepemimpinan Yazid dan isu-isu lainnya, perbedaan antara beliau dan saudaranya
Sayyidina Hasan mengenai khilafah.
Keempat, pelajaran yang dapat
diambil dari syahidnya Imam Husein Ra. Hal ini mencakup Sembilan hikmah;
bersabar atas kemaksiatan, meringankan musibah yang menimpa orang lain, hikmah
dibalik musibah, kedudukan patuh, sifat kejantanan, kebenaran lebih berhak
untuk dikuti meskipun berasal dari kelompok minoritas, kebenaran itu berporos
pada Ahlul bait, sesuatu yang disandarkan dengan kemuliaan adalah mulia, dan
kuatnya agama islam yang disampaikan oleh Iyadh Syauqi.
Setelah sesi pembahasan berakhir,
para hadirin dipersilahkan untuk berdiskusi bersama para pembicara tentang apa
yang mereka sampaikan. Rektor Untiversitas Imam Syafi’i, Al-Allamah Al-Murabbi
Sayyidi Syeikh Dr. Muhammad bin Ali Ba’athiyah yang membimbing langsung diskusi
tersebut. Diskusi pun berjalan dengan aktif. sebelum beralih ke sesi diskusi,
beberapa senandung qasidah dinyanyikan oleh grup Nasyid Universitas. Selesai seminar, para hadirin dipersilahkan
untuk beramah tamah dan menyantap makan malam yang telah disediakan.
Acara seminar ini dihadiri oleh segenap dekan fakultas Universitas Imam Syafi’i, para pengajar, sebagian ulama kota Mukalla dan para mahsiswa. Diantara yang hadir adalah; Al-Habib Al-Munshib Ali bin Abdullah Al-Hamid, Sayyid Abdul Qadir Al-Jufri, Syeikh Taufq Az-Zhahiri, Dr. Amin Basulaiman, Dr. Muhammad Muqoibil, Syeikh Muhammad Al-Awlaqi, Syeikh Adnan Ad-Dhali’i, dll. [MFN]
Posting Komentar