Senin, 10 Maret 2025

Buka Puasa di masjid tertua di kota Mukalla Ditulis oleh : Abdul Aziz bin Abdullah

 


 

 

Buka Puasa di masjid tertua di kota Mukalla

 


Ramadhan ini adalah puasa ke tiga dalam petualanganku saat mencari ilmu di bumi Hadhramaut. Ada banyak keunikan di daerah ini yang tidak akan Anda temukan, baik di bumi pertiwi atau pun di negara lain sehingga tidak bisa dituliskan semua. Khususnya, kisah antara aku dan dia wkwkwk.

Kebiasaan masyarakat yang unik menjadi ciri khas tersendiri, terutama kota Tarim. Di antara keunikan tersebut ibadah tarawih dilakukan sebanyak 6 kali berturut-turut dengan berpindah dari satu masjid ke masjid yang lain. Sekali tarawih sebanyak 20 rakaat.

Kok bisa sampai 6 kali? Karena sholat terawih tidak dilakukan secara bersamaan. Ada yang melakukan terawih pada jam delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas lewat ada pula yang mulai melakukan terawih saat jam dua. Jadi buat Anda yang memiliki kesibukan selepas sholat isya tetap bisa sholat di jam setelahnya, ya.

Nah, kalau mengenai puasa masyarakat hanya berpuasa dalam durasi 6 jam, percaya tidak? Loh, kok bisa?

Bisa donk. Karena seluruh masyarakat umumnya pada malam hari sampai waktu subuh tiba selalu menyibukkan diri untuk melakukan ibadah atau mengais rezeki. Sedangkan pagi hingga zuhur  adalah waktu untuk beristirahat.

Kali ini, kita tidak berbicara tentang kota Tarim. Tapi, saya akan mengajak Anda berwisata kuliner buka puasa di sebuah masjid yang sudah tidak asing lagi di Hadhramaut, masjid Ar-Raudhah. Bagai mana sih saat-saat berbuka di Ibukota Hadhramaut, khususnya di kota Mukalla? Mau tau? Ikutin terus ceritanya!

Nah, hari ini saya akan berangkat menuju masjid Raudhoh usai sholat ashar, tentunya, setelah mengikuti pembacaan dzikir harian. Di masjid Universitas Imam Syafi’i. Dzikir hariannya tidak terlalu lama, cukup membaca surah al-Waqiah lalu dilanjutkan dengan membaca Hizb Al-Bahr milik Imam Abu Hasan As-Syadzili dan diakhiri dengan doa-doa pendek lainnya. Sedangkan selepas sholat isya kami membaca Ratib al-Haddad dzikir gubahan Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dan Ratib Al-‘Athos gubahan Habib Umar bin Abdurrahman Al-‘Athos.

Jarak kampusku dengan masjid Raudhoh lumayan jauh. Jika ditempuh dengan mengendarai bis bisa menghabiskan waktu hampir satu jam. Berbeda dengan taxi, kalau naik taxi Anda bisa sampai ke sana kurang lebih dua puluh lima menit. Sekarang aku akan pergi dengan menaiki taxi agar cepat sampai tujuan. Taxi akan melejit cepat sesuai permintaan penumpang. Seluruh taxi selalu melewati jalan Sittin, pinggir pantai Mukalla yang mampu menembus ke arah negara kita, Indonesia.

Ramadhan kali ini adalah ramadhan paling istimewa menurut kami, karena di tahun inilah kami bisa menikmati keindahan malam saat bulan ramadhan di kota Mukalla, setelah dua kali lockdown saat ramadhan.

 

Di pasar ini terlihat ada banyak masyarakat lalu lalang mencari kebutuhan atau hanya melepaskan penat dengan bersantai di tepi sungai Kanal Khour kota Mukalla bersama teman maupun keluarga. Hanya aku yang masih bingung, kapan aku bisa duduk di sana bersamamu. Hahaha, just kidding.

Kita sudah sampai di Masjid Raudhoh, masjid Raudhoh adalah salah satu masjid yang monumental di ibukota Hadhramaut, masjid ini didirikan oleh seorang ulama keturunan Rasulullah, Al-Imam Habib Umar bin Ali bin Syekh Abu Bakar bin Salim setelah pulang dari Indonesia. Tepatnya, pada Jumadil Awwal tahun 1274H/1841M. Keluasan ilmu beliau tidak diragukan lagi sehingga beliau dijuluki, Abu ‘Alamah, ayahnya para pemilik ilmu.

Kewaliannya pun tak dapat dipungkiri lagi. Bagaimana tidak? Saat ingin membangun masjid beliau membeli tanahnya dari seorang penduduk, namun, beliau tidak terlebih dahulu memeriksa keadaan tanah. Setelah akad jual beli selesai beliau pun melihat tanah yang sudah dibeli. Eh, ternyata beliau mendapatkan tanah yang dijual tersebut adalah lautan.

Lantas beliau mengatakan pada laut, “Wahai lautan, mundurlah!”

Laut itu pun menjauh. Patuh dengan perintah beliau. Kemudian beliau membangun masjid Raudhoh di tanah tersebut.

Beliau juga sudah pernah mendarat ke bumi pertiwi, Indonesia. Tempat pertama yang beliau pijak adalah pulau sulawesi lalu pergi ke jawa barat, Cirebon. Beliau pun membeli tanah di gebang lalu membangun masjid di sana. Kemudian menggali sumur yang mata airnya dikisahkan tersambung dengan mata air zam-zam. Setelah itu beliau berkata, “barang siapa yang adzan di masjidku ini bertujuan untuk menikah, maka ia akan memperoleh keinginannya.”

Sekarang masjid Raudhoh masih ramai dengan para penuntut ilmu melalui para habaib dan masayikh setempat. Majlis-majlis umum juga masih terbuka. Sesekali Habib Umar bin Hafidz pun datang ke masjid ini untuk khutbah jum’at atau pun mau’izhoh.

 

Dari jauh tampak orang-orang sudah berkumpul di blankon masjid. Duduk dua baris saling berhadapan. Di antara barisan tersebut terbentang plastik panjang sebagai alas makanan, mulai dari kurma, roti, gorengan seperti sambosa, bakhomri dan lain sebagainya. Kebanyakan makanan yang ada datang dari masyarakat dermawan karena mereka tau sabda Rasulullah saw bahwa, “memberi makanan kepada orang yang sedang berpuasa, sang pemberi akan mendapatkan ganjaran seperti orang yang berpuasa.”

Owh, ya. Ada satu yang ketinggalan. Masyarakat Yaman itu sangat menyukai masakan yang asam, loh. Khususnya, sambal atau saus. Semuanya seperti rasa jeruk nipis. Kebayang, gak?? Hhhh.

Begitu pula saat Anda membeli makanan di rumah makan, mereka pasti menyuguhkan sambal ini. Baik kita memesan ayam goreng atau pun ayam panggang, dll.

Sedangkan minuman, di sini sudah tersedia teh arab yang memiliki rasa jahe, ‘ashir (sirup) dan lainnya.

Sambil menunggu adzan tiba sebagian orang tampak sedang berdzikir dan berdoa. Ada pula yang senyum bahagia, sumringah. Mungkin karena sabda Rasulullah, ya.

Rasulullah bersabda, “Saat seorang muslim melakukan puasa ia mendapatkan dua kebahagian, bahagia saat berbuka dan bahagia saat bertemu dengan Allah Swt di akhirat kelak.”

“Allahu Akbar Allahu Akbar.”

Suara adzan berkumandang, masyarakat pun meraih kurma, memakan yang manis-manis saat berbuka sebagaimana sunah Rasulullah. Selepas berbuka dengan makanan ringan ini masyarakat langsung berbondong-bondong melakukan sholat maghrib berjamaah.

“Assalamu’alaikum warahmatullah”

Suara imam mengakhiri sholat. Aku pun berdzikir sebentar lalu berdoa. Kemudian beranjak kebelakang melakukan sholat ba’diyah dan keluar.


Aku pun keluar bersama dua temanku menyusuri jalanan. Ada banyak pedagang di pinggir jalan mulai dari buah-buahan, baju, perabotan sampai makanan ringan seperti kue lebaran saat di Indonesia.

 

 

Tidak jauh dari masjid Raudhoh juga terdapat masjid bernama Bazar’ah yang didirikan oleh seorang ulama keturunan Rasulullah yang berasal dari Surabaya, Indonesia. Beliau adalah Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Haddar.

 

Nah, al-Faqir akan mengajak para pembaca untuk melihat makanan Indonesia. Pastinya, buat kamu ngiler. Hhhhhh. Nama restorannya adalah Zabid. Di ambil dari nama owner-nya, Ustad Zainal Abidin. Menunya pun bermacam-macam, mau lihat menunya?

Ramadhan ini Dar zabid menyediakan menu-menu spesial khusus bulan ramadhon...

Menu iftor :

1. Es bubur kacang hijau+ketan hitam 500ry

2. Risoles Ayam sayur 400ry

3. Martabak ayam 400ry

 4. Dadar gulung isi kelapa gula merah 400ry

5. Bakwan 200ry

6. Tempe mendoan 300ry

7. Klepon 500ry(4biji)

menu lauk :

- Nasi putih 500ry

-Rendang 1000ry

- Sambal 100ry

- Telor bumbu rendang 400ry

- Opor ayam

Minuman;

-Es selasih

-Es boba

-Es teh 200ry

Ini untuk menu saat ramadhan. Kalau menu sebelum ramadhan lebih banyak lagi.

1. Rendang daging sapi 1000ry

2. Rica2 ayam asap 800ry

3. Ayam panggang bumbu rujak 1300ry

4. Ayam bakar tilawang 1300ry

5. Ayam geprek 1200ry

6. Sambal lado teri hijau 200ry

7. Acar 200ry

8. Kroket cornet daging sapi 500ry

9. Kyam cabe hijau 800ry

10. Ikan merah goreng 500ry

11. Sosis cripsy 350ry

12. Bakwan 200ry

Anak indonesia banyak yang mampir ke sana melepas rindu mereka dengan makanan indonesia. Begitu pula rindu padamu yang tidak berkehabisan. Hhhh.

Yah, beginilah cerita singkatku kali ini. Menyenangkan bukan? Ada banyak pelajaran sebenarnya yang bisa kita ambil di dalam kehidupan. Oleh karena itu, Allah sering menyebutkan di dalam al-Qur’an, “Apakah kalian tidak berfikir?”

Wallahu A'lam

Nah, beginilah cerita singkatku pada hari ini saat jalan-jalan melintasi kawasan kota Mukalla serta menyaksikan keindahannya.

Ditulis oleh : Abdul Aziz bin Abdullah

Mahasiswa tingkat 2, Fak. Syariah Imam Syafie University, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.

 

 

 


 

 


 

 

 

 

 

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search