Buka Puasa di masjid tertua di kota Mukalla
Ramadhan ini adalah puasa ke tiga dalam petualanganku saat mencari ilmu
di bumi Hadhramaut. Ada banyak keunikan di daerah ini yang tidak akan Anda temukan,
baik di bumi pertiwi atau pun di negara lain sehingga tidak bisa dituliskan
semua. Khususnya, kisah antara aku dan dia wkwkwk.
Kebiasaan masyarakat yang unik menjadi ciri khas tersendiri,
terutama kota Tarim. Di antara keunikan tersebut ibadah tarawih dilakukan
sebanyak 6 kali berturut-turut dengan berpindah dari satu masjid ke masjid yang
lain. Sekali tarawih sebanyak 20 rakaat.
Kok bisa sampai 6 kali? Karena sholat terawih tidak dilakukan
secara bersamaan. Ada yang melakukan terawih pada jam delapan, sembilan,
sepuluh, sebelas, dua belas lewat ada pula yang mulai melakukan terawih saat
jam dua. Jadi buat Anda yang memiliki kesibukan selepas sholat isya tetap bisa
sholat di jam setelahnya, ya.
Nah, kalau mengenai puasa masyarakat hanya berpuasa dalam durasi 6
jam, percaya tidak? Loh, kok bisa?
Bisa donk. Karena seluruh masyarakat umumnya pada malam hari sampai
waktu subuh tiba selalu menyibukkan diri untuk melakukan ibadah atau mengais
rezeki. Sedangkan pagi hingga zuhur
adalah waktu untuk beristirahat.
Kali ini, kita tidak berbicara tentang kota Tarim. Tapi, saya akan
mengajak Anda berwisata kuliner buka puasa di sebuah masjid yang sudah tidak
asing lagi di Hadhramaut, masjid Ar-Raudhah. Bagai mana sih saat-saat berbuka
di Ibukota Hadhramaut, khususnya di kota Mukalla? Mau tau? Ikutin terus
ceritanya!
Nah, hari ini saya akan berangkat menuju masjid Raudhoh usai sholat
ashar, tentunya, setelah mengikuti pembacaan dzikir harian. Di masjid
Universitas Imam Syafi’i. Dzikir hariannya tidak terlalu lama, cukup membaca
surah al-Waqiah lalu dilanjutkan dengan membaca Hizb Al-Bahr milik Imam Abu
Hasan As-Syadzili dan diakhiri dengan doa-doa pendek lainnya. Sedangkan selepas
sholat isya kami membaca Ratib al-Haddad dzikir gubahan Habib Abdullah bin Alwi
Al-Haddad dan Ratib Al-‘Athos gubahan Habib Umar bin Abdurrahman Al-‘Athos.
Jarak kampusku dengan masjid Raudhoh lumayan jauh. Jika ditempuh
dengan mengendarai bis bisa menghabiskan waktu hampir satu jam. Berbeda dengan
taxi, kalau naik taxi Anda bisa sampai ke sana kurang lebih dua puluh lima menit.
Sekarang aku akan pergi dengan menaiki taxi agar cepat sampai tujuan. Taxi akan
melejit cepat sesuai permintaan penumpang. Seluruh taxi selalu melewati jalan
Sittin, pinggir pantai Mukalla yang mampu menembus ke arah negara kita, Indonesia.
Ramadhan kali ini adalah ramadhan paling istimewa menurut kami,
karena di tahun inilah kami bisa menikmati keindahan malam saat bulan ramadhan
di kota Mukalla, setelah dua kali lockdown saat ramadhan.
Di pasar ini terlihat ada banyak masyarakat lalu lalang mencari
kebutuhan atau hanya melepaskan penat dengan bersantai di tepi sungai Kanal
Khour kota Mukalla bersama teman maupun keluarga. Hanya aku yang masih bingung,
kapan aku bisa duduk di sana bersamamu. Hahaha, just kidding.
Kita sudah sampai di Masjid Raudhoh, masjid Raudhoh adalah salah
satu masjid yang monumental di ibukota Hadhramaut, masjid ini didirikan oleh
seorang ulama keturunan Rasulullah, Al-Imam Habib Umar bin Ali bin Syekh Abu
Bakar bin Salim setelah pulang dari Indonesia. Tepatnya, pada Jumadil Awwal
tahun 1274H/1841M. Keluasan ilmu beliau tidak diragukan lagi sehingga beliau
dijuluki, Abu ‘Alamah, ayahnya para pemilik ilmu.
Kewaliannya pun tak dapat dipungkiri lagi. Bagaimana tidak? Saat ingin
membangun masjid beliau membeli tanahnya dari seorang penduduk, namun, beliau
tidak terlebih dahulu memeriksa keadaan tanah. Setelah akad jual beli selesai beliau
pun melihat tanah yang sudah dibeli. Eh, ternyata beliau mendapatkan tanah yang
dijual tersebut adalah lautan.
Lantas beliau mengatakan pada laut, “Wahai lautan, mundurlah!”
Laut itu pun menjauh. Patuh dengan perintah beliau. Kemudian beliau
membangun masjid Raudhoh di tanah tersebut.
Beliau juga sudah pernah mendarat ke bumi pertiwi, Indonesia.
Tempat pertama yang beliau pijak adalah pulau sulawesi lalu pergi ke jawa
barat, Cirebon. Beliau pun membeli tanah di gebang lalu membangun masjid di
sana. Kemudian menggali sumur yang mata airnya dikisahkan tersambung dengan
mata air zam-zam. Setelah itu beliau berkata, “barang siapa yang adzan di
masjidku ini bertujuan untuk menikah, maka ia akan memperoleh keinginannya.”
Sekarang masjid Raudhoh masih ramai dengan para penuntut ilmu
melalui para habaib dan masayikh setempat. Majlis-majlis umum juga masih
terbuka. Sesekali Habib Umar bin Hafidz pun datang ke masjid ini untuk khutbah
jum’at atau pun mau’izhoh.
Dari jauh tampak orang-orang sudah berkumpul di blankon masjid.
Duduk dua baris saling berhadapan. Di antara barisan tersebut terbentang
plastik panjang sebagai alas makanan, mulai dari kurma, roti, gorengan seperti sambosa,
bakhomri dan lain sebagainya. Kebanyakan makanan yang ada datang dari
masyarakat dermawan karena mereka tau sabda Rasulullah saw bahwa, “memberi
makanan kepada orang yang sedang berpuasa, sang pemberi akan mendapatkan
ganjaran seperti orang yang berpuasa.”
Owh, ya. Ada satu yang ketinggalan. Masyarakat Yaman itu sangat menyukai
masakan yang asam, loh. Khususnya, sambal atau saus. Semuanya seperti rasa
jeruk nipis. Kebayang, gak?? Hhhh.
Begitu pula saat Anda membeli makanan di rumah makan, mereka pasti
menyuguhkan sambal ini. Baik kita memesan ayam goreng atau pun ayam panggang, dll.
Sedangkan minuman, di sini sudah tersedia teh arab yang memiliki
rasa jahe, ‘ashir (sirup) dan lainnya.
Sambil menunggu adzan tiba sebagian orang tampak sedang berdzikir dan
berdoa. Ada pula yang senyum bahagia, sumringah. Mungkin karena sabda
Rasulullah, ya.
Rasulullah bersabda, “Saat
seorang muslim melakukan puasa ia mendapatkan dua kebahagian, bahagia saat
berbuka dan bahagia saat bertemu dengan Allah Swt di akhirat kelak.”
“Allahu Akbar Allahu Akbar.”
Suara adzan berkumandang, masyarakat
pun meraih kurma, memakan yang manis-manis saat berbuka sebagaimana sunah
Rasulullah. Selepas berbuka dengan makanan ringan ini masyarakat langsung
berbondong-bondong melakukan sholat maghrib berjamaah.
“Assalamu’alaikum warahmatullah”
Suara imam mengakhiri sholat. Aku
pun berdzikir sebentar lalu berdoa. Kemudian beranjak kebelakang melakukan
sholat ba’diyah dan keluar.
Aku pun keluar bersama dua temanku
menyusuri jalanan. Ada banyak pedagang di pinggir jalan mulai dari buah-buahan,
baju, perabotan sampai makanan ringan seperti kue lebaran saat di Indonesia.
Tidak jauh dari masjid Raudhoh
juga terdapat masjid bernama Bazar’ah yang didirikan oleh seorang ulama
keturunan Rasulullah yang berasal dari Surabaya, Indonesia. Beliau adalah
Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Haddar.
Nah, al-Faqir akan mengajak para
pembaca untuk melihat makanan Indonesia. Pastinya, buat kamu ngiler. Hhhhhh.
Nama restorannya adalah Zabid. Di ambil dari nama owner-nya, Ustad
Zainal Abidin. Menunya pun bermacam-macam, mau lihat menunya?
Ramadhan ini Dar zabid menyediakan
menu-menu spesial khusus bulan ramadhon...
Menu iftor :
1. Es bubur kacang hijau+ketan hitam 500ry
2. Risoles Ayam sayur 400ry
3. Martabak ayam 400ry
4. Dadar gulung isi kelapa gula merah 400ry
5. Bakwan 200ry
6. Tempe mendoan 300ry
7. Klepon 500ry(4biji)
menu lauk :
- Nasi putih 500ry
-Rendang 1000ry
- Sambal 100ry
- Telor bumbu rendang 400ry
- Opor ayam
Minuman;
-Es selasih
-Es boba
-Es teh 200ry
Ini untuk menu saat ramadhan. Kalau
menu sebelum ramadhan lebih banyak lagi.
1. Rendang daging sapi 1000ry
2. Rica2 ayam asap 800ry
3. Ayam panggang bumbu rujak 1300ry
4. Ayam bakar tilawang 1300ry
5. Ayam geprek 1200ry
6. Sambal lado teri hijau 200ry
7. Acar 200ry
8. Kroket cornet daging sapi 500ry
9. Kyam cabe hijau 800ry
10. Ikan merah goreng 500ry
11. Sosis cripsy 350ry
12. Bakwan 200ry
Anak indonesia banyak yang mampir ke
sana melepas rindu mereka dengan makanan indonesia. Begitu pula rindu padamu
yang tidak berkehabisan. Hhhh.
Yah, beginilah cerita singkatku kali ini.
Menyenangkan bukan? Ada banyak pelajaran sebenarnya yang bisa kita ambil di
dalam kehidupan. Oleh karena itu, Allah sering menyebutkan di dalam al-Qur’an,
“Apakah kalian tidak berfikir?”
Wallahu A'lam
Nah, beginilah cerita singkatku pada hari ini saat jalan-jalan
melintasi kawasan kota Mukalla serta menyaksikan keindahannya.
Ditulis oleh : Abdul Aziz bin Abdullah
Mahasiswa tingkat
2, Fak. Syariah Imam Syafie University, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.
Posting Komentar